S. Kismiati
Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro

Published : 4 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

Pengaruh Lama Penyimpanan Telur Tetas Ayam Kedu Jengger Merah terhadap Kualitas Interior Telur U. Latifah; S. Kismiati; Sutopo Sutopo
Jurnal Sain Peternakan Indonesia Vol 15, No 2 (2020)
Publisher : Universitas Bengkulu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31186/jspi.id.15.2.162-166

Abstract

Penelitian bertujuan untuk mengevaluasi pengaruh lama penyimpanan terhadap kualitas interior telur ayam Kedu jengger merah. Materi yang digunakan adalah 113 butir telur ayam kedu jengger merah. Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak  Lengkap (RAL) dengan 5 perlakuan dan 5 ulangan. Perlakuan yang digunakan yaitu  penyimpanan telur 1 hari (T0), penyimpanan telur 3 hari (T1), penyimpanan telur 5 hari (T2), penyimpanan telur 7 hari (T3) dan penyimpanan telur 9 hari (T4). Parameter yang diamati meliputi bobot putih telur, bobot kuning telur dan haugh unit. Hasil penelitian menunjukkan bahwa lama penyimpanan berpengaruh nyata (p<0,05) terhadap bobot putih telur dan haugh unit, tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap bobot kuning telur. Bobot putih telur mulai menurun pada perlakuan T3, sedangkan pada haugh unit menurun pada perlakuan T1. Disimpulkan bahwa semakin lama telur tetas disimpan akan menurunkan kualitas interior.  
Pemanfaatan Sinbiotik Ekstrak Inulin Umbi Gembili dengan Lactobacillus plantarum terhadap Kualitas Interior Telur Itik Pengging R. Aprilia; L. D. Mahfudz; D. Sunarti; S. Kismiati
Jurnal Sain Peternakan Indonesia Vol 16, No 2 (2021)
Publisher : Universitas Bengkulu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31186/jspi.id.16.2.186-193

Abstract

Tujuan penelitian adalah mengetahui pengaruh penambahan sinbiotik ekstrak inulin umbi gembili (EIUG) dengan lactobacillus plantarum terhadap kualitas interior telur itik Pengging. Materi yang digunakan  100 ekor itik Pengging betina tua berumur 75 minggu bobot badan rata-rata 1.467  90,86 g. Rancangan yang digunakan Rancangan Acak Lengkap 4 perlakuan dan 5 ulangan. Perlakuan adalah T0 = pakan kontrol, T1 = pakan kontrol + sinbiotik 1,0% = 1,5 ml/150 g ransum, T2 = pakan kontrol + sinbiotik 1,5 % = 2,25 ml/150 g ransum, T3 = pakan kontrol + sinbiotik 2,0 % = 3 ml/150 g ransum. Parameter yang diamati indeks kuning telur, haugh unit, warna kuning telur dan pH putih telur. Data dianalisis menggunakan analisis ragam dengan uji F. Hasil penelitian menunjukkan penambahan sinbiotik tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap kualitas interior telur meliputi, indeks kuning telur, haugh unit, warna kuning telur dan pH putih telur. Kesimpulan penelitian ini adalah pemanfaatan sinbiotik dari EIUG dengan bakteri Lactobaillus plantarum sampai level 2% = 3 ml/150 g ransum tidak efektif, karena  ternak itik Pengging umurnya sudah tua sehingga tidak mampu meningkatkan Indeks Kuning Telur, Haugh Unit, Warna Kuning Telur dan pH putih telur.
Pengaruh Step down Protein dan Penambahan Acidifier pada Pakan terhadap Performans Ayam Broiler S. Huda; L. D. Mahfudz; S. Kismiati
Jurnal Sain Peternakan Indonesia Vol 14, No 4 (2019)
Publisher : Universitas Bengkulu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31186/jspi.id.14.4.404-410

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh level step down dengan pemberian acidifier pada berbagai protein pakan terhadap konsumsi pakan, pertambahan bobot badan dan konversi pakan. Penelitian ini menggunakan 210 Day Old Chicken (DOC) Unsexed dengan rata-rata bobot badan 44,34 ± 0,14 g dan pakan dengan level protein yang berbeda. Rancangan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap dengan 3 perlakuan dan 7 ulangan, sehingga ada 21 unit percobaan dengan jumlah 10 ekor ayam tiap unit. Perlakuan yang diterapkan yaitu step down protein dengan level 22%, 18% dan 16% dengan pemberian acidifier 1,2%/100 gram pakan. Parameter yang diamati penelitian ini adalah konsumsi pakan, pertambahan bobot badan dan konversi pakan. Hasil penelitian menunjukkan penurunan kadar protein pakan (stepdown protein) 4 – 6% dengan penambahan acidifier 1,2%/100g berpengaruh nyata (P<0,05) menurunkan konsumsi pakan serta pertambahan bobot badan, dan berpengaruh nyata meningkatkan konversi pakan (P<0,05). Kesimpulan dari penelitian ini yaitu stepdown protein 4% dan 6% dengan penambahan acidifier 1,2%/100 gram pakan belum mampu untuk menghasilkan performa terbaik untuk ayam broiler.
Effects of Altitude Differences on the Performance of Broiler Chicken Kept in Closed House Cage Z. R. Nugraini; L. D. Mahfudz; S. Kismiati
Jurnal Sain Peternakan Indonesia Vol 17, No 1 (2022)
Publisher : Universitas Bengkulu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31186/jspi.id.17.1.51-54

Abstract

This study aimed to examine the effect of differences in altitude on the performance of broiler chickens. The experimental design used was a completely randomized design (CRD) with 3 treatments and 8 replications. For this research, the broiler chickens were reared in closed house cages at different altitudes: lowlands, medium lands, and highlands with the same Standard Operation Procedure (SOP). The treatments applied were T1 (broilers reared at an altitude of ± < 600 meters), T2 (broilers reared at an altitude of ± 800 – 1000 meters) and T3 (broilers reared at an altitude of ± > 1000 meters). The data were analyzed to determine the treatment effect using Duncan's Multiple Distance Test. The parameters measured were feed consumption, body weight gain (WG), feed conversion ratio (FCR), index performance (IP) and income over feed cost (IOFC). The results showed that altitude had a significant effect (P<0.05) on body weight gain (WG) in the finisher phase, feed conversion ratio (FCR) in the starter phase and finisher phase, index performance (IP) in the starter phase and finisher phase as well as income over feed cost (IOFC). From this study, it can be concluded that the performance of broiler chickens in the medium-altitude is better than the lowlands and highlands, and economically it is more profitable than rearing them in the highlands.