L. D. Mahfudz
Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro

Published : 5 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

Pemanfaatan Sinbiotik Ekstrak Inulin Umbi Gembili dengan Lactobacillus plantarum terhadap Kualitas Interior Telur Itik Pengging R. Aprilia; L. D. Mahfudz; D. Sunarti; S. Kismiati
Jurnal Sain Peternakan Indonesia Vol 16, No 2 (2021)
Publisher : Universitas Bengkulu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31186/jspi.id.16.2.186-193

Abstract

Tujuan penelitian adalah mengetahui pengaruh penambahan sinbiotik ekstrak inulin umbi gembili (EIUG) dengan lactobacillus plantarum terhadap kualitas interior telur itik Pengging. Materi yang digunakan  100 ekor itik Pengging betina tua berumur 75 minggu bobot badan rata-rata 1.467  90,86 g. Rancangan yang digunakan Rancangan Acak Lengkap 4 perlakuan dan 5 ulangan. Perlakuan adalah T0 = pakan kontrol, T1 = pakan kontrol + sinbiotik 1,0% = 1,5 ml/150 g ransum, T2 = pakan kontrol + sinbiotik 1,5 % = 2,25 ml/150 g ransum, T3 = pakan kontrol + sinbiotik 2,0 % = 3 ml/150 g ransum. Parameter yang diamati indeks kuning telur, haugh unit, warna kuning telur dan pH putih telur. Data dianalisis menggunakan analisis ragam dengan uji F. Hasil penelitian menunjukkan penambahan sinbiotik tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap kualitas interior telur meliputi, indeks kuning telur, haugh unit, warna kuning telur dan pH putih telur. Kesimpulan penelitian ini adalah pemanfaatan sinbiotik dari EIUG dengan bakteri Lactobaillus plantarum sampai level 2% = 3 ml/150 g ransum tidak efektif, karena  ternak itik Pengging umurnya sudah tua sehingga tidak mampu meningkatkan Indeks Kuning Telur, Haugh Unit, Warna Kuning Telur dan pH putih telur.
Pengaruh Step down Protein dan Penambahan Acidifier pada Pakan terhadap Performans Ayam Broiler S. Huda; L. D. Mahfudz; S. Kismiati
Jurnal Sain Peternakan Indonesia Vol 14, No 4 (2019)
Publisher : Universitas Bengkulu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31186/jspi.id.14.4.404-410

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh level step down dengan pemberian acidifier pada berbagai protein pakan terhadap konsumsi pakan, pertambahan bobot badan dan konversi pakan. Penelitian ini menggunakan 210 Day Old Chicken (DOC) Unsexed dengan rata-rata bobot badan 44,34 ± 0,14 g dan pakan dengan level protein yang berbeda. Rancangan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap dengan 3 perlakuan dan 7 ulangan, sehingga ada 21 unit percobaan dengan jumlah 10 ekor ayam tiap unit. Perlakuan yang diterapkan yaitu step down protein dengan level 22%, 18% dan 16% dengan pemberian acidifier 1,2%/100 gram pakan. Parameter yang diamati penelitian ini adalah konsumsi pakan, pertambahan bobot badan dan konversi pakan. Hasil penelitian menunjukkan penurunan kadar protein pakan (stepdown protein) 4 – 6% dengan penambahan acidifier 1,2%/100g berpengaruh nyata (P<0,05) menurunkan konsumsi pakan serta pertambahan bobot badan, dan berpengaruh nyata meningkatkan konversi pakan (P<0,05). Kesimpulan dari penelitian ini yaitu stepdown protein 4% dan 6% dengan penambahan acidifier 1,2%/100 gram pakan belum mampu untuk menghasilkan performa terbaik untuk ayam broiler.
Effects of Altitude Differences on the Performance of Broiler Chicken Kept in Closed House Cage Z. R. Nugraini; L. D. Mahfudz; S. Kismiati
Jurnal Sain Peternakan Indonesia Vol 17, No 1 (2022)
Publisher : Universitas Bengkulu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31186/jspi.id.17.1.51-54

Abstract

This study aimed to examine the effect of differences in altitude on the performance of broiler chickens. The experimental design used was a completely randomized design (CRD) with 3 treatments and 8 replications. For this research, the broiler chickens were reared in closed house cages at different altitudes: lowlands, medium lands, and highlands with the same Standard Operation Procedure (SOP). The treatments applied were T1 (broilers reared at an altitude of ± < 600 meters), T2 (broilers reared at an altitude of ± 800 – 1000 meters) and T3 (broilers reared at an altitude of ± > 1000 meters). The data were analyzed to determine the treatment effect using Duncan's Multiple Distance Test. The parameters measured were feed consumption, body weight gain (WG), feed conversion ratio (FCR), index performance (IP) and income over feed cost (IOFC). The results showed that altitude had a significant effect (P<0.05) on body weight gain (WG) in the finisher phase, feed conversion ratio (FCR) in the starter phase and finisher phase, index performance (IP) in the starter phase and finisher phase as well as income over feed cost (IOFC). From this study, it can be concluded that the performance of broiler chickens in the medium-altitude is better than the lowlands and highlands, and economically it is more profitable than rearing them in the highlands.
Efek Perbedaan Dataran terhadap Produksi Karkas Ayam Broiler yang Dipelihara di Kandang Closed House F. Nurhidayat; L. D. Mahfudz; D. Sunarti
Jurnal Sain Peternakan Indonesia Vol 15, No 4 (2020)
Publisher : Universitas Bengkulu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31186/jspi.id.15.4.406-413

Abstract

Penelitian ini dilaksanakan pada kandang closed house yang yang memiliki Standard Operation Procedure (SOP) sama, closed house yang digunakan berasal dari dataran yang berbeda yaitu: didataran rendah, sedang dan tinggi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh makroklimat terhadap mikroklimate dan produksi karkas ayam broiler. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 3 perlakuan (T1: Pemeliharaan ayam di Demak, T2: pemeliharaan di Gunungpati dan T3: pemeliharaan di Ampel.) dan 8 ulangan. Data diolah menggunakan analisis ragam pada taraf signifikasi 5%, jika perlakuan berpengaruh nyata nyata dilanjutkan dengan Uji Wilayah Ganda Duncan. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa perbedaan dataran berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap bobot potong yaitu pada dataran rendah 1560.13g (a) lebih baik dari dataran sedang 1477,94g (b) dan dataran tinggi 1454,38g (b). Bobot karkas juga berpengaruh nyata (P<0,05) yaitu pada dataran rendah 1060.58g (a) lebih baik dari dataran sedang 1029.11g (ab), dan dataran tinggi 1006,01g (b). Persentase karkas, lemak abdominal dan kualitas karkas tidak berpengaruh nyata (P>0,05). Berdasarkan penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa perbedaan dataran berpengaruh terhadap kondisi mikroklimat kandang, sehingga menghasilkan bobot potong dan produksi karkas ayam broiler yang paling baik pada dataran rendah.
Pengaruh Perbedaan Suhu Pemeliharaan terhadap Kualitas Fisik Daging Ayam Broiler Periode Finisher S. R. Rini; Sugiharto Sugiharto; L. D. Mahfudz
Jurnal Sain Peternakan Indonesia Vol 14, No 4 (2019)
Publisher : Universitas Bengkulu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31186/jspi.id.14.4.387-395

Abstract

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan kualitas fisik (pH, drip loss, WHC dan warna) daging ayam broiler broiler antara dua suhu pemeliharaan (suhu nyaman (23 - 24 ?C ) dan suhu tinggi (35-36 ?C). Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah 20 ekor ayam jantan periode finisher (umur 21 hari) dengan rata- rata berat awal 1,17 g ± 0,03 (CV = 2,94%), dengan 10 ternak dibesarkan pada suhu yang nyaman (23- 24 ?C) dan 10 ternak lainnya dibesarkan dalam suhu tinggi (35-36 ?C ). Pada hari ke-35, ayam broiler disembelih dan diambil sampelnya. Sampel daging diambil dari dada. Uji t test independen digunakan dalam penelitian ini untuk dapat melihat perbedaan keduanya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kualitas fisik daging pada perbedaan pemeliharaan antara broiler yang dipelihara pada suhu yang nyaman (23-24 ?C) dan broiler dipelihara pada suhu tinggi (35-36 ?C) secara signifikan berbeda nyata (P<0,05) pada pH, drip loss, WHC dan warna mat (L * = lightness dan a * = kemerahan), tetapi tidak berbeda nyata (P>0,05 ) pada warna kekuningan (b *) daging. Kesimpulan dari penelitian ini adalah ayam broiler yang dipelihara pada suhu tinggi memiliki kualitas fisik yang lebih rendah daripada ayam broiler yang dipelihara pada suhu yang nyaman.