Claim Missing Document
Check
Articles

Found 11 Documents
Search

Pengembangan Produk Interior dan Pemasaran bagi UKM Kerajinan Rotan di Kelurahan Rappocini Kota Makassar Amin, Siti Fuadillah A; Nur, Khilda Wildana; Amal, Citra Amalia
WARTA LPM WARTA LPM, Vol. 24, No. 1, Januari 2021
Publisher : Universitas Muhammadiyah Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (568.361 KB) | DOI: 10.23917/warta.v24i1.11674

Abstract

UKM adalah Usaha Kecil dan Menengah, di Indonesia merupakan salah satu penggerak perekonomian rakyat yang tangguh. Dikatakan tangguh karena merupakan Usaha yang awalnya dimulai dengan modal yang kecil tetapi dapat berkembang pesat. UKM di kota Makassar berkembang dengan diadakannya kegiatan Badan Usaha Lorong yang pada hakikatnya untuk kesejahteraan masyarakat. Dari sekian banyak UKM yang berkembang di kota makassar, salah satu ukm yang ada yaitu UKM Kerajinan Rotan yang membuat produk interior seperti meja, kursi, partisi dan sejenisnya. Permasalahan yang dihadapi UKM Kerajinan Rotan ini adalah minimnya modal usaha yang berakibat pada jumlah produksi serta sumber daya manusia tentang inovasi produk yang kurang sehingga perlu sosialisasi untuk memberikan wawasan tentang perkembangan kerajinan rotan. Permasalahan lain adalah dari segi promosi dan pemasaran yang hanya menggunakan cara konvensional yaitu pembelian secara langsung atau hanya menyalurkan ke beberapa toko di kota Makassar. Solusi yang ditawarkan dalam kegiatan PKM berupa pelatihan mengenai tata cara peningkatan desain maupun finishing suatu kerajinan rotan dan sejenisnya. Melalui pelatihan ini, diharapkan SDM yang dimiliki mengalami peningkatan keterampilan solusi kedua dari segi pemasaran produk, yaitu Pembuatan media sosial yang dapat membantu UKM Kerajinan rotan ini dalam hal promosi dan pemasaran sehingga bisa menjangkau konsumen di luar wilayah Kota Makassar. Kegiatan dilaksanakan dalam tiga tahap, yaitu presentasi, demonstrasi, dan praktik langsung oleh peserta agar memiliki pengalaman sendiri dalam memasarkan hasil kerajinan mereka. Setelah kegiatan berlangsung, proses monitoring dan evaluasi tetap dilakukan untuk menjaga agar hasil kegiatan dapat memberikan manfaat untuk mitra.
INTEGRASI BANGUNAN CARESTER (CARE AND RESCUE CENTRE) DALAM KONSEP MITIGASI BANJIR DI KOTA MAKASSAR Khilda Wildana Nur; Fitrawan Umar; Siti Fuadillah A. Amin
Vitruvian : Jurnal Arsitektur, Bangunan dan Lingkungan Vol 10, No 3 (2021)
Publisher : Universitas Mercu Buana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22441/vitruvian.2021.v10i3.002

Abstract

Kota Makassar merupakan salah satu kota yang dianugerahi penghargaan sebagai kota yang paling tanggap bencana pada tahun 2019. Salah satu faktor yang berkontribusi dalam keberhasilan merespon bencana adalah dengan adanya bangunan Carester (Care and Rescue Center). Carester adalah layanan terintegrasi lintas institusi di Kota Makassar yang bertujuan memberikan pelayanan keadaan darurat dan layanan publik di Kota Makassar. Bangunan ini direncanakan tersebar di 6 lokasi, namun saat ini baru terbangun di 3 (tiga) titik lokasi yaitu di Kecamatan Ujung Tanah, Kecamatan Tamalanrea dan Kecamatan Manggala.Penelitian ini mengkaji tentang bentuk kontribusi Carester dalam konsep mitigasi, khususnya bencana banjir yang menjadi bagian penting dalam keselarasan lingkungan sumber daya air di Makassar. Penelitian ini bersifat deskriptif eksploratif terhadap obyek penelitian. Metode yang diartikan dalam pemecahan masalah dilakukan dengan menyelidiki dengan menggambarkan keadaan dari obyek dan subyek yang diteliti. Metode pengumpulan data diperoleh dari hasil observasi, wawancara dan studi literatur. Data kemudian dianalisa dengan metode sinkronik reading, yaitu menyelaraskan semua informasi yang ada sehingga didapatkan kesimpulan dari semua referensi.Kajian integrasi ini dapat menjadi pedoman dalam membangun unit bangunan yang tanggap bencana secara terpadu yang melibatkan berbagai instansi. Riset ini dapat menstimulasi bangunan dan kota lain agar membangun dengan pendekatan konsep Carester yang diselaraskan dengan konsep arsitektur dan tata ruang wilayah. Makassar is one the cities that is awarded as the most resilient city in 2019. One contributed factor in successful in disaster response is the existence of Carester building (care and rescue centre). Carester is integrated services in multi sectoral in Makassar aiming at responding emergency and public services. This building has been planned in 6 distributed locations, eventhough recently it is only built in 3 locations; Ujung Tanah District, Tamalanrea District and Manggala District. This study discusses about sort of Carester contribution in mitigation concept, especially in flood as the essential matter in terms of environmental balance of water resource in Makassar. This study describe research object in explorative-descriptive ways. This meant method in problem solving is conducted by investigating from researched objects. The collecting data is gained from observation, interview, and literature study. Then, data is analyzed through synchronic reading to adjust all the information hence it can be summarized from all refferentions. This integrated study may become a guideline in building development unit that responses disaster in multi intitutions. This research is able to stimulate the building and the city in order to build Carester that has synchronization with architecture and spatial concept.
Pemanfaatan Limbah serta Pemasaran Produk BUSOPI (Sabun Ampas Kopi) Bagi PKK Kecamatan Mariso Kota Makassar Citra Amalia Amal; Khilda Wildana Nur; Siti Fuadillah Alhumairah Amin
WARTA LPM WARTA LPM, Vol. 24, No. 4, Oktober 2021
Publisher : Universitas Muhammadiyah Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23917/warta.v24i4.14050

Abstract

Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara Tim Pelaksana Pengabdian, ada tiga permasalahan pokok yang dihadapi oleh PKK Kecamatan Mariso selaku mitra PkM dalam perintisan UKM. Pertama, material yang digunakan sebagai bahan dasar hanya didominasi plastik daur ulang. Kedua, produk yang dihasilkan hampir serupa dengan produk yang dihasilkan PKK lainnya. Ketiga, pemasaran produk masih terbatas di sekitar Kota Makassar dan mengikiuti jadwal event yang diselenggarakan Pemerintah Kota Makassar. Metode pelaksanaan PkM melalui metode Difusi Ipteks, Pendidikan Masyarakat, dan Pelatihan. Tahap Difusi Ipteks menghasilkan sebuah produk dengan kriteria bahan yang mudah diperoleh dan terjamin ketersediannya, memiliki ciri khas, bernilai ekonomis, bermanfaat, dan dapat digunakan semua kalangan yaitu produk sabun. Tahap Pendidikan Masyarakat dilakukan melalui sosialisasi dan penyuluhan untuk memperkenalkan bahan baku daur ulang yang mudah diperoleh dan terjamin ketersediannya, yaitu limbah ampas kopi.  Dan Tahap Pelatihan terdiri atas praktek langsung pembuatan Sabun Ampas Kopi (BUSOPI), dan praktek pembuatan akun e-commerce Shopee.
Pengembangan Produk Interior dan Pemasaran bagi UKM Kerajinan Rotan di Kelurahan Rappocini Kota Makassar Siti Fuadillah A Amin; Khilda Wildana Nur; Citra Amalia Amal
WARTA LPM WARTA LPM, Vol. 24, No. 1, Januari 2021
Publisher : Universitas Muhammadiyah Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23917/warta.v24i1.11674

Abstract

UKM adalah Usaha Kecil dan Menengah, di Indonesia merupakan salah satu penggerak perekonomian rakyat yang tangguh. Dikatakan tangguh karena merupakan Usaha yang awalnya dimulai dengan modal yang kecil tetapi dapat berkembang pesat. UKM di kota Makassar berkembang dengan diadakannya kegiatan Badan Usaha Lorong yang pada hakikatnya untuk kesejahteraan masyarakat. Dari sekian banyak UKM yang berkembang di kota makassar, salah satu ukm yang ada yaitu UKM Kerajinan Rotan yang membuat produk interior seperti meja, kursi, partisi dan sejenisnya. Permasalahan yang dihadapi UKM Kerajinan Rotan ini adalah minimnya modal usaha yang berakibat pada jumlah produksi serta sumber daya manusia tentang inovasi produk yang kurang sehingga perlu sosialisasi untuk memberikan wawasan tentang perkembangan kerajinan rotan. Permasalahan lain adalah dari segi promosi dan pemasaran yang hanya menggunakan cara konvensional yaitu pembelian secara langsung atau hanya menyalurkan ke beberapa toko di kota Makassar. Solusi yang ditawarkan dalam kegiatan PKM berupa pelatihan mengenai tata cara peningkatan desain maupun finishing suatu kerajinan rotan dan sejenisnya. Melalui pelatihan ini, diharapkan SDM yang dimiliki mengalami peningkatan keterampilan solusi kedua dari segi pemasaran produk, yaitu Pembuatan media sosial yang dapat membantu UKM Kerajinan rotan ini dalam hal promosi dan pemasaran sehingga bisa menjangkau konsumen di luar wilayah Kota Makassar. Kegiatan dilaksanakan dalam tiga tahap, yaitu presentasi, demonstrasi, dan praktik langsung oleh peserta agar memiliki pengalaman sendiri dalam memasarkan hasil kerajinan mereka. Setelah kegiatan berlangsung, proses monitoring dan evaluasi tetap dilakukan untuk menjaga agar hasil kegiatan dapat memberikan manfaat untuk mitra.
EVALUASI ELEMEN TEKNIS RUANG BERSAMA RUSUNAWA MAHASISWA SEBAGAI HUNIAN SEHAT DI MASA PANDEMI COVID-19 Citra Amalia Amal; Andi Annisa Amalia; Siti Fuadillah A. Amin; Rifaldi Rifaldi
Nature : National Academic Journal of Architecture Vol 8 No 2 (2021): Nature
Publisher : Department of Architecture, Faculty of Science and Technology, Alauddin State Islamic University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24252/nature.v8i2a3

Abstract

Abstrak_ Tipologi bangunan Rusunawa Mahasiswa sebagai hunian vertikal berlantai tiga atau empat nampaknya lebih berisiko menjadi tempat penularan COVID-19 dibandingkan hunian tapak. Perlu dilakukan evaluasi elemen teknis (aspek kesehatan, keamanan, dan keselamatan) pada ruang-ruang bersama di Rusunawa Mahasiswa terhadap terpenuhinya Prinsip Rumah Sehat yang dikeluarkan oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (2016). Serta melihat sejauh mana penerapan Protokol Kesehatan di Rusunawa Mahasiswa Kota Makassar  merujuk pada Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK.01.07/MENKES/382/2020.Lokasi penelitian yaitu Rusunawa Universitas Hasanuddin, dan Rusunawa Universitas Muslim Indonesia. Teknik analisis data dilakukan melalui metode kuantitatif deskriptif dengan pemberian skor terhadap ketercapaian indikator Prinsip Rumah Sehat berupa lantai dan dinding yang kering (tidak lembab), luas bukaan jendela minimal 1/9 luas ruang lantai, bukaan dapat ditembus sinar matahari, ketersediaan penerangan alami dan penerangan buatan di area ruang makan, upaya penanggulangan bahaya kebakaran pada area dapur, dinding kedap air, lubang angin, dan penerangan yang baik di kamar mandi. Juga pemberian skor terhadap ketercapaian indikator Penerapan Protokol Kesehatan berupa pemasangan media informasi 3M, penyediaan hand sanitizer, pengoptimalan sirkulasi udara dan sinar matahari, ketersediaan peralatan desinfektan, ketersediaan sarana Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) dan air mengalir, dan pengaturan jarak antar kursi minimal 1 meter dan tidak berhadapan. Hasil penelitian menemukan bahwa kedua sampel rusunawa mahasiswa secara garis besar telah memenuhi Prinsip Rumah Sehat. Sementara, penerapan sarana Protokol Kesehatan di dalam bangunan rusunawa mahasiswa di Kota Makassar masih sangat kurang.Kata kunci: Prinsip Rumah Sehat; Protokol Kesehatan; Rusunawa Mahasiswa; Ruang Bersama.Abstract_ The typology of the student flats building as a vertical residence with three or four floors seems to be more at risk of becoming a place of transmission of COVID-19 compared to a residential area. It is necessary to evaluate the technical elements (health, security, and safety aspects) in the shared spaces in the Student Flats against the fulfillment of the Healthy Home Principles issued by the Ministry of Public Works and Public Housing (2016). And see how far the implementation of the Health Protocol in Makassar City Student Flats refers to the Decree of the Minister of Health of the Republic of Indonesia Number HK.01.07/MENKES/382/2020. The research location is in two student flats in Makassar City, namely Rusunawa Hasanuddin University, and the Rusunawa Muslim University of Indonesia. The data analysis technique was carried out through descriptive quantitative methods by scoring the achievement of indicators of the Healthy Home Principles in the form of dry (not damp) floors and walls, a minimum window opening area of 1/9 of the floor space, openings that can be penetrated by sunlight, the availability of natural lighting and artificial lightingin the dining room area, efforts to overcome the danger of fire in the kitchen area, waterproof walls, vents, and good lighting in the bathroom. Also scoring is the achievement of indicators for the Implementation of Health Protocols in the form of installing 3M information media, providing hand sanitizers, optimizing air circulation and sunlight, availability disinfectant equipment, availability Handwashing with Soap (CTPS) and running water facilities, and setting a minimum distance between chairs of 1 meter and not facing each other. The results of the study found that the two samples of student flats, in general, had met the Healthy Home Principles. Meanwhile, the implementation of Health Protocol facilities in student flats in Makassar City is still lacking.Keywords: Healthy Home Principles; Health Protocol; Student Flats; Shared Spaces.
ANALISIS PEMANFAATAN RUANG TERBUKA HIJAU PADA PEMUKIMAN PADAT DI KECAMATAN RAPPOCINI KOTA MAKASSAR Siti Fuadillah A. Amin
Jurnal Linears Vol 1, No 1 (2018): Jurnal Linears
Publisher : Universitas Muhammadiyah Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26618/j-linears.v1i1.1321

Abstract

Ketersediaan Ruang Terbuka Hijau khususnya pada wilayah perkotaan sangat penting mengingat besarnya manfaat yang diperoleh dari keberadaan RTH tersebut. Untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas Ruang Terbuka Hijau (RTH), khususnya pada kawasan permukiman padat, Pemanfaatan RTH menjadi hal yang menarik untuk diteliti karena kebanyakan RTH sudah bergeser dari fungsinya. Penelitian ini bertujuan mengetahuai apakah luas dan rencana pengembangan Ruang Terbuka Hijau sesuai aturan, dan mengetahui alternatif kebijakan yang digunakan dalam meningkatkan pengelolaan Ruang Terbuka Hijau. Penelitian ini juga dilakukan identifikasi Ruang Terbuka Hijau yang telah ada di wilayah pemukiman padat di Kecamatan Rappocini. Kecamatan Rappocini membutuhkan RTH adalah 30% dari luas wilayah yaitu 276.9 ha dan untuk Kelurahan Ballaparang dan Bonto Makkio yang berada di Kelurahan Rappocini yaitu sebesar 15,36 ha untuk Kelurahan Ballaparang dan 6 ha untuk Kelurahan Bontomakkio Pengembangan Ruang Terbuka Hijau (RTH) pada permukiman padat di kedua Kelurahan yang ada di Kecamatan Rappocini Kota Makassar terdapat peningkatan dilihat dari jenis RTH yang sudah ada sekarang. Terdapat RTH public seperti taman lingkungan dan juga RTH privat seperti RTH pekarangan dan taman atap.
Intensitas Penggunaan Ruang Terbuka Komunal di Lingkungan Kampus Kota Makassar Citra Amalia Amal; Andi Annisa Amalia; Siti Fuadillah Alhumairah Amin
Jurnal Linears Vol 2, No 2 (2019): Jurnal Linears
Publisher : Universitas Muhammadiyah Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26618/j-linears.v2i2.3122

Abstract

Persentase jumlah dan luasan ruang-ruang terbuka komunal pada perguruan tinggi di Kota Makassar masih rendah, padahal ruang terbuka komunal di lingkungan kampus sering kali digunakan untuk media komunikasi informal, penunjang kegiatan kurikuler (diskusi, mengerjakan tugas, laporan atau makalah, serta tempat menunggu jeda kuliah). Keterbatasan ruang komunal di kampus tersebut akan berakibat pada terbentuknya ruang-ruang baru secara spontan, atau menggunakan ruang tidak sesuai fungsinya, sehingga menimbulkan konflik antar ruang, karena mahasiswa cenderung keluar dari batas teritori ruang yang sudah disiapkan di dalam kampus. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif deskriptif. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi dan angket (daftar pertanyaan). Intensitas penggunaan ruang terbuka komunal paling tinggi ditemukan pada area Taman Infinity Bridge Kampus Unhas, Pelataran Fakultas Teknik Industri Kampus UMI, area Taman Kampus UNM, dan Pelataran Balai Sidang Kampus Unismuh. Pada keempat ruang terbuka komunal tersebut terdapat interaksi sosial yang kontinu dalam durasi 30 menit, dan pengalaman ruang yang menyenangkan. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi tingginya intensitas penggunaan ruang terbuka komunal pada keempat kampus di Kota Makassar, antara lain (1) Fasilitas untuk menunjang kenyamanan fisik  berupa bangku taman atau tempat duduk dan gazebo, jogging track, jalur sepeda (2) View berupa danau, unsur soft scape (tanaman), atau mural (3) Kenyamanan sensory berupa ruang terbuka dengan adanya peneduh dan atap bangunan, (4) Aksesibilitas berupa pathway atau selasar yang dekat dengan ruang kuliah atau ruang tujuan berikutnya, (5) Keakraban dengan lingkungan, seperti teras masjid, selasar dan pelataran fakultas sangat dikenal oleh mahasiswa, (6) Estetika lingkungan berupa ikon tertentu yang dapat digunakan untuk berswafoto dan penataan tempat yang menarik.
Pelatihan food photography bagi kelompok UKM kuliner Kecamatan Rappocini Kota Makassar Siti Fuadillah; Andi Annisa Amalia; Khilda Wildana Nur
KACANEGARA Jurnal Pengabdian pada Masyarakat Vol 4, No 2 (2021): Juli
Publisher : Institut Teknologi Dirgantara Adisutjipto

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.28989/kacanegara.v4i2.819

Abstract

Usaha makanan atau kuliner saat ini menjadi tren dan gaya hidup terutama di kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung dan Surabaya, Makassar dan kota-kota besar lainnya. Makanan merupakan elemen kuat dalam menunjukkan dan memperkenalkan daerah maupun sebuah usaha kuliner. Hal ini mendasari tren perkembangan fotografi makanan atau food photography. UKM Kuliner Kecamatan Rappocini saat ini hanya mengemas produk kulinernya dengan sederhana, mengambil sampel foto di sosial media maupun internet yang bukan merupakan foto produk secara original. Sehingga pembeli kurang tertarik dengan kuliner tersebut. Hal ini mendasari kegiatan pengabdian masyarakat dalam Pelatihan food photography bagi pelaku usaha tersebut sebagai solusi pengembangan UKM kuliner yang ada di Rappocini. Metode pelatihan adalah melakukan sosialisasi tentang kegiatan dan pembekelan materi mengenai Langkah-langkah pembuatan food photography kemudian peserta melakukan praktek langsung dan penilain hasil pemotretan dari sampel makanan yang disiapkan. Target luaran yang diharapkan adalah peningkatan kapasitas pelaku UKM Kuliner, peningkatan kapasitas dalam promosi dan pemasaran UKM dari food photography sehingga dapat menjadi UKM yang lebih professional dan mandiri.
Evaluasi Adaptasi Arsitektur terhadap Pandemi Covid-19 pada Bangunan Fasilitas Kesehatan di Makassar Khilda Wildana Nur; Andi Annisa Amalia; Siti Fuadillah Alhumairah Amin
ARSITEKTURA Vol 20, No 1 (2022): Arsitektura : Jurnal Ilmiah Arsitektur dan Lingkungan Binaan
Publisher : Universitas Sebelas Maret Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20961/arst.v20i1.55995

Abstract

Architecture responds to the Pandemic with a unified and massive form, while the Covid-19 demands buildings that are completely void. This research was conducted at the healthcare facility building at Khadijah Hospital in Makassar which is expected to be a representative building for mapping the transmission of Covid-19 in public facilities. This study aims to examine adaptation strategies from the architectural realm in healthcare facilities combined with studies on COVID-19 mitigation and Muhammadiyah mediation in applying Islamic concepts. This research is descriptive exploratory to the object of research. The data collection method was obtained from the results of observations, interviews, and literature studies which were then analyzed using synchronic reading and diachronic reading methods, aligning all available information so that conclusions were obtained from all references. This study results that adaptation is more likely to regulate circulation, limit the number of people, and reduce furniture. Providing additional rooms such as green open spaces, and special cabin for patients and visitors are not fully accommodated because health care facility considers the cost and construction time. Another result is that the form of architectural adaptation raises the potential for design based on natural interventions such as the healing environment approach and biophilic design.
RANCANG BANGUN ASTER (WASTAFEL PORTABEL) SEBAGAI SARANA PROTOKOL KESEHATAN DI SD/SMA MUHAMMADIYAH 3 KOTA MAKASSAR Citra Amalia Amal; Siti Fuadillah Alhumairah Amin; Khilda Wildana Nur; Muhammad Rifai Saputra
Martabe : Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat Vol 5, No 6 (2022): Martabe : Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat
Publisher : Universitas Muhammadiyah Tapanuli Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31604/jpm.v5i6.1995-2007

Abstract

The priority problem for partners is the unavailability of Health Protocol facilities in the SD/SMA Muhammadiyah 3 Makassar to support the implementation of the transition period for the implementation of the face-to-face learning system. For this reason, it is necessary to provide standardized Health Protocol facilities as contained in the Handbook for the Implementation of Learning in the 2020/2021 Academic Year and the 2020/2021 Academic Year during the Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) Pandemic Period. The Health Protocol facilities are in the form of providing: (1) adequate and easily accessible CTPS (Handwashing with Soap) facilities, (2) hand sanitizers at entrances and other strategic locations, (3) body temperature measuring devices, and (4) fluids disinfectant. The Service Implementation Team designs and builds portable CTPS facilities, so that they are more practical and efficient, and are known as portable sinks. The Portable Sink (abbreviated ASTER) was chosen because considered the condition of the existing Muhammadiyah 3 Makassar Elementary School/SMA building which did not allow for CTPS facilities in narrow corridor areas and would cause queues to pile up, so it was feared that it would be difficult for students to implement physical distancing. Besides CTPS facilities, the Service Implementation Team also provides other Health Protocol facilities, namely hand sanitizers. The hand sanitizer that is prepared to be comfortable to use and not easily spilled or lost will be supported by a bracket that is screwed to the wall. In addition to the two Health Protocol facilities mentioned above, the Service Implementation Team also prepares body temperature measuring devices, and disinfectant liquid. Thus, SD/SMA Muhammadiyah 3 Makassar City as a service partner can safely carry out the Face-to-Face Learning (PTM) process because it has been equipped with Health Protocol facilities in a standardized school environment.