Claim Missing Document
Check
Articles

Found 20 Documents
Search

Perbuatan dan Pertanggungjawaban Hukum dalam Bingkai Ushul Fikih shindu irwansyah
Tahkim (Jurnal Peradaban dan Hukum Islam) Vol 1, No 1 (2018)
Publisher : Prodi Hukum Keluarga Islam (Ahwal Asy-Syakhsiyyah) Fakultas Syariah Unisba

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/tahkim.v1i1.3223

Abstract

Ushul fikih merupakan suatu disiplin ilmu mengenai kerangka metode pencarian hukum Islam. Sebagai sebubah metode, ia berhadapan dengan realitas sosial tampil sebagai kerangka sosial atas fenomena yang terjadi, kini dan nanti. Karena memang salah satu objek kajiannya terkait dengan aktifitas dan rutinitas manusia, baik yang berhubungan dengan “Sang Hakim” ataupun antar sesama “Mahkum”.Al-Qur’an sebagai kitab pedoman utama hukum Islam, oleh pakar teori hukum Islam (ushuliyyun), merupakan representasi Sang Hakim dalam “memutus” problematika sosial yang sudah seharusnya tidak berjarak dengan kenyataan empiris. Oleh karena itu, ushuliyyun dalam memperlakukan kaidah dan metode analisis hukum Islam bersifat value-loaded (penuh nilai) dan bukan value-free (bebas-nilai). Terlepas dari perdebatan mengenai kebenaran objektifitas atau subjektifitas, dalam ushul fiqh, “nilai-nilai tertentu” harus diterima apa adanya. Bahwa nilai itu tidak hanya merupakan ekspresi dari keinginan, kemauan, selera, atau pilihan individual an sich. Demikian pula, kondisi standar dan ideal bukan hanya sekedar refleksi harapan individual yang bersifat mutlak. Di sinilah, peran penting ushul fikih sebagai pengawal syari’at (baca; hukum Islam) yang pondasi-pondasinya oleh nabi Muhammad saw telah diperagakan limabelas abad silam. Inilah karakteristik logika hukum syari’at Islam yang berbeda dengan hukum lainnya.Namun, dalam perkembangannya saat ini, ushul fikih mengalami ketertinggalan oleh metodologi-metodologi hukum modern yang terus berkembang cepat dalam menjawab persoalan masyarakat dunia. Tulisan ini, penulis fokuskan pada kajian perbuatan dan pertanggungjawaban hukum yang oleh Ushuliyyun disebut dengan istilah mahkum fih dan mahkum ‘alaih. Dalam hal ini, Siapa mukhatab yang dimaksud oleh Syari’ (Allah swt)? Apa pula bentuk pertanggungjawabannya? Untuk menghampiri “kehendakNya” perlu pengetahuan yang komprehensip, salah satunya melalui studi Ushul Fikih.
KETAHANAN KELUARGA DI MASA PANDEMI COVID 19 DIHUBUNGKAN DENGAN UNDANG-UNDANG DAN MAQASHID SYARIAH Yandi Maryandi; Shindu Irwansyah; TB Hadi Sutikna
Tahkim (Jurnal Peradaban dan Hukum Islam) Vol 4, No 2 (2021)
Publisher : Prodi Hukum Keluarga Islam (Ahwal Asy-Syakhsiyyah) Fakultas Syariah Unisba

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/tahkim.v4i2.8304

Abstract

Family resilience is a family condition that has tenacity and toughness and contains physical and material abilities in order to live independently and develop themselves and their families to live harmoniously in increasing physical and spiritual well-being and happiness. To deal with this cultural attack of globalization coupled with the COVID-19 pandemic crisis which resulted in many impacts on divorce, it is necessary to have good family resilience and the quality of religious education applied in social life. Family resilience is the key to successful development in a country that will have an impact on national resilience and the sustainability of a nation. The formulation of the problem is summarized in the objectives of this study, namely; To know the concept of family resilience according to Indonesian law and Maqashid Syari'ah, as well as to find the right solution and form of family resilience during the COVID-19 pandemic to avoid division and divorce. From this research, the long-term goal is to be able to regenerate the spirit of maintaining family resilience in an increasingly massive era of globalization, with the support of the government and religious education, it is hoped that the quality of family resilience will be better. The research methodology used is a qualitative research method through literature study, with normative juridical research and secondary data sources collected by documentary and interview methods and then analyzed descriptively qualitatively so that the level of synchronization, appropriateness of norms, and so on are known.
Ngabungbang Ritual Culture in Peasant Communities Shindu Irwansyah; Hadi Nuramin; Dede Wahyudin
International Journal of Islamic Khazanah Vol 10, No 2 (2020): IJIK
Publisher : UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (576.056 KB) | DOI: 10.15575/ijik.v10i2.8414

Abstract

The purpose of this study is to explore the purpose of carrying out the rituals of ngabungbang and increase the local wisdom of Sundanese people, especially the people of Cihideung. This research uses descriptive qualitative methods, data collection techniques used are observation, interviews, document studies, literature studies, namely by investigating and covering the analysis and interpretation of data to conclusions based on research. Humans basically have bad traits which must be cleaned in order to bring kindness, peace and comfort to other beings. Cihideung residents believe that spirits and spirits who occupy their place can give good or bad. ngabungbang is silent outside the building by staying up all night especially in the sacred place of the full moon calendar which is usually done on the fourteenth of the month of mulud because in this month the birth of the prophet Muhammad SAW. the mosque. The mourning ritual is still carried on from generation to generation which mediates the people of Cihideung to rid themselves of bad traits, stay away from reinforcements in order to get good and be kept away from the ugliness that befalls them when living life, and respect their spirits with media used as media symbol in ritual. The media in this ritual are offerings for the karuhun which consist of: Gapar mulud, Gapar Kabulan, Nyimbel Red and white porridge, bitter coffee, brown sugar, milk, and clear water, salt, rice cone, rice and money.
Regulasi Zakat dan Pranata Sosial Dalam Upaya Pengentasan Masalah Kemiskinan Muhamad Taufik; Shindu Irwansyah
Asyahid Journal of Islamic and Quranic Studies (AJIQS) Vol 2, No 2 (2020): Asyahid
Publisher : STAI AL-FALAH CICALENGKA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

AbstrakHampir setiap menjelang Idul Fitri, ribuan orang berdesak-desakan sampai beberapa orang pingsan untuk berebut zakat mal dari seorang pengusaha dan atau pejabat publik. Warga miskin mempertaruhkan jiwanya untuk mendapatkan sedikit uang (antara 10 ribu sampai 25 ribu rupiah). Pembagian zakat secara langsung ini karena muzaki merasa lebih tepat sasaran atau kurang percaya dengan akuntabilitas lembaga-lembaga pengelola zakat. Dalam ekonomi kontemporer, zakat memiliki dampak distributional untuk mengurangi kesenjangan pendapatan antara golongan kaya dan miskin. Zakat juga dapat menstimulasi tuntutan ekonomi kaum miskin dengan meningkatkan output dan lapangan pekerjaan. Jadi, apabila zakat ditunaikan sesuai syariat, kemiskinan dapat dihilangkan dengan mengurangi umat muslim yang miskin. Umat muslim juga dianjurkan berinfak, seperti pendirian institusi wakaf. Institusi wakaf dapat dimodifikasi untuk mempromosikan kemajuan umat Islam dan meningkatkan kemampuan mereka untuk menghadapi tantangan globalisasi ekonomi. Pengentasan kemiskinan menuntut umat Islam melakukan transformasi radikal yang mencakup bangunan berkapasitas lengkap, komitmen kerjasama, political will pemerintah, serta regulasi dan implementasi prinsip-prinsip keadilan dalam Islam. Kata kunci: Zakat mal, lembaga pengelola zakat
Analisis Hukum Waris Islam terhadap Pasal 177 KHI dan SEMA No. 2 Tahun 1994 tentang Besar Bagian Waris Ayah Refsi Inggranawat; Shindu Irwansyah
Jurnal Riset Hukum Keluarga Islam Volume 1, No.2, Desember 2021, Jurnal Riset Hukum Keluarga Islam (JRHKI)
Publisher : UPT Publikasi Ilmiah Unisba

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (216.704 KB) | DOI: 10.29313/jrhki.v1i2.431

Abstract

Abstract. Q.S. An-Nisa: 11, 12, and 176 are the basis of inheritance law. Q.S.An-Nisa: 11 describes the inheritance of parents when the testator does not leave the child, the mother gets 1/3 part, while the rest of the father. However, KHI brings up 1/3 part for the father when the heir does not leave the child. Against this decree, SEMA was born No. 2 of 1994 as an explanation of the meaning of article 177 KHI so that the sound of article 177 changes to: "father gets 1/3 part if the heir does not leave the child but leaves the husband and mother". Part 1/3 for fathers must be examined whether it is contrary to the Qur'an or not. This research is a qualitative literature study with descriptive-analysis data processing techniques and legal comparative techniques between classical interpretation, contemporary interpretation with article 177 KHI and SEMA No. 2 of 1994. The results of this study are classical scholars and contemporary scholars agree, in a condition the heir does not leave the child, the father gets the rest. However, there are additions from classical scholars that in the condition of the heir does not leave the child but leaves the husband and mother, the father still gets leftover (ashabah), mother 1/3 of the remainder after being given the husband's share, and husband ½. Clause Article 177 KHI and SEMA No. 2 of 1994 became no longer urgent after being reviewed from the Islamic inheritance and after being calculated by gharrawain. Abstrak. Q.S. An-Nisa: 11, 12, dan 176 adalah dasar hukum waris. Q.S.An-Nisa: 11 menjelaskan waris orangtua ketika pewaris tidak meninggalkan anak, ibu memperoleh 1/3 bagian, sedangkan ayah sisanya. Akan tetapi, KHI memunculkan bagian 1/3 untuk ayah ketika pewaris tidak meninggalkan anak. Terhadap ketetapan tersebut, lahirlah SEMA No. 2 Tahun 1994 sebagai penjelasan tentang pengertian pasal 177 KHI sehingga bunyi pasal 177 berubah menjadi: “ayah mendapat 1/3 bagian apabila pewaris tidak meninggalkan anak tetapi meninggalkan suami dan ibu”. Bagian 1/3 untuk ayah harus dikaji apakah bertentangan dengan Al-Qur’an atau tidak. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang bersifat kepustakaan dengan teknik pengolahan data deskriptif-analisis dan teknik komparasi hukum antara tafsir klasik, tafsir kontemporer dengan pasal 177 KHI dan SEMA No. 2 Tahun 1994. Hasil dari penelitian ini adalah ulama klasik dan ulama kontemporer sepakat, dalam keadaan pewaris tidak meninggalkan anak, ayah memperoleh sisa. Namun ada tambahan dari ulama klasik bahwa dalam keadaan pewaris tidak meninggalkan anak tetapi meninggalkan suami dan ibu, ayah tetap memperoleh sisa (ashabah), ibu 1/3 dari sisa setelah diberikan bagian suami, dan suami ½. Klausul Pasal 177 KHI dan SEMA No. 2 Tahun 1994 menjadi tidak urgent lagi setelah ditinjau dari waris Islam dan setelah dilakukan perhitungan dengan cara gharrawain.
Implementasi Sidang Keliling di Pengadilan Agama Garut menurut Maslahah Mursalah Salma Siti Safira; Shindu Irwansyah
Jurnal Riset Hukum Keluarga Islam Volume 2, No.1, Juli 2022, Jurnal Riset Hukum Keluarga Islam (JRHKI)
Publisher : UPT Publikasi Ilmiah Unisba

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (107.46 KB) | DOI: 10.29313/jrhki.vi.717

Abstract

Abstract. The mobile court is one of the services provided by the Religious Courts to help facilitate justice seekers who are constrained by geographical, transportation, social and economic conditions to come to the court office. Maslahah mursalah is one of the theories of extracting law in Islam when there are no rules in the Qur'an or hadist. Researchers in their research formulate the formulation of the problem as follows: How are the provisions of maslahah in determining Islamic law; How is the concept and implementation of the circuit court at the Garut Religious Court; What is the impact of the implementation of the circuit court at the Garut Religious Court according to maslahah mursalah; The purpose of this research is to answer the formulation of the problem. This research is a field research, using qualitative descriptive analysis techniques. The results of his research that the circuit court at the Garut Religious Court is in accordance with the maslahah mursalah theory because it contains benefits that are in line with the goals of Islamic law but are not regulated by sharia; the concept and implementation of the circuit court at the Garut Religious Court in accordance with the provisions of the applicable procedural law. And the circuit court at the Garut Religious Court seen from the level of benefit is a hajjiyah maslahah. Abstrak. Sidang keliling adalah salah satu bentuk pelayanan yang diberikan Pengadilan Agama untuk membantu memudahkan para pencari keadilan yang terkendala oleh kondisi geografis, transportasi, sosial maupun ekonomi untuk datang ke kantor pengadilan. Maslahah mursalah merupakan salah satu teori penggalian hukum dalam Islam ketika tidak ada aturan dalam Al-Qur’an maupun hadist. Peneliti dalam penelitiannya merumuskan rumusan masalah sebagai berikut: Bagaimana ketentuan maslahah dalam penentuan hukum Islam; Bagaimana konsep dan implementasi sidang keliling di Pengadilan Agama Garut; Bagaimana dampak implementasi sidang keliling di Pengadian Agama Garut menurut maslahah mursalah; adapun tujuan dari penelitian ini yaitu menjawab rumusan masalah. Penelitian ini merupakan penelitian lapangan (field research), menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif. Hasil penelitiannya bahwa sidang keliling di Pengadilan Agama Garut sesuai dengan teori maslahah mursalah karena mengandung kemaslahatan yang sejalan dengan tujuan syariat Islam tetapi tidak diatur oleh syara; konsep dan implementasi sidang keliling di Pengadilan Agama Garut sesuai dengan ketentuan hukum acara yang berlaku. Dan sidang keliling di Pengadilan Agama Garut dilihat dari tingkat kemaslahatannya merupakan maslahah hajjiyah.
Penerapan Asas – Asas Muamalah dan Undang – Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen terhadap Jual Beli Kosmetik Preloved Widiyanti; Nandang Ihwanudin; Shindu Irwansyah
Bandung Conference Series: Sharia Economic Law Vol. 2 No. 1 (2022): Bandung Conference Series: Sharia Economic Law
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (275.153 KB) | DOI: 10.29313/bcssel.v2i1.156

Abstract

Abstract. The cosmetics and skincare marketplace facebook group is a facebook group that trades preloved cosmetics. Where preloved cosmetics are defined as cosmetics that have been liked by previous users or used cosmetics. The purpose of this study is to find out how the practice of buying and selling preloved cosmetics and the application of the principles of muamalah and law number 8 of 1999 to the sale and purchase of preloved cosmetics in the cosmetics and skincare marketplace facebook group. The research method used is descriptive qualitative with a normative sociological approach. This type of research is field research with data collection techniques, namely observation, interviews and documentation. The results of this study are some of the buying and selling practices that are appropriate and that are not in accordance with the concept of buying and selling, the principles of muamalah and law number 8 of 1999 concerning consumer protection. Abstrak. Grup facebook marketplace kosmetik dan skincare merupakan grup facebook yang memperjual belikan kosmetik preloved. Dimana kosmetik preloved diartikan sebagai kosmetik yang pernah disukai oleh pengguna sebelumnya atau kosmetik seken (bekas). Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui bagaimana praktik jual beli kosmetik preloved serta penerapan asas – asas muamalah dan undang – undang nomor 8 tahun 1999 terhadap jual beli kosmetik preloved di grup facebook marketplace kosmetik dan skincare. Metode penelitian yang digunakan yaitu kualitatif deskriptif dengan pendekatan sosiologis normatif. Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan dengan teknik pengumpulan data yaitu observasi, wawancara dan dokumentasi. Hasil dari penelitian ini adalah sebagian praktik jual beli ada yang sesuai dan ada yang tidak sesuai dengan konsep jual beli, asas – asas muamalah dan undang – undang nomor 8 tahun 1999 tentang perlindungan konsumen.
Tinjauan Fikih Muamalah terhadap Praktik Jual Beli Pala Borongan di Pesantren Hidayatullah Kabupaten Fakfak Provinsi Papua Barat Dede Rifaldy Ambar; Panji Adam; Shindu Irwansyah
Bandung Conference Series: Sharia Economic Law Vol. 2 No. 1 (2022): Bandung Conference Series: Sharia Economic Law
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (225.016 KB) | DOI: 10.29313/bcssel.v2i1.721

Abstract

Abstract. The buying and selling of nutmeg between the Hidaytullah Islamic Boarding School Board and the dealer in Fakfak Regency is carried out on a wholesale basis. In this case, the pesantren sells nutmeg to the dealer who is still not ready to harvest which is still on the tree so that the suspended nutmeg changes in terms of weight and quality. Based on the discussion in the background of the problem above, the purpose of this study is to find out the practice of buying and selling nutmeg by Santri Cultivators of nutmeg at the Hidayatullah Islamic Boarding School, Fakfak Regency, and to find out the fiqh muamalah analysis of the practice of buying and selling nutmeg at the Hidayatullah Islamic Boarding School, Fakfak Regency. The research method used in the preparation of this research is to use a descriptive analytical method. The results showed that first, the sale and purchase of nutmeg at the Hidaytullah Fakfak Islamic Boarding School was done in cash, where the dealer paid cash to the pesantren, but the collection of nutmeg was suspended for a certain period. Second, from the madhiyah aspect, the sale and purchase is legal according to muamalah fiqh because the pillars and conditions of buying and selling have generally been met, but from the adabiyah aspect the buying and selling practice contains elements of dzalim actions where the Islamic boarding school is burdened with caring for the nutmeg that is still on the tree that has become property of dealer. Keywords: Buying and Selling, Nutmeg, Wholesale, and Muamalah Fiqh.Abstrak. Jual beli pala antara Pengurus Pesantren Hidaytullah dengan bandar di Kabupaten Fakfak dilakukan secara borongan. Dalam hal ini, pihak pesantren menjual pala kepada bandar yang masih masih ada pada pohonnya sehingga pala yang masih memungkinkan mengalami perubahan kualitas buah dan berat bersihnya. Berdasarkan pembahasan dalam latar belakang masalah di atas, maka tujuan penelitian adalahuntuk mengetahui praktek jual-beli pala yang dilakukan Santri Penggarap pala di Pesantren Hidayatullah Kabupaten Fakfak, dan untuk mengetahui analisis fikih muamalah terhadap praktek jual-beli pala yang dilakukan di Pesantren Hidayatullah Kabupaten Fakfak. Metode penelitian yang digunakan dalam penyusunan penelitian ini adalah dengan menggunakan metode deskriptif analitis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Pertama, pelaksanaan jual beli pala di Pesantren Hidaytullah Fakfak dilakukan secara tunai, dimana pihak bandar membayar tunai kepada pihak pesantren, namun pengambilan buah pala ditangguhkan pada masa tertentu. Kedua dari aspek madhiyah jual beli tersebut sudah sah menurut fikih muamalah karena rukun dan syarat jual beli secara umum telah terpenuhi, namun dari aspek adabiyah praktek jual beli tersebut mengandung unsur tindakan dzalim dimana pihak Pesantren terbebani perawatan pala yang masih ada pada pohon yang sudah menjadi milik bandar.Kata Kunci: Jual Beli, Pala, Borongan, dan Fikih Muamalah.
Problematika Rumah Tangga untuk Mencegah Terjadinya Perceraian bagi Aparatur Sipil Negara (Asn) Kota Bandung Tahun 2021 Nely Puspita Sari; Shindu Irwansyah
Bandung Conference Series: Islamic Family Law Vol. 2 No. 2 (2022): Bandung Conference Series: Islamic Family Law
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (114.741 KB) | DOI: 10.29313/bcsifl.v2i2.2639

Abstract

Abstract. The BP4 institution is tasked with assisting the Ministry of Religious Affairs to provide guidance and advice on marriage and divorce issues to the community. Why with a high level of Education strata actually become the most dominating divorce cases in BP4 Ministry of Religious Affairs Bandung City office. The purpose of this study is to find out household problems to prevent divorce for ASN in Bandung in 2021. The research method uses a sociological empirical juridical approach something to find out the facts and data needed which ultimately leads to problem solving. This type of research uses field research using primary and secondary data sources that are analyzed descriptively qualitative. Related to household problems in overcoming this ASN case, some know that there are several ASN involved in violations such as committing infidelity (zina) and so on. BP4 seeks to provide advice and reconcile for those ASN who are in conflict in the household, sometimes some ASN are still taboo in talking about disgrace in the household so it is difficult to give a statement to the bp4 advisory team. So the BP4 Ministry of Religious Affairs Bandung City office from the side only helps to provide solutions so that their household problems can be reconciled so that there is no divorce, especially in ASN. Abstrak. Lembaga BP4 bertugas membantu Kementerian Agama untuk memberikan bimbingan dan penasihatan tentang masalah perkawinan dan perceraian kepada masyarakat. Mengapa dengan tingkat strata pendidikan yang tinggi justru menjadi kasus perceraian paling mendominasi di BP4 Kementerian Agama Kantor Kota Bandung. Tujuan penelitian ini supaya mengetahui problematika rumah tangga untuk mencegah terjadinya perceraian bagi ASN di Kota Bandung Tahun 2021. Metode Penelitian menggunakan pendekatan Yuridis Empiris Sosiologis sesuatu untuk mengetahui fakta dan data dibutuhkan yang pada akhirnya menuju pada penyelesaian masalah. Jenis penelitian menggunakan penelitian lapangan dengan menggunakan sumber data primer dan sekunder yang dianalisis secara deskriptif kualitatif. Terkait problematika rumah tangga dalam mengatasi kasus ASN ini sebagian mengetahui bahwa ada beberapa ASN yang terlibat dalam pelanggaran seperti melakukan perselingkuhan (zina) dan lain sebagainya. BP4 berupaya untuk memberikan penasihatan serta mendamaikan bagi mereka para ASN yang sedang konflik dalam rumah tangga, terkadang sebagian ASN masih banyak juga yang tabu dalam membicarakan perihal aib pada rumah tangga sehingga sulit untuk memberikan pernyataan kepada tim penasihat BP4. Maka pihak BP4 Kementerian Agama Kantor Kota Bandung dari sisi hanya membantu untuk memberikan solusi agar permasalahan rumah tangga mereka bisa di damaikan kembali supaya tidak terjadinya perceraian khususnya pada ASN.
Konsep Pembinaan Keluarga Sakinah terhadap Narapidana Perempuan di Lapas Kelas II A Bandung Yusrina Mardhiyah Sabila; Shindu Irwansyah; Ilham Mujahid
Bandung Conference Series: Islamic Family Law Vol. 2 No. 2 (2022): Bandung Conference Series: Islamic Family Law
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (117.314 KB) | DOI: 10.29313/bcsifl.v2i2.4482

Abstract

Abstract. In Bandung Sukamiskin Prison there are 400 female inmates. This figure is quite a large number, that not only men who commit crimes, but also many women who are involved in criminal acts. The purpose of this study was to determine the concept of fostering a sakinah family against female prisoners in Class II prisons in Bandung. This research is a qualitative research. This study has a technique of collecting data with interviews, observation and documentation. Respondents in this study were Islamic religious instructors totaling 1 person and 2 female prisoners. The results of this research are 1) The concept of implementing the Sakinah family development activities for the inmates of the Women's Prison II A Bandung has been conceptualized based on the concept of spiritual (religious) development where the implementation of the concept of fostering the Sakinah family is carried out by reading the Koran, praying, memorizing surahs, then studying and etiquette in married. 2) The process of implementing the development of the Sakinah family at the Sukamiskin Prison in Bandung is carried out by providing romance booths so that the rights as husband and wife of inmates can be carried out and this guidance is carried out to overcome inmates' problems related to problems in the family. 3) The impact resulting from fostering the Sakinah family is that inmates can take positive things where they can recite the Koran, pray, study sunnah, and etiquette in the household even though they are prisoners. Meanwhile, because the study of the development of the Sakinah family was the only material, the prisoners were bored and thought of it as just filling their free time. Abstrak. Dalam Lapas Sukamiskin Bandung terdapat 400 orang Narapidana Perempuan. Angka tersebut merupakan jumlah yang cukup banyak, bahwa tidak hanya pria saja yang melakukan tindak kriminalitas, namun perempuan pun tidak sedikit yang terlibat dalam tindak kriminalitas. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui konsep pembinaan keluarga sakinah terhadap narapidana Perempuan di Lapas Kelas II Bandung. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Penelitian ini memiliki teknik pengumpul data dengan wawancara, observasi dan dokumentasi. Responden dalam penelitian ini adalah penyuluh agama islam berjumlah 1 orang dan 2 orang narapidana perempuan. Hasil peneltian ini adalah 1) Konsep pelaksanaan kegiatan pembinaan keluarga Sakinah pada warga binaan Lapas Perempuan II A Bandung sudah terkonsep dengan berlandaskan konsep pembinaan rohani (keagamaan) dimana pelaksanaan konsep pembinaan keluarga sakinah dilakukan dengan mengaji, shalat, menghafal surah, kemudian kajian dan adab dalam berumah tangaa. 2) Proses pelaksanaan pembinaan keluarga Sakinah di Lapas Sukamiskin Bandung dilakukan dengan penyediaan bilik asmara agar hak sebagai suami istri narapidana dapat terlaksana dan pembinaan ini dilakukan untuk mengatasi masalah narapidana terkait masalah dalam keluarga. 3) Dampak yang dihasilkan dari pembinaan keluarga Sakinah adalah narapidana dapat mengambil hal positif dimana dapat mengaji, shalat, kajian sunah, dan adab dalam berumah tangga meski menjadi tahanan. Sementara itu karena kajian pembinaan keluarga Sakinah itu saja materinya sehingga narapidana bosan dan mengganggap sebagai mengisi waktu kosong saja.