Claim Missing Document
Check
Articles

Found 17 Documents
Search

Peningkatan Kedalaman Penetrasi Las Stainless Steel 304 dengan Medan Magnet Eksternal pada Pengelasan Autogenous Tungsten Inert Gas Welding Haikal, Haikal; Chamim, Moch.; Andriyansyah, Deni; Wiyono, Apri; Baskoro, Ario Sunar; Isnarno, Isnarno
Jurnal Rekayasa Mesin Vol 12, No 1 (2021)
Publisher : Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/ub.jrm.2021.012.01.10

Abstract

In this study, research on the use of the External Magnetic Field method – Tungsten Inert Gas was done to determine the effect of welding arc compression on the quality of AISI 304 thin plate weld. The welding process was performed using autogenous welds. In this study, an external magnetic field was generated by placing a magnetic solenoid around the TIG welding torch. Enabling this electromagnetic field is done dynamically using a microcontroller. Welding parameters used are welding current 100; 105; 110 A and welding speed 1.6; 1.8; 2.05 mm/s. The results of this study showed that EMF-TIG welding can produce a more uniform bead width along the weld line with a standard deviation of 0.08 compared with conventional TIG welding of 0.12. Increased welding speed of  2.05 mm/s causes no effect on the addition of an external magnetic field to the width of the weld bead. The current parameters are 105 A with a speed of 1.6; 1.8; 2.05 mm/s resulted in compression of the top bead width by 0.87; 0.61; 0.1 mm. The welding parameters with a current of 105 A and welding speed of 1.6 mm/s have a larger upper bead compression effect of 0.84 mm compared to 110 A currents of 0.38 mm. Moreover, the D/W ratio obtained under an external magnetic field was higher than without magnetic.
Pendampingan Pengolahan Limbah Anorganik dengan Menggunakan Mesin Pengepres Limbah Kaleng pada BUMDes Desa Gawan, Kecamatan Tanon, Kabupaten Sragen Chamim, Moch; Amarulloh, Amarulloh; Margono, Bambang; Sudargo, Petrus Heru; Margono, Margono
Community Empowerment Vol 6 No 4 (2021)
Publisher : Universitas Muhammadiyah Magelang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (454.98 KB) | DOI: 10.31603/ce.4470

Abstract

Desa Gawan Kecamatan Tanon berkembang menjadi tempat desa wisata. Saat ini sampah merupakan masalah lingkungan yang sangat serius yang dihadapi masyarakat. Bisa dikatakan sampah setiap hari dihasilkan oleh wisatawan dan masyarakat lokal, baik itu sampah organik maupun anorganik. Namun tidak semua jenis sampah anorganik bisa diolah, karena membutuhkan ruang penyimpanan yang cukup besar. Salah satunya adalah kaleng minuman yang banyak dibuang pengunjung. Proses penyimpanan sampah kaleng butuh tenaga dari sumber daya manusia yang ada. Sehingga butuh perencanaan untuk membuat alat bantu pengepres untuk mengurangi sumber daya manusia. Metode pemecahan masalah dengan membuat mesin pengepres kaleng dengan tujuan untuk memudahkan proses penyimpanan. Mesin pengepres kaleng menggunakan daya listrik untuk memutar motor listrik sebesar 0,5 Hp. Mesin pengepres kaleng yang dibuat menggunakan model double acting yaitu dalam satu proses bisa melakukan dua kali pengepresan. Mesin pengepres kaleng ini membantu proses pengurangan sampah anorganik secara mudah dan cepat dengan memasukkan edukasi pengolahan sampah yang menarik. Dengan adanya alat ini proses pengepresan lebih cepat dan lebih memberi nilai tambah bagi masyarakat khususnya Desa Gawan Kecamatan Tanon Kabupaten Sragen.
PENGARUH PARAMETER LAS PADA SAMBUNGAN PLUG WELDING LOGAM TAK SEJENIS ANTARA CARBON STEEL DAN STAINLESS STEEL DENGAN FILLER E308L Haikal Haikal; Surya Suseno; Moch. Chamim; Isnarno Isnarno
Jurnal Energi dan Teknologi Manufaktur Vol 3 No 01 (2020)
Publisher : Polinema Press, Politeknik Negeri Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33795/jetm.v3i01.48

Abstract

Plug welding is one of the welding methods of joining material with filling techniques using filler metal. This study aims to determine the effect of variations in electrical current and depth of artificial penetration of Ø8 mm holes on the failure mode and tensile load bearing capacity of dissimilar metal plug welding connections between SS 304 series stainless steels and SS 400 series carbon steels. used are 200, 215 and 230 A while the variation in depth of artificial penetration with diameter of Ø8 mm is 0, 1 and 2 mm. The results of this study indicate that the variation of the welding current without any artificial penetration (0 mm) results in an interfacial failure failure mode. While the existence of artificial penetration with a depth of 1-2 mm produces pull out failure mode. The results of the shear tensile test showed that the highest welding strength was obtained at a variation of 230 A with a hole depth of 1 mm at an average of 12.6 kN while in the hole depth parameters 0 and 2 mm the weld strength values ​​were obtained at a mean of 5.6 and 7.8 kN.
PENGARUH MEDAN MAGNET MENGINDUKSI BUSUR PADA PENGELASAN AUTOGENOUS TUNGSTEN INERT GAS SAMBUNGAN TUMPUL BAJA TAHAN KARAT 304 Haikal Haikal; Moch. Chamim; Ario Sunar Baskoro; Isnarno Isnarno; Apri Wiyono
Jurnal Teknologi Vol 13, No 1 (2021): Jurnal Teknologi
Publisher : Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24853/jurtek.13.1.89-100

Abstract

Dalam studi ini, penelitian mengenai penggunaan metode External Magnetic Field - Tungsten Inert Gas pada aplikasi sambungan tumpul dilakukan untuk mengetahui pengaruh dari pemampatan busur las terhadap kualitas hasil sambungan tumpul pelat tipis SS 304. Proses pengelasan ini dilakukan tanpa menggunakan logam pengisi tambahan (autogenous weld). Pada penelitian ini medan magnet luar ditimbulkan dengan meletakkan solenoid magnetik di sekeliling obor las TIG. Pengaktifkan medan elektromagnetik ini dilakukan secara dinamis dengan menggunakan mikrokontroler. Parameter pengelasan yang digunakan yaitu arus pengelasan 100; 105; 110 A dan kecepatan pengelasan 1,6; 1,8; 2,05 mm/s. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengelasan EMF-TIG dapat menghasilkan lebar manik yang lebih seragam di sepanjang jalur las dengan standar deviasi sebesar 0,08 dibandingkan dengan las TIG konvensional sebesar 0,12. Peningkatan kecepatan las sebesar 2,05 mm/s menyebabkan tidak berpengaruhnya penambahan medan magnet luar terhadap lebar manik las. Parameter arus 105 A dengan kecepatan 1,6; 1,8; 2,05 mm/s menghasilkan pemampatan lebar manik atas berturut- turut sebesar 0,87; 0,61; 0,1 mm. Parameter pengelasan dengan arus 105 A dan kecepatan las 1,6 mm/s memiliki efek pemampatan manik atas yang lebih besar yaitu sebesar 0,84 mm dibandingkan arus 110 A yaitu 0,38 mm.
Effect of Magnetic Field Induce Arc in Autogenous TIG Welding of 304 Stainless Steel Butt Joint Haikal Haikal; Moch. Chamim; Deni Andriyansyah; Emanuel Budi Raharjo; Ario Sunar Baskoro; Isnarno Isnarno
Automotive Experiences Vol 4 No 1 (2021)
Publisher : Automotive Laboratory of Universitas Muhammadiyah Magelang in collaboration with Association of Indonesian Vocational Educators (AIVE)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1193.534 KB) | DOI: 10.31603/ae.4199

Abstract

This paper reports the use of External Magnetic Field-Tungsten Inert Gas (EMF-TIG) method in butt joint applications to determine the effect of welding arc compression on the quality of butt joint of SS 304 thin plate was reported. The welding process was performed without using filler or autogenous welds. The external magnetic field was generated by placing a magnetic solenoid around the TIG welding torch. The results of this study showed that EMF-TIG welding can produce a more uniform bead width along the weld line compare with conventional TIG. Moreover, the D/W ratio obtained under external magnetic field was higher than without magnetic. However, the tensile strength of butt joint decreased with EMF-TIG because there is constriction in arc welding which produces shrinkage weld pool volume. In addition, high welding speeds result in a decrease in the tensile strength of both conventional TIG and EMF-TIG welds.
PENGARUH PROSES HARDENING TEMPERING TERHADAP KEKERASAN, STRUKTUR MIKRO DAN IMPAK PADA BAJA PADUAN RENDAH Moch Chamim
AME (Aplikasi Mekanika dan Energi): Jurnal Ilmiah Teknik Mesin Vol 7, No 1 (2021)
Publisher : Universitas Ibn Khaldun Bogor

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32832/ame.v7i1.3808

Abstract

Baja paduan rendah banyak digunakan untuk material khusus salahsatunya material tahan abrasif. Ketahanan abrasif didapatkan dari nilai kekerasan yang tinggi. Meningkatnya kekerasan akan mengakibatkan kerugian karena cenderung rapuh sehingga perlu proses lanjutan yaitu temper. Penelitian ini dilakukan dengan cara memanaskan spesimen pada temperatur austenit 800°C dan 850°C dengan holding 15 menit kemudian didinginkan dengan media oli dan ditemper pada temperatur 300°C dengan holding 15menit didinginkan pada udara terbuka. Pada spesimen yang telah mengalami pemanasan dan pendinginan tersebut kemudian dilakukan pengujian Kekerasan, Impak dan struktur mikro untuk mengetahui perubahan sifat dari baja paduan rendah. Hasil pengujian terlihat susunan martensit dan jaringan krom karbida sebelum adanya proses perlakuan panas. Karbida krom melarut setelah proses perlakuan panas. Nilai kekerasan sangat berpengaruh terhadap penyerapan energi.
RANCANGAN PENGABDIAN DALAM PEMBUATAN TEMPAT TIDUR TINGKAT TERINTEGRASI MEJA BELAJAR DI PONDOK PESANTREN Eko Surojo; Teguh Triyono; Nurul Muhayat; Moch Chamim; Bambang Margono; Triyono
Abdi Masya Vol 1 No 3 (2021)
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengabdian Masyarakat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52561/abma.v1i3.143

Abstract

Pondok Pesantren adalah salah satu jenis tempat pendidikan formal maupun non formal yang selain memberi materi pelajaran agama juga mengajarkan adab hidup sehari-hari sehingga siswa/santri harus menginap di asrama selama proses pendidikan. Untuk itu, selain sarana prasarana pendidikan, pondok pesantren juga harus menyediakan sarana prasarana kehidupan sehari-hari seperti kamar dan tempat tidur, dapur, sarana olah raga dan lain sebagainya. Karena keterbatasan lahan dan bangunan, satu ruang asrama biasanya dihuni oleh 30-40 santri dengan menggunakan tempat tidur bertingkat. Karena ruang kamar asrama yang kurang memadai, santri biasanya belajar, membaca, mengerjakan Tugas Sekolah di atas tempat tidur. Untuk memberi kenyamanan dalam belajar santri, maka meja belajar yang dirancang terintegrasi dengan tempat tidur untuk menghemat ruang sangat penting untuk dilakukan. Rancangan tempat tidur tingkat terintegrasi dengan meja belajar berbahan dasar baja siku yang bisa dibongkar pasang dengan mudah karena system sambungannya dengan mur-baut. Alas tidur bagian bawah bisa dipisah setengah, lalu dilipat ke arah tiang tempat tidur dan meja belajar bisa didapatkan dengan membuka lipatan berikutnya. Desain ini digunakan untuk program pengabdian yang melibatkan kerjasama bengkel las Sumber Rejeki desa Sawahan, Jaten dan Pondok Pesantren Wirausaha Masjid Fatimah Ar Royyan desa Jongkang, Buran, Karanganyar.
Efek Perbaikan Las Berulang (Multilayer Repair Welding) pada Baja Carbon SS400 terhadap Struktur Mikro dan Kekerasan Burhanudin Burhanudin; Moch Chamim; Fatimah Nur Hidayah; Bagus Radiant Utomo; Radik Syamsul Erfan; Nugroho Tri Atmoko
Creative Research in Engineering Vol 2, No 1 (2022): Creative Research in Engineering (CERIE)
Publisher : Lembaga Publikasi Ilmiah dan Penerbitan (LPIP)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30595/cerie.v2i1.14050

Abstract

Salah satu metode untuk menghilangkan cacat pada hasil pengelasan adalah dengan melakukan perbaikan las ( repair welding ). Penelitian ini bertujuan untuk menginvestigasi karakteristik material baja carbon tipe SS400 sebelum dan sebelum mengalami perbaikan las (repair welding). Pengelasan dilakukan menggunakan metode Shielded Metal Arc Welding (SMAW) dengan elektroda jenis LB-52U E7016 yang memiliki diameter 2,6 mm. Sebelum dilakukan perbaikanlas ( repair welding ), dilakukan pengelasan lapisan ( multilayer weld ing ) pada spesimen sebanyak tiga kali lapisan yakni lapisan rootpass , hotpassdan caping. Kemudian spesimen yang telah mengalami pengelasan berlapis ( multilayer welding ) dilakukan perbaikan las ( repair welding ) pada daerah kawah lasan ( weld ). Spesimen selanjutnya dianalisa terhadap perubahan struktur mikro menggunakan pengujian morfologi berupa foto mikro serta sifat mekanik menggunakan uji kekerasan Vickers disetiap daerah lasan yakni logam induk ( base metal ), Heat Affected Zone (HAZ) dan daerah pengelasan ( weld ) pada spesimen sebelum dan sebelum perbaikan las berulang ( pengelasan perbaikan multilayer ).Hasil dari Analisis menunjukkan bahwa struktur mikro spesimen sebelum dan sebelum perbaikan las terdapat 2 fasa yang terlihat yakni fasa ferit dan fasa perlit. Pada daerah base metal fasa ferit lebih mendominasi dengan batas butir yang cenderung besar pada spesimen sebelum dan sebelum perbaikan las. Sedangkan pada daerah HAZ terlihat pengkasaran butir ( grain
Efek Perlakuan Panas (Heat Treatment) pada Besi Cor Kelabu terhadap Sifat Mekanik dan Struktur Mikro Nugroho Tri Atmoko; Moch Chamim; Subiyati Subiyati; Bambang Hari Priyambodo
Creative Research in Engineering Vol 1, No 2 (2021): Creative Research in Engineering (CERIE)
Publisher : Lembaga Publikasi Ilmiah dan Penerbitan (LPIP)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (977.562 KB) | DOI: 10.30595/cerie.v1i2.10847

Abstract

Besi tuang yang digunakan sebagai bahan dasar pada industri otomotif dan manufaktur mengharuskan memiliki sifat mekanik dan karakteristik yang perlu disesuaikan dengan sifat dan tujuan aplikasinya. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh sebelum dan sesudah proses perlakuan panas terhadap sifat mekanik dan struktur mikro material besi cor untuk industri otomotif dan manufaktur. Penelitian ini menggunakan 3 macam metode proses perlakuan panas yaitu annealing , normalizing , dan quenching. Spesimen akan dibakar di dalam furnace chamber menggunakan temperatur 850 °C dan waktu penahanan 20 menit sampai spesimen benar-benar teraustenisasi. Untuk analisis pengaruh proses perlakuan panas besi cor, dilakukan uji struktur mikro dan pengukuran kekerasan mikro. Hasil penelitian ini bahwa perbedaan proses perlakuan panas akan mempengaruhi sifat struktural dan mekanik dimana metode annealing pada besi cor akan menyebabkan penurunan kekerasan, hal ini disebabkan fasa ferit yang semakin mendominasi matriks. Metode quenching akan menyebabkan peningkatan kekerasan yang signifikan sebesar 104% sehingga material yang diquenching sesuai untuk diaplikasikan pada bagian-bagian yang memerlukan getas seperti roda gigi, guide rail, dll.
Efek Perbaikan Las Berulang (Multilayer Repair Welding) pada Baja Carbon SS400 terhadap Struktur Mikro dan Kekerasan Burhanudin Burhanudin; Moch Chamim; Fatimah Nur Hidayah; Bagus Radiant Utomo; Radik Syamsul Erfan; Nugroho Tri Atmoko
Creative Research in Engineering Vol 2, No 1 (2022): Creative Research in Engineering (CERIE)
Publisher : Lembaga Publikasi Ilmiah dan Penerbitan (LPIP)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30595/cerie.v2i1.13899

Abstract

Salah satu cara untuk menghilangkan cacat las adalah dengan memperbaiki las. Penelitian ini akan menyajikan karakteristik material baja karbon tipe SS400 sebelum dan sebelum menjalani proses perbaikan pengelasan. Pengelasan dilakukan dengan menggunakan metode Shielded Metal Arc Welding (SMAW) dengan elektroda tipe LB-52U E7016 yang memiliki diameter 2,6 mm. Sebelum dilakukan pengelasan, menjalani pengelasan multilayer tiga kali yaitu rootpass, layer dan caping.Setelah dilakukan perbaikan lasan, spesimen dianalisa perubahan struktur mikronya dengan pengujian morfologi berupa foto mikro dan sifat mekanik menggunakan uji kekerasan Vickers pada setiap bagian zona pengelasan yaitu logam dasar Heat Affected Zone (HAZ) dan area pengelasan pada spesimen sebelum dan sebelum pengelasan perbaikan multilayer. Hasil analisis menunjukkan bahwa pada struktur mikro benda uji sebelum dan sebelum dilakukan perbaikan las terdapat 2 fasa yang tampak yaitu fasa ferit dan fasa perlit. Pada logam dasar fasa ferit mendominasi dengan batas butir yang cenderung besar pada benda uji sebelum dan sebelum dilakukan las. Sementara itu, di wilayah HAZ terlihat butirannya kasar.Hasil foto mikro pada lasan setelah dilakukan perbaikan las didominasi oleh fasa perlit dengan ukuran butir yang cenderung lebih besar. Hasil uji kekerasan Vickers menunjukkan bahwa kekerasan tertinggi terdapat pada las yaitu 177,53 HVN pada saat benda uji belum diperbaiki, sedangkan setelah mengalami perbaikan nilai kekerasan pada lasan sebesar 5,8% menjadi 167,06 HVN. yaitu fase ferit dan fase perlit. Pada logam dasar fasa ferit mendominasi dengan batas butir yang cenderung besar pada benda uji sebelum dan sebelum dilakukan las. Sementara itu, di wilayah HAZ terlihat butirannya kasar. Hasil foto mikro pada lasan setelah dilakukan perbaikan las didominasi oleh fasa perlit dengan ukuran butir yang cenderung lebih besar.Hasil uji kekerasan Vickers menunjukkan bahwa kekerasan tertinggi terdapat pada las yaitu 177,53 HVN pada saat benda uji belum diperbaiki, sedangkan setelah mengalami perbaikan nilai kekerasan pada lasan sebesar 5,8% menjadi 167,06 HVN. yaitu fase ferit dan fase perlit. Pada logam dasar fasa ferit mendominasi dengan batas butir yang cenderung besar pada benda uji sebelum dan sesudah dilakukan perbaikan las. Sementara itu, di wilayah HAZ terlihat butiran kasar. Hasil foto mikro pada lasan setelah dilakukan perbaikan las didominasi oleh fasa perlit dengan ukuran butir yang cenderung lebih besar. Hasil uji kekerasan Vickers menunjukkan bahwa kekerasan tertinggi terdapat pada lasan yaitu 177,53 HVN pada saat spesimen belum diperbaiki, sedangkan setelah mengalami perbaikan nilai kekerasan pada lasan sebesar 5,8% menjadi 167,06 HVN. di wilayah HAZ terlihat butiran kasar. Hasil foto mikro pada lasan setelah dilakukan perbaikan las didominasi oleh fasa perlit dengan ukuran butir yang cenderung lebih besar. Hasil uji kekerasan Vickers menunjukkan bahwa kekerasan tertinggi terdapat pada las yaitu 177,53 HVN pada saat benda uji belum diperbaiki, sedangkan setelah mengalami perbaikan nilai kekerasan pada lasan sebesar 5,8% menjadi 167,06 HVN. di wilayah HAZ terlihat butiran kasar. Hasil foto mikro pada lasan setelah dilakukan perbaikan las didominasi oleh fasa perlit dengan ukuran butir yang cenderung lebih besar. Hasil uji kekerasan Vickers menunjukkan bahwa kekerasan tertinggi terdapat pada las yaitu 177,53 HVN pada saat benda uji belum diperbaiki, sedangkan setelah mengalami perbaikan nilai kekerasan pada lasan sebesar 5,8% menjadi 167.06 HVN.