AbstrakMunculnya konflik intern umat beragama (Islam) dalam mengamalkan ajaran agama dalam kehidupan sehari-hari disebabkan oleh antara lain berbedanya mazhab dikalangan ulama hadis sejak periode awal Islam hingga saat ini terutama dalam menentukan kualitas hadis sebagai hujjah syarâiyyah. Para ulama hadis memiliki tipologi dan konsep yang berbeda-beda, sehingga berdampak signifikan terhadap berbedanya penggunaan sebagai rujukan amaliah umat Islam hingga sekarang. Bahkan tidak jarang menimbulkan reaksi saling menyesatkan dan mengkafirkan satu sama lain. Artikel ini berupaya mengungkap paradigma ulama dalam menentukan kualitas hadis, sehingga dapat diketahui kekuatan dan kelemahan dari masing-masing mazhab serta implikasinya terhadap penggunaan landasan hukum dalam praktik kehidupan umat Islam saat ini. Penulis antara lain menemukan bahwa(a). Terdapat empat mazhab ulama dalam menentukan kualitas hadis yaitu, mutasyaddid (strict-ketat), mutaâannut (berlebihan), mutawassit} (moderat) dan mutasahhil (lunak-permisif).b). Implikasi perbedaan mazhab dalam menentukan kualitas hadis terhadap kehidupan umat Islam bagi mazhab mutasyaddid (strict) bahwa hadis yang tidak memenuhi kaedah kesahihan, tidak dapat dijadikan hujjah syarâiyyah. Begitu juga mazhab mutawassit} (moderat, kecuali terdapat dalil (Qurâan-hadis) lain yang lebih kuat sebagai pendukungnya. Adapun mazhab mutaâannut dan mutasahhil cenderung menggunakan hadis berkualitas d}aâi>f terutama untuk keutamaan amal dan akhlak.Kata Kunci: Paradigma; Ulama; Kualitas Hadis; Implikasi. AbstractTHE SCHOLARS PARADIGM IN DETERMINING THE QUALITY OF THE HADITHAND ITS IMPLICATIONS FOR THE USE OF THE LEGAL BASIS IN THE DAILY LIFE OF MUSLIMS TODAY. The emergence of internal conflicts religious (Islam) in the practice of religion in daily life caused by the different sects among the hadith scholars since the early Islamic period to the present, especially in determining the quality of the hadith as evidence syarâiyyah. The scholars of Hadith have a typology and different concepts, so a significant impact on the use of different reference amaliah Muslims today. Even sometimes cause reactions mislead each other and each other infidel. The article aims to determine the paradigm in determining the quality of the hadith scholars, so as to know the strengths and weaknesses of each school and its implications for the use of the legal basis in the daily life of Muslims today.The findings of this study are as follows: a). There are four schools in determining the quality of the hadith scholars, namely, mutasyaddid (sstrict), mutaâannut (excessive), mutawassit} (moderate) and mutasahhil (soft-permissive). B). Implications school differences in the quality of the lives of Muslim tradition for the school mutasyaddid (strict) that the hadith does not meet kaedah validity, can not be used as proof syarâiyyah. Likewise, schools mutawassit} (moderate), unless there is the argument (Qurâan-hadith) more powerful as supporters. Mutaâannut and mutasahhil, the schools tend to use quality hadith d}aâi> f especially to the virtue of charity and morals.Keywords: Paradigm; scholars; quality of Hadith; Implications