Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search

Efek Penggunaan Balok Tidur Terhadap Perilaku Seismik Struktur Gedung Beton Bertulang Berlantai Banyak Muin, Resmi Bestari; Hidayat, Rahmat
Media Teknik Sipil Vol 17, No 2 (2019): Agustus
Publisher : Department of Civil Engineering, Faculty of Engineering, University of Muhammadiyah Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22219/jmts.v17i2.9863

Abstract

Adakalanya balok tidur harus digunakan demi mendapatkan jumlah lantai yang lebih banyak, sementara berdasarkan ilmu gaya balok tidur kurang menghasilkan desain yang optimal, dan tentunya akan berpengaruh juga terhadap perilaku seismic struktur.Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji perilaku bangunan terhadap beban gempa dengan menggunakan balok tidur. Objek penelitian ini menggunakan bangunan gedung berbentuk persegi panjang. Perilaku struktur bangunan yang ditinjau antara lain respon struktur berupa gaya geser dasar, periode getar struktur, simpangan total dan simpangan antar tingkat. Analisis terhadap beban gempa menggunakan analisis dinamis respons spektrum berdasarkan SNI 1726:2012 dengan bantuan software Robot Analysis Struktur versi 2019.Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan balok tidur pada bangunan menurunkan kekakuan struktur, memperbesar periode getar struktur, memperkecil gaya geser dasar, memperbesar simpangan total dan simpangan antar tingkat. Akibat penggunaan balok lebar dengan luas yang sama dengan balok normal, menghasilkan jumlah tulangan yang dibutuhkan lebih banyak 1,218% dari balok normal.
PENGONTROLAN RETAK PADA BETON DENGAN OPTIMALISASI INTERAKSI KOMPOSIT BETON PADA INTERFACE ZONE Muin, Resmi Bestari; Alva, Sagir; Patty, Agnes Hanna; Fidi, Fidi; Arianti, Adelfy Dara
Jurnal Teknik Sipil Vol 27, No 1 (2020)
Publisher : Institut Teknologi Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.5614/jts.2020.27.1.7

Abstract

AbstrakStudi ini melakukan kajian yang signifikan terhadap kemungkinan terjadinya retak awal dan perambatannya yang rentan terjadi pada struktur-struktur di daerah marine. Retak beton yang terjadi merambat terutama di sepanjang interface zone yang secara signifikan dikondisikan oleh karakteristik agregat. Karakteristik agregat sebagai pengisi beton memiliki peran signifikan sebagai media pelepasan energi regangan dan dikenal sebagai energi fraktur. Hubungan energi fraktur dengan sifat material belum diidentifikasi secara jelas, dan sebagian besar studi menunjukkan ketidakpekaan relatif terhadap faktor air-semen, di mana retakan beton merambat terutama di sepanjang antarmuka agregat-semen. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental tentang karakteristik fraktur beton dengan variasi gradasi agregat kasar diameter maksimum 25 mm dan 20 mm, serta variasi faktor air-semen (w/c rasio) 0,30, 0,40 dan 0,6 dengan diameter maksimum agregat kasar 19 mm.   Eksperimen meliputi uji kuat tekan dan uji parameter fraktur yang terdiri dari energi fraktur dan faktor intensitas tegangan. Tes lentur tiga titik dipilih berdasarkan rekomendasi RILEM untuk menghitung parameter fraktur.Hasil penelitian menunjukkan bahwa gradasi agregat yang digunakan dalam campuran beton mempengaruhi energi fraktur beton. Energi puncak tertinggi didapat dengan menggunakan gradasi agregat menerus. Ukuran maksimum agregat mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap energi fraktur. Semakin besar ukuran maksimum agregat dalam campuran beton, semakin tinggi energi puncak yang dicapai. Gradasi seragam dengan ukuran maksimum yang lebih kecil memiliki nilai kuat tekan yang tinggi namun energi fraktur yang rendah. Kuat tekan meningkat dengan menurunnya w/c rasio air-semen, sedangkan energi fraktur tidak memberikan pola yang sama dengan kuat tekan dengan perubahan w/c rasio.  AbstractThis study conducts a significant study of the possibility of initial cracking and its propagation, which is susceptible to concrete structures. Concrete cracks that occur propagate mainly along the interface (interface zone) which is significantly influenced by the cement water factor and aggregate characteristics, as a concrete filler have a significant role as a strain energy release media known as fracture energy (GF). The relationship of fracture energy to material properties has not been clearly identified, besides that most studies show a relative insensitivity to the water-cement factor, where concrete cracks propagate mainly along the aggregate-cement interface. This study is an experimental study of the characteristics of concrete fractures with variations in coarse aggregate gradations, namely uniform coarse gradations with the maximum diameter of 25 mm (25 S) and 20 mm (20 S); continuous coarse aggregate with the maximum diameter of 25 mm (25 M), as well as variations in the water-cement factor (w / c ratio): 0.30 (HSC); 0.40 (MSC) and 0.6 (NSC) with a coarse aggregate maximum diameter of 19 mm. Experiments include compressive strength tests and concrete fracture property tests consisting of fracture energy
Pengontrolan Retak pada Beton dengan Optimalisasi Interaksi Komposit Beton pada Interface Zone Resmi Bestari Muin; Sagir Alva; Agnes Hanna Patty; Fidi Fidi; Adelfy Dara Arianti
Jurnal Teknik Sipil Vol 27 No 1 (2020)
Publisher : Institut Teknologi Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.5614/jts.2020.27.1.7

Abstract

AbstrakStudi ini melakukan kajian yang signifikan terhadap kemungkinan terjadinya retak awal dan perambatannya yang rentan terjadi pada struktur-struktur di daerah marine. Retak beton yang terjadi merambat terutama di sepanjang interface zone yang secara signifikan dikondisikan oleh karakteristik agregat. Karakteristik agregat sebagai pengisi beton memiliki peran signifikan sebagai media pelepasan energi regangan dan dikenal sebagai energi fraktur. Hubungan energi fraktur dengan sifat material belum diidentifikasi secara jelas, dan sebagian besar studi menunjukkan ketidakpekaan relatif terhadap faktor air-semen, di mana retakan beton merambat terutama di sepanjang antarmuka agregat-semen. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental tentang karakteristik fraktur beton dengan variasi gradasi agregat kasar diameter maksimum 25 mm dan 20 mm, serta variasi faktor air-semen (w/c rasio) 0,30, 0,40 dan 0,6 dengan diameter maksimum agregat kasar 19 mm.   Eksperimen meliputi uji kuat tekan dan uji parameter fraktur yang terdiri dari energi fraktur dan faktor intensitas tegangan. Tes lentur tiga titik dipilih berdasarkan rekomendasi RILEM untuk menghitung parameter fraktur.Hasil penelitian menunjukkan bahwa gradasi agregat yang digunakan dalam campuran beton mempengaruhi energi fraktur beton. Energi puncak tertinggi didapat dengan menggunakan gradasi agregat menerus. Ukuran maksimum agregat mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap energi fraktur. Semakin besar ukuran maksimum agregat dalam campuran beton, semakin tinggi energi puncak yang dicapai. Gradasi seragam dengan ukuran maksimum yang lebih kecil memiliki nilai kuat tekan yang tinggi namun energi fraktur yang rendah. Kuat tekan meningkat dengan menurunnya w/c rasio air-semen, sedangkan energi fraktur tidak memberikan pola yang sama dengan kuat tekan dengan perubahan w/c rasio.  AbstractThis study conducts a significant study of the possibility of initial cracking and its propagation, which is susceptible to concrete structures. Concrete cracks that occur propagate mainly along the interface (interface zone) which is significantly influenced by the cement water factor and aggregate characteristics, as a concrete filler have a significant role as a strain energy release media known as fracture energy (GF). The relationship of fracture energy to material properties has not been clearly identified, besides that most studies show a relative insensitivity to the water-cement factor, where concrete cracks propagate mainly along the aggregate-cement interface. This study is an experimental study of the characteristics of concrete fractures with variations in coarse aggregate gradations, namely uniform coarse gradations with the maximum diameter of 25 mm (25 S) and 20 mm (20 S); continuous coarse aggregate with the maximum diameter of 25 mm (25 M), as well as variations in the water-cement factor (w / c ratio): 0.30 (HSC); 0.40 (MSC) and 0.6 (NSC) with a coarse aggregate maximum diameter of 19 mm. Experiments include compressive strength tests and concrete fracture property tests consisting of fracture energy
Kajian Analisis Pengaruh Gaya Eksentrisitas Pada Titik Buhul Rangka Atap Baja Ringan Yusup Supriawan; Resmi Bestari Muin; Cahyadi Cahyadi
Rekayasa Sipil Vol 11, No 2 (2022)
Publisher : Universitas Mercu Buana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22441/jrs.2022.v11.i2.05

Abstract

Struktur penutup atap dengan menggunakan baja ringan untuk bangunan hunian, sekolah dan bangunan sederhana lainnya menjadi pilihan utama pada saat ini karena baja ringan mempunyai beberapa untungan diantaranya bobot yang ringan, pengerjaan praktis dan tahan cuaca. Namun perlu diingat bahwa penggunaan kontruksi rangka atap baja ringan jika tidak direncanakan sesuai pedoman teknis dapat mengakibatkan kegagalan struktur. Kegagalan stuktur dapat disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya faktor perencanaan dan pelaksanaan. Dalam perencanaan sambungan garis gaya direncanakan bertemu pada titik buhul akan tetapi pada pelaksanaan dipasang tidak bertemu pada titik buhul. Hal demikian tentunya akan menimbulkan hasil perhitungan yang berbeda pada gaya-gaya yang bekerja maupun tegangan-tegangan yang ditimbulkan. Metode yang dilakukan pada penelitian ini adalah membuat model struktur rangka baja ringan dengan sambungan titik buhul ideal dan struktur rangka baja ringan dengan sambungan titik buhul eksentis. Kemudian kedua model struktur tersebut dilakukan analisa dengan menggunakan bantuan software dengan beban yang diperhitungankan adalah beban mati, beban hidup dan beban angin. Dari analisa tersebut akan dihasilkan besaran gaya batang pada stuktur rangka atap baja ringan dengan titik buhul ideal dan titik buhul eksentris serta lendutan yang terjadi pada setiap titik buhulnya. Gaya batang pada rangka atap baja ringan dengan titik buhul eksentis lebih besar dibandingan dengan rangka atap baja ringan dengan titik buhul sentris, persentase pertambahan gaya batang yang terjadi antara 30,820 % sampai dengan 149,127%. Pada struktur rangka baja ringan titik buhul mengalami eksentrisitas beban maksimum (Pmaks) yang terjadi akan lebih besar dibandingkan dengan struktur rangka baja ringan pada titik buhul dipasang sentris. Beban maksimum (Pmaks) terjadi akibat beban angin sebesar 4582.80 kg sedangkan pada rangka dengan titik buhul sentris sebesar 2788,60 kg. Lendutan pada struktur rangka baja ringan titik buhul eksentris lebih besar dibandingkan dengan struktur rangka baja ringan pada titik buhul dipasang sentris. Persentase pertambahan lendutan yang terjadi antara 20,783 % sampai dengan 226,104 %. Lendutan terbesar terjadi akibat beban kombinasi 2 sebesar 13,831 mm pada struktur rangka atap baja ringan dengan titik buhul eksentris, sedangkan untuk struktur rangka atap baja ringan dengan titik buhul sentris sebesar 7,586 mm.
Studi Eksperimental Dan Analisis Elemen Rangka Atap Baja Ringan Komposit Aplus Casting Plaster Pada Batang Tekan Cahyadi, Cahyadi; Muin, Resmi Bestari
Syntax Literate Jurnal Ilmiah Indonesia
Publisher : CV. Ridwan Publisher

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1744.701 KB) | DOI: 10.36418/syntax-literate.v5i8.1537

Abstract

Tekuk merupakan fenomena yang terjadi jika batang memperoleh gaya tekan. Tekuk perlu dihindari agar tidak terjadi kegagalan struktur bangunan. Rangka atap baja ringan merupakan salah satu struktur bangunan yang beresiko tinggi terjadinya tekuk, yang disebabkan karena material yang sangat tipis. Salah satu alternatif untuk meningkatkan tekuk pada rangka baja ringan adalah penggabungan material baru atau yang disebut material komposit. Aplus casting plaster salah satu alternatif material tambahan yang bisa meningkatkan batang kuat terhadap tekuk. Kandungan bahan yang ada pada material tersebut adalah calcium sulfate hemihidrate dan cristaline silica. Material ini bisa diperoleh dipasaran sebagai bahan pembuatan lis plafon. Pada penelitian ini ingin mengetahui beban maksimum dan pola keruntuhan elemen batang komposit dan non komposit pada rangka baja ringan. Jumlah sample masing-masing 18 elemen batang komposit dan non komposit dengan panjang elemen batang masing-masing 400mm, 600mm, 800mm, 1000mm, 1200mm dan 1400mm. Metoda analisis menggunakan SNI 7971-2013 untuk material non komposit dan SNI 1729-2015 untuk material komposit, sedangkan metoda eksperimental dilakukan dengan uji tekan menggunakan alat UTM (Universal Testing Material) dengan pembebanan bertahap sampai elemen batang mengalami keruntuhan. Hasil penelitian menunjukan bahwa elemen batang komposit memiliki kekuatan yang lebih tinggi dari elemen batang non komposit antara 48.35% sampai dengan 108.96% dengan pola keruntuhan yang terjadi tekuk lentur untuk semua elemen batang non komposit dan tekuk lokal pada sebagian elemen batang komposit kecuali pada panjang elemen batang 1200mm dan 1400mm terjadi tekuk lentur.
Comparison of Real Response Modification Factors and Performance of SMRFS Structure with OMRFS Structure Using Pushover Method Friska Damayanti; Resmi Bestari Muin
Rekayasa Sipil Vol 12, No 1 (2023)
Publisher : Universitas Mercu Buana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22441/jrs.2023.v12.i1.04

Abstract

The value of the earthquake response modification factor ( ) affects the results of the story drift in the SMRSF structure, where the smaller the -value, the larger the deviation and the need for longitudinal reinforcement will be more and more. For structures that do not comply with the SMRSF provisions, in some locations the need for reinforcement is less than that of structures that use the SMRSF provisions. The performance of a structure can be analyzed using the pushover method. The research was conducted with a 4-story and 8-story configuration, with soft soil and medium soil conditions and using SMRSF and OMRSF. From research analysis results, the cross-sectional dimensions of the columns and beams of the ordinary moment building structure system with soft soil type are the largest cross-sectional dimensions compared to the others. Under the provisions of ATC-40, the structure is included in the Damage Control (DC) category level, which means the building is still able to withstand the force of the earthquake, and the risk of fatalities humans are very small. The real -value of the structure with SMRSF is not much different from the  in the provisions of SNI 1726:2019.
Torsion Stability and Performance of Re-entrant Irregular Multistory Structures with Optimal Shear Wall Strengthening Ghivari Alkindy; Resmi Bestari Muin
Rekayasa Sipil Vol 12, No 1 (2023)
Publisher : Universitas Mercu Buana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22441/jrs.2023.v12.i1.02

Abstract

This study aimed to reduce the torsion in the re-entrant structure that occurs due to the eccentricity distance between the center of mass and the center of rigidity. Three types of structures are modeled, namely regular structure (model A), re-entrant irregularity structure (Model B), and re-entrant irregular structure with shear wall strengthening (B-SWA). The shear wall strengthening in the B-SWA model is designed for dimensional optimization using the Nelder-Mead Algorithm method with MatLab software. Running output from the fminsearch function on MatLab, the optimal shear wall dimensions for the B-SWA model are L1 = 2.2317 m, L2 = 1.1611 m.The results of the structural analysis using the ETABS software show that the shear wall optimization carried out on the B-SWA model has succeeded in increasing the stability of the structure, namely the results of the capital mass ratio participation show a similar pattern to model A, namely in SumUX the value of 0.9019 has been reached in modal 7. Modeling optimal shear wall after performance review with pushover analysis shows that the performance of the B-SWA model has succeeded in increasing the performance seen from the Base Shear vs. Monitored Displacement value compared to models A and B.