Erry Yudhya Mulyani
Program Studi Ilmu Gizi, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Esa Unggul Jalan Arjuna Utara, Tomang Tol, Kebon Jeruk, Jakarta Barat – 11510

Published : 34 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 34 Documents
Search

Perbedaan Asupan Cairan Berdasarkan Kelompok Umur, Jenis Kelamin, Tipe-Daerah, Dan Status-Ekonomi Di Pulau Sulawesi Putri, Renata Mega; Mulyani, Erry Yudhya
Jurnal Nutrire Diaita (Ilmu Gizi) Vol 4, No 2 (2012): NUTRIRE DIAITA
Publisher : Lembaga Penerbitan Unversitas Esa Unggul

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47007/nut.v4i2.1243

Abstract

AbstractWater is the main component in the human body. The water content in the body of the adult male is 55% - 60% while; in adult women 50% - 60%. Status of mild dehydration occurred in Makassar (59.4%) and urban areas Malino (35.7%) rural / mountainous areas both on the island. The aims of this study was to determine the differences of fluid intake in Sulawesi Island based on age group, sex, type of area, and economic status. The study uses secondary data Riskesdas 2010, the cross-sectional design. The samples are all resident on the island of Sulawesi totaling 20 127 people. Data were analyzed using ANOVA. Based on the results in fluid intake can according to the type of beverage and the type of area is the largest of the water as much as 822.78 liters in urban and rural 803.69 liters. The difference in fluid intake of water by sex is (813.35 ± 381.907) liter in men and (809.20 ± 372.224) liters in women. Based on the average type of area (822.78 ± 413.827) liters in the urban and (803.69 ± 350.640) liters in the countryside. The difference in total fluid intake by sex (796.22 ± 457.578) liter in men and (810.98 ± 433.655) liters in women. Based on the type of area; in urban areas (818.97 ± 476.963) and liters (793.54 ± 423.486) liters in the countryside. There are differences in fluid intake by age group, sex, type of area, and economic status (P <0.05). Fluid intake is highest among women, living in urban areas, and were in the age group 14-18 years. The highest fluid intake in poor, low on the rich. Therefore, the government needs to provide access to clean water and poor populations, especially in rural areas. Keywords: Water Intake, Age, Sex AbstrakAir merupakan komponen utama dalam tubuh manusia. Kandungan air dalam tubuh pada pria dewasa yaitu 55% - 60% sedangkan; pada perempuan dewasa 50% - 60%. Status dehidrasi ringan terjadi di Makassar (59,4%) daerah perkotaan dan Malino (35,7%) daerah pedesaan/pegunungan yang keduanya merupakan daerah di Pulau Sulawesi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan asupan cairan di Pulau Sulawesi berdasarkan kelompok umur, jenis kelamin, tipe daerah, dan status ekonomi. Penelitian menggunakan data sekunder Riskesdas 2010, rancangan cross-sectional. Sampel adalah semua penduduk di Pulau Sulawesi berjumlah 20.127 orang. Analisis data menggunakan Anova. Berdasarkan hasil di dapat asupan cairan menurut jenis minuman dan tipe daerah terbanyak adalah dari air putih sebanyak 822,78 liter di perkotaan dan 803,69 liter di pedesaan. Perbedaan asupan cairan dari air putih berdasarkan jenis kelamin yaitu (813,35±381,907) liter pada laki-laki dan (809,20±372,224) liter pada perempuan. Berdasarkan tipe daerah rata-rata (822,78±413,827) liter di perkotaan dan (803,69±350,640) liter di pedesaan. Perbedaan asupan cairan total berdasarkan jenis kelamin (796,22±457,578)liter pada laki-laki dan (810,98±433,655) liter pada perempuan. Berdasarkan tipe daerah; di perkotaan (818,97±476,963)liter dan (793,54±423,486) liter di pedesaan. Ada perbedaan asupan cairan berdasarkan kelompok umur, jenis kelamin, tipe daerah, dan status ekonomi (p<0.05). Asupan cairan tertinggi yaitu pada perempuan, tinggal di perkotaan, dan berada pada kelompok umur 14-18 tahun. Asupan cairan tertinggi pada penduduk miskin, terendah pada penduduk kaya. Oleh karenanya, pemerintah perlu menyediakan akses air bersih kepada penduduk tidak mampu terutama di wilayah pedesaan. Kata Kunci: Asupan Cairan, Umur, Jenis Kelamin
Konsumsi Kalsium dan Keluhan Menstruasi pada Remaja Putri di SMA Negeri 6 Tangerang Oktabriawatie, Dyah; Mulyani, Erry Yudhya; Herlianti, Maria Poppy
Jurnal Nutrire Diaita (Ilmu Gizi) Vol 2, No 2 (2010)
Publisher : Lembaga Penerbitan Unversitas Esa Unggul

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47007/nut.v2i2.671

Abstract

AbstractCalcium is the mineral content of the most widely in the body, which is 1.5 to 2.0% of adult body weight or as much as ± 1 kg. The dietary requirement Calcium for adolescent girl is 1000 mg. The purpose of this study is to determine the relationship between Calcium consumption and menstruation disorders in adolescent girl aged 16-18 years at public high school 6, Tangerang. The data was collected on 7-9 May 2009. This study used simple random sampling, based on estimation formula, then the total subject is known to 81 girls. The data collected included: 1) Characteristics of sample: Height, Weight, Age, Nutritional Status; 2). Calcium Consumption was taken from recall 3x 24 hours with visual aids; 3) Menstruation Disorders was taken from questionnaire. The results shows that the average intake of Calcium adolescent girls (586.86mg ±385.478); Height (159.83cm ± 5.305); Weight (48.85kg±4.851); Age (16.16y±0.402); Nutritional status (1.80±0.401); 80.2% girls have menstruation disorders. There was a significant relationship between Calcium consumption and menstruation disorders in adolescent girls (p<0.05). There was no significant relationship between nutritional status, age and menstruation disorders (p>0.05). The average Calcium intake  in adolescent girls is still below the recommended adequacy rate, therefore it is necessary to encourage the adolescent girls to consume Calcium in an attempt to reduce mentruation disorders.Keywords: calcium consumption, menstruation disorders, adolescent girls Kalsium merupakan mineral yang paling banyak terdapat didalam tubuh, yaitu 1,5–2 % dari berat badan orang dewasa atau ± sebanyak 1 kg. Kebutuhan kalsium remaja putri adalah 1000 mg. Tujuan penelitian ini adalah mempelajari hubungan konsumsi kalsium, umur, status gizi remaja putri usia 16-18 tahun. Pengambilan data dilakukan pada tanggal 7-9 Mei 2009. Cara pengambilan sample dilakukan secara acak sederhana, berdasarkan rumus estimasi diketahui total subjek adalah 81 orang. Data yang dikumpulkan meliputi: 1) Karakteristik sample : TB, BB, umur, status gizi; 2) Konsumsi kalsium diambil melalui food recall 3x24 jam disertai alat bantu visual; 3) Keluhan menstruasi, di ambil melalui kuesioner keluhan-keluhan menstruasi. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata konsumsi kalsium remaja putri 586,86 mg (±385,478); TB remaja putri 159,83 cm (± 5,305); BB remaja putri 48,85 kg (± 4,851); umur remaja putri 16,16 th (± 0,402); status gizi remaja putri 1,80 (± 0,401); keluhan menstruasi 80,2%. Ada hubungan yang signifikan antara keluhan menstruasi, dengan keluhan menstruasi pada remaja putri (p<0,05). Tidak ada hubungan yang signifikan antara status gizi dan umur dengan keluhan menstruasi (p>0,05). Konsumsi kalsium remaja putri masih dibawah anjuran perlu didorong untuk mengurangi keluhan mentruasi.Kata kunci: konsumsi kalsium, ketidak teraturan menstruasi, remaja putri
Analisis Rata-Rata Asupan Kalsium dan Zat-Besi Remaja Berdasarkan Status-Ekonomid di Pulau Jawa Mulyani, Erry Yudhya
Jurnal Nutrire Diaita (Ilmu Gizi) Vol 7, No 1 (2015): NUTRIRE DIAITA
Publisher : Lembaga Penerbitan Unversitas Esa Unggul

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47007/nut.v7i1.1271

Abstract

AbstractAccording to RISKESDAS-2010 the prevalence of skinny-nutritional status (BMI/A) was 9.5% for men whereas women 4.4%. In human’s research study, the absorption of hem and non-hem iron in inhibition by calcium supplements and milk products. The aim of this study was to analyze the average intake of calcium-iron in adolescence based-on socio-economic status in Java-Island. This study was cross-sectional design, using RISKESDAS-2010 data analyzed by T-test-Independent and Regression. Most of respondents were male as 51.2%, 28.3% from East-Java, in quintile 5 36.4%, and 73.9% were living in-urban areas. There was difference Fe-intake by-sex (t=-3184;p<0.05), but no-difference was found Ca-intake by-sex (t=-0282;p≥0.05). There were differences of Ca-Fe intake based-on age (tCa=2,089;p<0.05;tFe=-2525;p<0.05). However, no-differences Fe-intake for adolescent-males based-on age (t=-0761;p≥0.05). There were differences of Ca-Fe intake based-on areas and socio-economic status (tCa=3,182;TFe=-4981;p<0.05) and (tCa=-2652;TFe=2.191;p<0.05). There was significant difference of Fe-intake by-sex (t=-3184;p<0.05), but not the Ca-intake (t=-0282;p≥0.05). There were differences of Ca-Fe intake based-on age (tCa=2,089;p<0.05;tFe=-2525;p<0.05). However, no-difference was observed for Fe-intake for adolescent males based-on age (t=-0761;p≥0.05). There were differences of Ca-Fe intake based-on areas and socio-economic status (tCa=3,182;TFe=-4981;p<0.05) and (tCa=-2652;TFe=2.191;p<0.05). Regression analysis showed that among-girls aged 10-18 years, living in-rural and having lower-middle economy has higher-risk to decrease Ca-intake in the body up-to 63.809. The study found that there is difference intake of Ca and Fe based on the type of area and socio-economic. Balanced-nutrition education is required as an effort in the process of optimal interaction for nutrition-metabolism.  Keywords: Calcium-Iron Intake, Adolescence, Socio-economic status AbstrakMenurut RISKESDAS 2010 prevalensi status gizi (IMT/U) kurus pada laki-laki 9,5% lebih tinggi dari perempuan 4,4%. Penelitian ini bertujuan menganalisis rata-rata asupan kalsium dan zat besi remaja berdasarkan status-ekonomi di Pulau Jawa. Metode penelitian ini cross-secional design. Analisis data RISKESDAS 2010 menggunakan uji T-test Independent dan Uji Regresi. Sebagian besar responden berjenis kelamin laki-laki 51.2%, berasal dari Propinsi Jawa Timur 28.3%, berada pada quintil 5 (36.4%) dan tinggal di perkotaan 73.9%. Ada perbedaan Asupan Fe berdasarkan Jenis Kelamin (t=-3.184, p<0.05), namun tidak ditemukan perbedaan Asupan Ca berdasarkan Jenis Kelamin (t=-0.282, p≥0.05). Ada perbedaan Asupan Ca dan Fe berdasarkan umur (t=2.089, p<0.05 dan t=-2.525, p<0.05). Namun tidak ditemukan perbedaan Asupan Fe berdasarkan umur pada remaja laki-laki (t=-0.761, p≥0.05). Ada perbedaan Asupan Ca dan Fe berdasarkan tipe daerah dan social-ekonomi (tCa=3.182; tFe=-4.981, p<0.05) dan (tCa=-2.652; tFe=2.191, p<0.05). Uji regresi menunjukkan pada remaja perempuan umur 10-18 tahun, tinggal di perdesaan dan perekonomian menengah ke bawah memiliki resiko tinggi dalam menurunkan jumlah asupan Kalsium tubuh sebesar 63.809. Diperlukannya pendidikan gizi seimbang sebagai upaya dalam proses interaksi metabolisme zat gizi yang optimal. Kata kunci: Asupan Kalsium-Zat Besi, Remaja, Sosial Ekonomi
Perbedaan Antara Asupan Energi, Protein, FE, Zinc, dan Asam Folat Dengan Status Gizi Lansia di Provinsi Jawa Barat (Analisis Data Sekunder Riskesdas 2010) Irawati, Sri; Mulyani, Erry Yudhya
Jurnal Nutrire Diaita (Ilmu Gizi) Vol 5, No 1 (2013): NUTRIRE DIAITA
Publisher : Lembaga Penerbitan Unversitas Esa Unggul

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47007/nut.v5i1.1251

Abstract

AbstrakPertambahan usia pada lansia akan terjadi perubahan penurunan fungsi biologis, keadaan psikologis dan sosio ekonomi. Masalah gizi pada lansia dipengaruhi multifaktor baik langsung maupun tidak langsung. Prevalensi kecukupan konsumsi energi di bawah kebutuhan minimal sebesar 45,3% dan kecukupan konsumsi protein sebesar 57,7% di Provinsi Jawa Barat. Mengetahui hubungan antara asupan energi, protein, Fe, zinc,  dan asam folat dengan status gizi lansia (60-74 tahun) di Provinsi Jawa Barat. Data yang digunakan data sekunder RISKESDAS 2010, dengan pendekatan cros sectional. Jumlah seluruh sampel lansia usia (60-74 tahun) yang diteliti (n=3027). Dalam pengujian statistik menggunakan uji t-test Independen dan one-way annova. Rata-rata asupan energi di Provinsi Jawa Barat 1231,97 Kalori (±637,07) kal, asupan protein 38,083 gram (±23,984) gr, asupan Fe 7,032 mg (±9,402) mg, asupan zinc 4,253 mg (±2,524) mg dan asupan asam folat 95,75 mg (±84,072) mg. Dengan status gizi lansia terbanyak berstatus gizi normal (47,3%). Berdasarkan hasil uji statistik yang digunakan, terdapat perbedaan asupan energi, protein, Fe, zinc dan asam folat menurut status gizi (P<0,05) pada lansia usia   (60-74 tahun). Terdapat perbedaan usia menurut status gizi (P<0,05) dan jenis kelamin menurut status gizi (P<0,05) pada lansia usia (60-74 tahun). Kata kunci: status gizi, protein, lansia
ASUPAN ZAT GIZI MAKRO BERDASARKAN KARAKTERISTIK WILAYAH ANAK USIA BALITA DI WILAYAH PUSKESMAS, KABUPATEN TANGERANG Mulyani, Erry Yudhya; Jus’at, Idrus; Irianto, Sugeng Eko
Jurnal Nutrire Diaita (Ilmu Gizi) Vol 9, No 02 (2017): NUTRIRE DIAITA
Publisher : Lembaga Penerbitan Unversitas Esa Unggul

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47007/nut.v9i02.2198

Abstract

The aim of this study was to analyze the differences in nutrient intake based on region characteristics in children under-five, in health centers, Kabupaten Tangerang. We used primary data such as; eating habits (nutrient intake), and characteristics of the region with the cross-sectional approach. The total of subject is about 48 children with using voluntary sampling technique. Independent sample t-test and Mann Whitney (non-parametric) were applied to answer the research questions. Children aged 6-23 months and 24-48 months were female (53.3%) and male (55.6%). Children aged 6-23 months living in rural areas (76.7%), their parents as Fishermen and Farmers (40.0%), the average of household expenditure is about < Rp.2.649.086 (82.8%). Children aged 24-48 months living in urban areas (72.2%), their parents as laborers (72.2%), the average household expenditure is about <Rp.2.649.086 (72.2%). There are differences between energy, carbohydrate, protein, and fat intake based on the level of household expenditure in the group of children aged 6-23 months (p<0.05), but the study failed to find in the age group 24-48 months (p≥0. 05). Education programs need to be intensified for MPASI local (6-24bulan), to increase area income. Keywords : macronutrient intake, region characteristics, children underfive
Perbedaan Tinggi Badan Anak Sekolah Dasar yang Mengonsumsi Iodium di Jakarta Utara Mabruroh, Faizul; Mulyani, Erry Yudhya; Afif, Irfani
Jurnal Nutrire Diaita (Ilmu Gizi) Vol 3, No 2 (2011): NUTRIRE DIAITA
Publisher : Lembaga Penerbitan Unversitas Esa Unggul

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47007/nut.v3i2.1240

Abstract

AbstractGrowth Period influenced by intrinsic factors (genetic) and ekstrensik factors (nutrients , oxygen, hormones), growth factors, psychosocial and chronic-diseases. The aims of this study was to determine the differences height gain of 4-5 graders who consume enough iodine and less. The data was conducted in June-August 2009. This research is a comparative study with a longitudinal approach. The population of this study is a public elementary school students Lagoa 06, we got the sample total are 74 respondents. We used t-test to analyzed data. Data collected includes are characteristics of sampling population, gender, age and consumption patterns iodine, intake of iodine from food frequency and iodine test from salt. Based on consumption patterns found that 41.9 % good, 54.1 % fairly good and 4.1 % less consumption. The average of accretion height from iodine intake with category fairly good and less, respectively (0.92 ± 0.517) and (0.39 ± 0.261). The result found that there's significant difference accretion of height between the fairly good iodine intake and less (p<0.05). Need to consume food high iodine to assist the growth of school age children.  Keywords: Height, Iodium, School-age Children  AbstrakPertumbuhan dipengaruhi oleh faktor intrinsik (genetik) dan faktor ekstrensik (zat gizi, oksigen, hormon), faktor pertumbuhan, psikososial dan berbagai penyakit kronis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan pertambahan tinggi badan anak kelas 4-5 yang mengonsumsi iodium cukup dan kurang. Pengambilan data dilakukan pada bulan Juni-Agustus 2009. Jenis penelitian ini adalah penelitian yang bersifat komparatif dengan pendekatan longitudinal. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa Sekolah Dasar Negeri Lagoa 06 sedangkan sampelnya sebanyak 74 responden. Analisa pada data penelitian ini dengan menggunakan uji beda rata–rata (t-test). Data yang dikumpulkan meliputi: Karakteristik sampel, jenis kelamin, umur dan pola konsumsi iodium, konsumsi iodium diambil melalui food frekuensi dan tes iodium pada garam. Berdasarkan pola konsumsi 41,9% dinyatakan baik 54,1% cukup dan 4,1% konsumsi kurang. Pertambahan tinggi badan rata-rata konsumsi iodium cukup diperoleh nilai (0,92±0,517) dan untuk iodium kurang (0,39±0,261). Dari hasil uji komparasi, didapatkan adanya perbedaan penambahan tinggi badan antara yang mengkonsumsi iodium cukup dan yang kurang secara signifikan dengan nilai P<0,05. Diperlukannya konsumsi sumber makanan tinggi iodium untuk membantu pertumbuhan anak usia sekolah. Kata Kunci: Tinggi badan, Iodium, Anak Sekolah
ASUPAN LEMAK (MUFA), KALSIUM, INDEKS MASSA TUBUH, DAN HIPERTENSI PADA WANITA POSTMENOPAUSE DI PULAU SUMATERA(ANALISIS DATA SEKUNDER RISKESDAS 2007) Dewi, Novitasari; Mulyani, Erry Yudhya
Jurnal Nutrire Diaita (Ilmu Gizi) Vol 8, No 2 (2016): NUTRIRE DIAITA
Publisher : Lembaga Penerbitan Unversitas Esa Unggul

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47007/nut.v8i2.1610

Abstract

AbstractBackground: RISKESDAS 2007 showed the prevalence of Hypertension is 29,8%. Womensuffered from Hypertension more than men. Dietary intake of fat (MUFA) and an adequate calcium are known to prevent Hypertension.Objective: To identify the differences indietary intake of fat (MUFA), calcium, body mass index, and Hypertension in postmenopausal women in Sumatera.Methods: Data used RISKESDAS 2007, with cross-sectional study and analytical survey design. Total number of samples of postmenopausal women (aged 50-54 years) were studied (n=2107). Statistical analysis used independent sample t-Test.Results: The average age of postmenopausal women in Sumatera is 51 years and 2 months, most of them live in rural areas (59,0%) and urban (41,0%). The average dietary intake of fat (MUFA) is 7,99 g (± 5.738 g), amount to 217.51 mg calcium (± 164.356 mg). The average body mass index of postmenopausal women who studied are 24.12 kg/m2 (± 2.5 kg/m2). 46.4% (n=980) postmenopausal women suffering from Hypertension in Sumatra. Based on the results of statistical tests, there are differences in body mass index based on the incidence of Hypertension (p <0.05). There were no differences on dietary intake of fat (MUFA) and calcium based on the incidence of Hypertension (p≥0,05). Conclusion: Modification of a healthier lifestyle is needed by taking into an adequate intake of calcium, vitamin D and do more physical activity in order to prevent an increase in blood pressure which is faster in postmenopausal women whether they live in urban and rural areas because of reduced estrogen hormone. Keywords : MUFA, Calcium, Hypertension AbstrakLatar Belakang: Hasil Riskesdas 2007 menunjukkan prevalensi kejadian Hipertensi sebesar 29,8%. Berdasarkan jenis kelamin, wanita menderita Hipertensi lebih banyak dibandingkan dengan laki-laki. Asupan lemak (MUFA), dan kalsium yang cukup diketahui dapat mencegah terjadinya Hipertensi.Tujuan Penelitian: Mengetahui perbedaan asupan lemak (MUFA), kalsium, indeks massa tubuh, dan Hipertensi pada wanita postmenopause di Pulau Sumatera.Metode Penelitian: Data yang digunakan merupakan data sekunder RISKESDAS 2007, dengan pendekatan cross sectional. Jumlah seluruh sampel wanita postmenopause (usia 50-54 tahun) yang diteliti (n=2107). Pengujian statistik menggunakan uji t-test Independent. Hasil: Rata-rata usia wanita postmenopause di Pulau Sumatera adalah 51 tahun 2 bulan, sebagian besar tinggal di wilayah perdesaan (59,0%) dan perkotaan (41,0%). Rata-rata asupan lemak (MUFA) sebesar 7,99 g (±5,738 g), kalsium sebesar 217,51 mg (±164,356 mg). Rata-rata indeks massa tubuh wanita postmenopause yang diteliti sebesar 24,12 Kg/m2 (±2,5 Kg/m2). Sebanyak 46,4% (n=980) wanita postmenopause di Pulau Sumatera menderita Hipertensi. Berdasarkan hasil uji statistik, terdapat perbedaan indeks massa tubuh berdasarkan kejadian Hipertensi (p<0,05). Tidak terdapat perbedaan asupan lemak (MUFA) dan kalsium berdasarkan kejadian Hipertensi (p≥0,05).Kesimpulan: Modifikasi gaya hidup lebih sehat dengan memperhatikan asupan kalsium, vitamin D dan meningkatkan aktifitas fisik guna mencegah peningkatan tekanan darah yang berlangsung lebih cepat pada wanita postmenopause baik yang tinggal di daerah perkotaan dan perdesaan karena berkurangnya hormon esterogen. Kata kunci: MUFA, kalsium, hipertensi
Perilaku gizi dan hidrasi selama kehamilan berhubungan dengan konstipasi Palupi, Khairizka Citra; Sa’pang, Mertien; Mulyani, Erry Yudhya; Laili, Aditya Fatkhi
Jurnal Gizi Indonesia (The Indonesian Journal of Nutrition) Vol 9, No 1 (2020)
Publisher : Department of Nutrition Science, Faculty of Medicine, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/jgi.9.1.27-32

Abstract

Background: Prevalence of constipation in pregnant women is estimated at 11-38%. Impact of constipation in pregnant women are haemorrhoids and decreased quality of life. Meanwhile, determinants known to influence constipation during pregnancy are hormonal changes, poor diet, low physical activity and lack of fluid consumption. Objectives: Identify the determining factors that can affect occurrence of constipation and investigated the difference based on constipation status among pregnant women in Public Health Centre in Jakarta, Indonesia;Methods: This research was a cross sectional design conducted in July 2019 to October 2019. The subject was pregnant women. We used accidental sampling method to recruit subjects in Public Health Centre, Kebun Jeruk, West Jakarta. We measured the determining factors of constipation among pregnant women. Characteristic of pregnant women, knowledge, attitudes and practices were measured by questionnaires. Anthropometrics data for weight, height, and mid arm circumference were measured. Haemoglobin level was also measured. Bivariate analysis using Pearson or Spearman was used to investigate which factors associated significantly with constipation among pregnant women. We also assessed the difference of characteristic of pregnant women, knowledge, attitudes and practices using differential analysis (Mann-Whitney U-test). Results: The results showed that prevalence of constipation was 30%. Differential analysis showed that mothers who experienced constipation had a younger age and low nutritional and hydration behaviour scores. Other variables such as gestational age, weight before pregnancy, upper arm circumference, height, haemoglobin, knowledge score and nutritional attitude and hydration did not show significant differences based on constipation status. Correlation analysis showed an inverse relationship between maternal age and incidence of constipation, with r = 0.242 and a p-value = 0.015. Maternal age, nutritional behaviour and hydration also showed significant inverse relationship with incidence of constipation (r = -0.206 and p-value 0.039);Conclusion: Nutritional and hydration behaviour during pregnancy was related to the occurrence of constipation. Mothers are advised to have good nutrition and hydration behaviour to prevent constipation.
Hubungan Asupan, Status Gizi, Aktivitas Fisik, Tingkat Stres dan Siklus Menstruasi Atlet Bulutangkis Fernanda, Catrine; Gifari, Nazhif; Mulyani, Erry Yudhya; Nuzrina, Rachmanida; Ronitawati, Putri
Sport and Nutrition Journal Vol 3 No 1 (2021): Sport and Nutrition Journal
Publisher : Program Studi Gizi Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang (UNNES) bekerjasama dengan Persatuan Ahli Gizi (PERSAGI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/spnj.v3i1.41133

Abstract

ABSTRAK Gangguan siklus menstruasi dapat mengakibatkan penurunan performa pada atlet. Asupan yang tidak seimbang, beratnya latihan, status gizi tidak normal dan stress dapat meningkatkan risiko terjadinya gangguan. Penelitian ini bertujuan menganalisis hubungan asupan, status gizi, aktivitas fisik dan tingkat stres terhadap gangguan siklus menstruasi pada atlet bulutangkis. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif dengan desain penelitian cross sectional dan sampel berjumlahkan 20 atlet. Data diperoleh melalui online google form yaitu data asupan karbohidrat, protein, lemak, zat besi, folat dan vitamin C dengan Food Record 3x24 jam, status gizi dengan IMT/U, aktivitas fisik dengan lembar IPAQ, tingkat stress dengan lembar kuesioner HARS, dan siklus menstruasi. Analisis data menggunakan uji Korelasi Spearman Rank. Hasil Penelitian menunjukkan ada hubungan antara hubungan asupan karbohidrat (p = 0.015, r = 0.535) asupan protein (p = 0.021, r = -0.513), asupan lemak (p = 0.021, r = -0.513), vitamin C (p = 0.048, r = 0.447) dan gangguan siklus menstruasi pada atlet bulutangkis. Namun tidak ditemukannya hubungan antara zat besi, folat, status gizi, aktivitas fisik dan tingkat stress terhadap gangguan siklus menstruasi pada atlet bulutangkis (p > 0.05). Ada hubungan yang bermakna antara asupan karbohidrat, protein, lemak, vitamin C dan gangguan siklus menstruasi pada atlet bulutangkis putri. Kata Kunci : Atlet putri, bulutangkis, gangguan siklus menstruasi ABSTRACT Menstrual cycle disorder can result in decreasing athletes’ performance. Unbalanced intake, strenuous exercise, abnormal nutritional status and stress can increase the risk of disorders. This study aims to analyze the relationship between intake, nutritional status, physical activity and stress levels on menstrual cycle disorders in badminton athletes. This research uses quantitative research with cross sectional research design and a sample of 20 athletes. Data obtained through online google form, namely data on intake of carbohydrate, protein, fat, iron, folate and vitamin C with Food Record 3x24 hours, nutritional status with BMI/U, physical activity with IPAQ sheets, stress levels with HARS sheets, and menstrual cycles. Data analysis uses the Spearman Rank Correlation test. The results showed a relationship between intake of carbohydrate (p = 0.015, r = 0.535), protein (p = 0.021, r = -0.513), fat (p = 0.021, r = -0.513), vitamin C (p = 0.048, r = 0.447) and menstrual cycle disorders in badminton athletes. However, there was no relationship between iron, folate, nutritional status, physical activity and stress levels on menstrual cycle disorders (p> 0.05). There is a significant relationship between intake of carbohydrates, protein, fat, vitamin C and menstrual cycle disorders in female badminton athletes. Key words : female athlete, badminton, menstrual cycle disorder
Pengetahuan, sikap, perilaku, dan asupan gizi berdasarkan status hidrasi ibu hamil Mulyani, Erry Yudhya; Jus'at, Idrus; Angkasa, Dudung; Anggiruling, Dwikani Oklita; Stanin, Enrico
Jurnal Gizi Klinik Indonesia Vol 17, No 2 (2020): Oktober
Publisher : Minat S2 Gizi dan Kesehatan, Prodi S2 IKM, FK-KMK UGM

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/ijcn.59101

Abstract

Maternal nutritional knowledge, attitude, behavior, and intake based on hydration statusBackground: Based on past studies, 49% of pregnant women had low knowledge of nutrition and hydration. Nutritional knowledge, attitudes, and behavior are positively correlated to nutritional intake, malnutrition and dehydration may disturb maternal health and pregnancy outcome.Objectives: To analyze maternal nutritional knowledge, attitudes, behavior, and nutritional intake based on the hydration status.Methods: This cross-sectional study was conducted at Puskesmas Kebon Jeruk District, West Jakarta using a purposive sampling method. Subjects were 50 pregnant women who came to check their pregnancies. Subject’s characteristics, nutritional knowledge, attitudes, and behavior are collected with a questionnaire, nutritional intake with 1x24 hours recall. Hemoglobin (Hb) level is determined with Haemometer, urine specific gravity with Urinometer, and urine color with PURI card.Results: Subjects had an average age of 29.0±5.7 years, gestational age 21.3±11.3 weeks, weight 62.7±9 kg, height 158.1±4.1 cm, upper arm circumference 32.4±29.5 cm, Hb level 12.2±0.9 g/dL, urine color score 4±0.9, and urine specific gravity 1016±5.4. Based on urine specific gravity, 56% of the pregnant women were euhydrated and 44% were dehydrated. Based on the hydration status there were no differences in knowledge, attitudes, behavior, and macronutrient intake (p≥0.05), except for the fluid intake (p<0.05).Conclusions: Although the knowledge, attitudes, and nutritional behavior of pregnant women were not poor, optimization of the fluid consumption to 3L/day, and diversified food consumption is needed. Further research on external factors that can affect the nutritional status and hydration of pregnant women is recommended.