Claim Missing Document
Check
Articles

Found 11 Documents
Search

CARA MENGEVALUASI ORIENTASI SEMANTIK DALAM TEKS DENGAN PENDEKATAN LINGUISTIK FUNGSIONAL Karman Karman
Majalah Semi Ilmiah Populer Komunikasi Massa Vol 1, No 01 (2020): Majalah Semi Ilmiah Populer Komunikasi Massa
Publisher : Majalah Semi Ilmiah Populer Komunikasi Massa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Setiap aktivitas komunikasi memproduksi teks apa pun teknologi yang memediasi teks tersebut. Teks sebagai hasil dari aktivitas pikiran manusia mengandung nilai. Nilai ini dimanifestasikan dalam penggunaan bahasa. Ini berarti bahwa dalam bahasa terkandung orientasi semantik tertentu yang bersumber dari apa yang dipersepsikan paling bernilai/berharga.  Untuk memahami apa makna semantik di balik teks, kita harus menganalisisnya. Salah satu pendekatan analisis untuk memahami orientasi semantik adalah dengan menggunakan functional linguistics, systematic linguistics atau sering juga disebut systematic functional linguistics. Salah satu model analisis dalam pendekatan ini adalah model yang diperkenalkan oleh Lemke. Tulisan ini menjelaskan (1) teknik analisis penggunaan pendekatan systematic functional linguistics dengan model yang diperkenalkan Lemke; dan  (2) bagaimana praktik penggunaannya dalam konteks bahasa Indonesia.
Democracy Issue Usage via Website by Radical Group in Opposing Indonesian Government Karman karman; Djoko Waluyo
Jurnal Pekommas Vol 3, No 2 (2018): Oktober 2018
Publisher : BBPSDMP KOMINFO MAKASSAR

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30818/jpkm.2018.2030205

Abstract

This article dealt with the issue of how radical groups include Indonesian government as a democratic country, through the practice of language usage in online media. That radical group is Jamaah Ansharu Tauhid (JAT). We collect data from the web page (www.ansharuttauhid.com) with the word of ‘democracy’ in the proses of query. We determine contents containing government representation on democratic issue. We analysed the text with an analysis model of representation of social actors and social action as Theo VanLeeuwen introduced. We conclude that JAT include the Indonesian government as outsiders in the context of religion. The government is different from JAT in the context of religion. JAT delegitimized Indonesian government with some language techniques. JAT symbolized Indonesia government as “thoghut”, and included it in the web contents negatively (e.g., by pseudo title, epithets, etc.). On the contrary, JAT appreciated terrorism perpetrators by harnessing honorification technique. The inclusion and delegitimacy of the Indonesian government depart from religion as an idiosyncratic system of meaning.
POLA PENGGUNAAN MEDIA DIGITAL DI KALANGAN ANAK DAN REMAJA (Kasus di Kota Jayapura Provinsi Papua) karman karman
Jurnal Penelitian Pos dan Informatika Vol 2, No 1 (2012): Jurnal Penelitian Pos dan Informatika
Publisher : Puslitbang Penyelenggaraan Pos dan Informatika

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (173.659 KB)

Abstract

Anak dan remaja memiliki hak mengakses informasi. Hak ini perlu diperhatikan, dilindungi, dan dipenuhi.Indonesia –bekerjasama dengan berbagai organisasi- berupaya mengembangkan kebijakan dan programprogramuntuk memenuhi hak tersebut. Salah satu programnya adalah kota layak anak. Penelitian inimemberikan dukungan data dan informasi mengenai pola penggunaan media digital pada anak dan remaja diPapua. Pendekatan penelitian ini bersifat kualitatif-eksploratif dengan teknik pengumpulan data dengan FGD.Penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan media digital bertujuan untuk mendapatkan informasi danhiburan termasuk media sosial. Salah satu tempat mereka mengakses internet adalah warnet. Menurut data,sebagian besar warnet tidak dilengkapi dengan teknologi fi ltering atau pemberitahuan berbentuk pampletatau lainya. Selain itu, mereka belum pernah mendapatkan sosialisasi internet sehat. Akibatnya, sisi negatifpenggunaan internet lebih kuat dan lebih dominan ketimbang sisi positifnya (seperti penggunaan internetuntuk belajar, memperoleh informasi, dan interaksi sosial). Dampak negatif yang dimaksud adalah penggunaaninternet sebaagi medium berpacaran. Selain itu, keranjingan bermain games online mendorong anak danremaja mencuri uang dan melakukan pemalakkan, serta menggunakan waktu secara tidak proporsional.Sedangkan sisi positifnya adalah internet membantu pengerjaan tugas sekolah. Karena itu, pemerintahdiharapkan menangani dampak negatif penggunaan internet.Kata Kunci : Penggunaan Media; Media Digital.
POLA PENGGUNAAN MEDIA DIGITAL DI KALANGAN ANAK DAN REMAJA (Kasus di Kota Jayapura Provinsi Papua) karman karman
Jurnal Penelitian Pos dan Informatika Vol 2, No 1 (2012): Jurnal Penelitian Pos dan Informatika
Publisher : Puslitbang Penyelenggaraan Pos dan Informatika

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (173.659 KB)

Abstract

Anak dan remaja memiliki hak mengakses informasi. Hak ini perlu diperhatikan, dilindungi, dan dipenuhi.Indonesia –bekerjasama dengan berbagai organisasi- berupaya mengembangkan kebijakan dan programprogramuntuk memenuhi hak tersebut. Salah satu programnya adalah kota layak anak. Penelitian inimemberikan dukungan data dan informasi mengenai pola penggunaan media digital pada anak dan remaja diPapua. Pendekatan penelitian ini bersifat kualitatif-eksploratif dengan teknik pengumpulan data dengan FGD.Penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan media digital bertujuan untuk mendapatkan informasi danhiburan termasuk media sosial. Salah satu tempat mereka mengakses internet adalah warnet. Menurut data,sebagian besar warnet tidak dilengkapi dengan teknologi fi ltering atau pemberitahuan berbentuk pampletatau lainya. Selain itu, mereka belum pernah mendapatkan sosialisasi internet sehat. Akibatnya, sisi negatifpenggunaan internet lebih kuat dan lebih dominan ketimbang sisi positifnya (seperti penggunaan internetuntuk belajar, memperoleh informasi, dan interaksi sosial). Dampak negatif yang dimaksud adalah penggunaaninternet sebaagi medium berpacaran. Selain itu, keranjingan bermain games online mendorong anak danremaja mencuri uang dan melakukan pemalakkan, serta menggunakan waktu secara tidak proporsional.Sedangkan sisi positifnya adalah internet membantu pengerjaan tugas sekolah. Karena itu, pemerintahdiharapkan menangani dampak negatif penggunaan internet.Kata Kunci : Penggunaan Media; Media Digital.
BAHASA & KEKUASAAN: PERAN BAHASA SEBAGAI INSTRUMEN SIMBOLIK MEMPEROLEH KEKUASAAN (LANGUAGE & POWER: THE ROLE OF LANGUAGE AS A SYMBOLIC INSTRUMENT TO POWER) Karman karman
Jurnal Studi Komunikasi dan Media Vol 21, No 2 (2017): Jurnal Studi Komunikasi dan Media
Publisher : BPSDMP Kominfo Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31445/jskm.2017.210208

Abstract

Banyak ilmuan memosisikan atau cenderung kepada salah satu dari dua posisi yang bertentangan dalam diskursus epistemologi, seperti idealisme-materialisme, rasionalisme-empirisme, subjektivisme-objektivisme, mikro-makro, agensi-struktur, kebebasan-determinisme. Bourdieu -ilmuan sosial Prancis- keluar dari perdebatan tersebut dan mengadirkan konsep habitus yang meleburkan agensi dan struktur. Habitus mencakut bahasa, yang berperan sebagai sistem simbolik dan kapital. Ia bukan hanya bagian dalam transmisi pesan saja tetapi juga sebagai instrumen/mekanisme simbolik untuk memperoleh kekuasaan dan mempertahankan dominasi. Artikel ini akan membahas bagaimana bahasa digunakan sebagai instrumen simbolik untuk memperoleh kekuasaan. Artikel ini juga mendiskusikan bahasa sebagai kapital dan habitus, selain sebagai mekanisme kekuasaan, yaitu sistem instumental simbolik yang mencakup struktur-yang-menstruktur, struktur-yang-distruktur, instrumen dominasi. Mekanisme ini menghasilkan dua sintesa tentang sistem simbolik: “structuring symbols” dan “structured symbols”. Kami menyimpulkan bahwa walaupun tidak menekankan aspek ekonomi, kapital Bourdieu mempunyai peran penting dalam pertarungan kelas dan perbedaan kelas. Kapital ekonomi memegang perang penting karena dapat dikonversi ke kapital lainnya. Perkembangan teknologi internet memberikan implikasi bahwa kapital ekonomi tidak selalu dominan. Kapital sosial justru menjadi kapital yang dominan dan dapat dipertukarkan dengan kapital lainnya.Many scientists position and tend to one of two opposing positions in epistemology: idealism-materialism, rationalism-empiricism, subjectivism-objectivism, micro-macro, agency-structure, freedom-determinism. Bourdieu escaped out of the debate by introducing habitus which agency and structure merge with. It encompasses languages, which are important as a symbolic system and capital. Languages don’t only transmit message but also make-up symbolic instrument to power and keep dominating. We deals with the usage of language as an instrument to power, and discusses about languages as capital and habitus besides as power mechanism, namely symbolic instrument system i.e., structuring-structures, structured-structures, domination instrument. This mechanism results in two syntheses regarding symbolic system: structuring symbols and structured symbols. We conclude, Bourdieu’s concept of capitals have key role in class differentiation and class strugle although don’t emphasize economic capital. Economic one is important because of its conversability into other capitals. New technology (internet) gives an implication that economic capital is not always dominant anymore. Social capital can be dominant and important one because it can be changed into other capital.
MEDIA SOSIAL: ANTARA KEBEBASAN DAN EKSPLOITASI Karman Karman
Jurnal Studi Komunikasi dan Media Vol 18, No 1 (2014): Jurnal Studi Komunikasi dan Media
Publisher : BPSDMP Kominfo Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (339.289 KB) | DOI: 10.31445/jskm.2014.180104

Abstract

   ABSTRACTCommunication technology has contributed to any social change, from printing press, to internet which include social media. The Internet presence plays an important role in social events such as Revolution in Egypt, Arabic Spring in Middle east. In Indonesia, social media creates social cohesion as seen in the conflict between Corruption Eradication Commission of Indonesia (KPK) versus National Police or case of "Gecko vs Crocodile", and "Coins for Prita ". This paper will discuss the social media phenomenon and explain who get the most benefit from it. The results shows that participants feel having the freedom to participate in public space, circulate media content, and establish friendships. Actually, what happens in social media  is exploitation by the conglomerates to media users. Participating in social networking media such as uploading of video, audio or article is like the unpaid workers. Social networking media owners benefit from the ads. instead. Youtube benefits from advertisers, and facebook and other social media do too. Contrarily, users do not realize that their activities are part of the elite media economic interests. Furthermore, in cyberspace, there is panoptic surveillance: participants are being monitored by the media, although they do not perceive it. Keywords : Social Media; participation; panopticon ABSTRAKTeknologi komunikasi memiliki andil dalam setiap perubahan sosial, dari mulai lahirnya mesin cetak, radio, televisi, sampai internet yang di dalamnya terdapat aplikasi media sosial. Hadirnya internet memainkan peran penting dalam peristiwa sosial seperti di Mesir, peristiwa Arabic Spring. Di Indonesia, media sosial menciptakan kohesivitas sosial seperti nampak dalam peristiwa “Cicak & Buaya”, “koin untuk Prita”. Tulisan ini akan membahas fenomena media sosial serta menjelaskan siapa yang paling banyak diuntungkan dari penggunaan media sosial. Hasil diskusi menunjukkan bahwa partisipan merasa memiliki kebebasan dalam berpartisipasi dalam ruang publik, serta bisa menjalin hubungan pertemanan, bebas melakukan aktivitas sirkulasi konten media. Di balik itu semua, yang terjadi sebenarnya adalah partisipan dieksploitasi oleh para konglomerat yang menggunakan media baru, jejaring sosial untuk tujuannya ekonomi. Aktivitas partisipan dalam jejaring sosial seperti megunggah video, audio atau artikel tidak ubahnya seperti pekerja, buruh yang tidak dibayar. Sebaliknya pemilik media jejaring sosial mendapat keuntungan dari iklan yang masuk. Youtube mendapat keuntungan dari para pengiklan, begitu juga facebook, dan media sosial lainya. Ironisya para pengguna tidak menyadari bahwa apa yang dilakukan merupakan bagian dari kepentingan ekonomi elit media. Selain itu, di dunia maya terjadi pengawasan model panoptic : partisipan selalu diawasi oleh media walaupun tidak merasa diawasi. Kata-Kata Kunci : Media Sosial; partisipasi; panopticon
RISET PENGGUNAAN MEDIA DAN PERKEMBANGANNYA KINI Karman Karman
Jurnal Studi Komunikasi dan Media Vol 17, No 1 (2013): Jurnal Studi Komunikasi dan Media
Publisher : BPSDMP Kominfo Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (385.093 KB) | DOI: 10.31445/jskm.2013.170106

Abstract

ABSTRACTTheory of Uses-and-gratifications (U & G) is one of theories used by most of media usage studies. This theory gives an attention on what people do with media. Formely, that theory was develoved by Kazt and Gurevic. Recently, it has develoved siginificantly, specially on its gratifivations concept. This significant development was influenced by the develpment of new media (internet). This article studied about state of the art of the theory within last 13 years. The result showed that the theory was fuctioned as single or core theory in most studies. Sometimes, several studies used other theory for example Media Dependency Theory. Although those two theories were different to each other in their elements (assumption and concept), but they have a similarity in the term of the study object (audience), and in theoretical tradition (social-psychological). Its gratification concept has a propensity to be miscellaneous. Moreover, media that met with an audience’s need have been developing from traditional into new media (internet), even into certain application. Past research approach was generally quantitative by surveying, and sometime qualitative approach to enrich data. Additionally, most surveys were conducted by internet (online surveys). Keywords: Uses; Gratifications; MediaABSTRAKUses-and-gratifications (U & G) merupakan salah satu teori yang banyak digunakan dalam penelitian tentang penggunaan media. Teori ini memberikan perhatian pada apa yang dilakukan khalayak terhadap media. Teori yang awalnya dikembangkan Kazt dan Gurevic memiliki banyak perkembangan khususnya pada konsep gratifikasinya. Perkembangan yang pesat ini muncul setelah berkembangnya media baru atau internet. Tulisan ini mengkaji state of the art teori tersebut pada 13 tahun terakhir. Hasilnya menunjukkan bahwa teori tersebut sering dijadikan teori inti dalam kajian penggunaan media. Adakalanya beberapa penelitian memadukan teori tersebut dengan Teori Media Dependency. Kendatipun berbeda dalam hal asumsi dan konsepnya, kedua tersebut memiliki kesamaan dalam hal titik fokusnya yang memusatkan kajian pada khalayak, dan sama dalam hal tradisi teorinya yaitu sosio-psikologis. Konsep gratifikasi teori ini cenderung semakin beragam. Media yang memenuhi kebutuhan khalayak mengalami perkembangan dari media tradisional ke media baru (internet), bahkan ke aplikasi tertentu. Pendekatan penelitian yang digunakan umumnya menggunakan pendekatan kuantitatif dengan teknik survei (acapkali didukung juga dengan pendekatan kualitatif). Survei yang dilakukan umumnya sudah lazim dilakukan secara online. Kata-kata Kunci: Penggunaan; Gratifikasi, Media
Efektifitas Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan terhadap Kesejahteraan Masyarakat (Studi Dampak tentang Pelaksanaan PNPM-MP di Desa Pakandangan BaratKecamatan Bluto Kabupaten Sumenep) Darma Jasuli; Karman Karman
Jurnal Ilmiah MITSU (Media Informasi Teknik Sipil Universitas Wiraraja) Vol 1 No 2 (2013): Jurnal Ilmiah MITSU
Publisher : Fakultas Teknik, Universitas Wiraraja

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (172.592 KB) | DOI: 10.24929/ft.v1i2.56

Abstract

Dalam konteks upaya penanggulangan kemiskinan, dibutuhkan perubahan paradigma pembangunan dari top down menjadi bottom up, dengan memberi peran masyarakat sebagai aktor utama atau subyek pembangunan sedangkan pemerintah sebagai fasilitator.  Proses bottom up akan memberi ruang bagi masyarakat desa untuk berpartisipasi dalam merencanakan, menentukan kebutuhan, mengambil keputusan, melaksanakan, hingga mengevaluasi pembangunan. Kondisi ini akan terlihat jika menempatkan kaum miskin dalam posisi terhormat, memberi ruang pada mereka untuk mengembangkan partisipasi dan prakarsa lokal.Berdasarkan hasil analisa kuantitatif dengan menggunakan rumus product moment maka r hasil perhitungan yang didapatkan adalah 0,81 dengan N =30, hal ini telah membuktikan adanya korelasi positif antara efektifitas program PNPM-MP dengan kesejahteraan masyarakat di desa Pakandangan Barat Kecamatan Bluto Kabupaten Sumenep.
Democracy Issue Usage via Website by Radical Group in Opposing Indonesian Government Karman karman; Djoko Waluyo
Jurnal Pekommas Vol 3, No 2 (2018): Oktober 2018
Publisher : BBPSDMP KOMINFO MAKASSAR

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30818/jpkm.2018.2030205

Abstract

This article dealt with the issue of how radical groups include Indonesian government as a democratic country, through the practice of language usage in online media. That radical group is Jamaah Ansharu Tauhid (JAT). We collect data from the web page (www.ansharuttauhid.com) with the word of ‘democracy’ in the proses of query. We determine contents containing government representation on democratic issue. We analysed the text with an analysis model of representation of social actors and social action as Theo VanLeeuwen introduced. We conclude that JAT include the Indonesian government as outsiders in the context of religion. The government is different from JAT in the context of religion. JAT delegitimized Indonesian government with some language techniques. JAT symbolized Indonesia government as “thoghut”, and included it in the web contents negatively (e.g., by pseudo title, epithets, etc.). On the contrary, JAT appreciated terrorism perpetrators by harnessing honorification technique. The inclusion and delegitimacy of the Indonesian government depart from religion as an idiosyncratic system of meaning.
Strategi Komunikasi Pemasaran Pariwisata Melalui Instagram di Era Pandemi Covid-19 Chaerun N. Damayanti; Karman Karman; Amri Dunan
Komunika: Jurnal Ilmu Komunikasi Vol. 9 No. 1 (2022): Jurnal Komunika
Publisher : Universitas Muhammadiyah Prof. DR. Hamka

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22236/komunika.v9i1.7139

Abstract

Komunikasi Pariwisata wajib dimiliki oleh setiap industri pariwisata untuk menjalankan kegiatan dan pelayanan secara teratur dan tersusun. Dengan adanya komunikasi pariwisata yang baik dapat membantu dan melayani kebutuhannya. Perlu rencana yang rapi dan efisien agar tingkat keberhasilan meningkat dan risiko gagal mengecil. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui strategi komunikasi pariwisata dalam mengelola strategi komunikasi pariwisata yang terdampak Covid-19 melalui media sosial Instagram. Teori yang di gunakan dalam penelitian ini adalah Teori Komunikasi Bauran Pemasaran. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Adapun metode pengumpulan data penelitian ini dengan wawancara mendalam kepada pihak pengelola, serta melakukan observasi dan dokumentasi. Hasil penelitian komunikasi pariwisata yang di bangun oleh pihak pengelola wisata Gunung Luhur dengan menggunakan aspek periklanan, personal selling, promosi penjualan, pemasaran langsung, hubungan masyarakat serta WOM menunjukkan adanya keterkaitan satu dengan yang lainnya dan sesuai dengan target pengelola wisata terhadap media sosial.