Muhammad Faiz Barchia, Muhammad Faiz
University Of Bengkulu

Published : 8 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 8 Documents
Search

The Effect of Land Unit Elimination on The Conservation Activity Plan at Air Bengkulu Watershed, Bengkulu Province Bambang Sulistyo; Muhammad Faiz Barchia; Kanang Setyo Hindarto; Noviyanti Listyaningrum
Indonesian Journal of Geography Vol 52, No 2 (2020): Indonesian Journal of Geography
Publisher : Faculty of Geography, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/ijg.48578

Abstract

To enable conservation of degraded land requires Map of Conservation Activity Plan (CAP). The map is established based on a model developed by the then Ministry of Environment and Forestry. One step to analyze the CAP is land unit elimination (LUE) having area of < 1 cm2. This study aimed to determine the effect of LUE on the CAP at Air Bengkulu Watershed. Maps used for input to CAP are EHL (Erosion Hazard Level), Soil Depth, Slope, Population Pressure, and the Recommended Landuse, whereas to calculate EHL requires R, K, LS, C, and P Factors. CAP Map as a result without involving LUE is compared to the CAP Map with involving LUE. The research result showed that the LUE influences on the change of the recommended of the CAP up to 77.6% of the total area of the study, either in engineering recommended or in vegetatively recommended conservation, while the rest (22.4%) were unchanged. 
Kajian Pengelolaan Hutan Pinus Di Taman Nasional Kerinci Seblat Resort Rejang Lebong Nasip Irianto; Enggar Apriyanto; Muhammad Faiz Barchia
Naturalis: Jurnal Penelitian Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Vol. 7 No. 1 (2018)
Publisher : Badan Penerbitan Fakultas Pertanian (BPFP), Universitas Bengkulu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31186/naturalis.7.1.9270

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk menilai indeks dan status keberlanjutan dan mengidentifikasi atribut-atribut yang sensitif dalam sistem pengelolaan hutan pinus di Taman Nasional Kerinci Seblat Resort Rejang Lebong. Indeks dan status keberlanjutan pengelolaan hutan pinus dinilai dari dimensi ekologi, ekonomi, sosial budaya, teknologi dan infrastruktur, dan hukum dan kelembagaan. Metode analisis data keberlanjutan yang digunakan dalam pengelolaan hutan pinus di Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS) Resort Rejang Lebong adalah Multi Dimensional Scaling (MDS) yang kemudian diberi nama RAP-TNKS (Rapid Appraisal for Pinus on TNKS) yang hasilnya dinyatakan dalam bentuk nilai indeks dan status keberlanjutan. Identifikasi atribut-atribut yang sensitif terhadap indeks dan status keberlanjutan dari masing-masing dimensi melalui Analisis Leverage dan Monte Carlo. Hasil penelitian menunjukkan bahwa indeks multidimesi status keberlanjutan pengelolaan hutan pinus di Taman Nasional Kerinci Seblat Resort Rejang Lebong sebesar 56,14 (cukup berkelanjutan). Nilai indeks keberlanjutan dari dimensi ekologi (64,23), dimensi ekonomi (51,95), dimensi sosial budaya (54,72) dan dimensi hukum dan kelembagaan (74,97) masuk ke dalam kategori baik dengan status cukup berkelanjutan, sedangkan dimensi teknologi dan infrastruktur (34,81) berada pada kategori kurang dengan status kurang berkelanjutan.Kata Kunci: indeksdan status keberlanjutan, pinus, TNKS, MDS 
ANALISIS KEBERLANJUTAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN DAERAH ALIRAN SUNGAI AIR BENGKULU BERBASIS KEMASYARAKATAN Bursamin Bursamin; Satria Putra Utama; Muhammad Faiz Barchia
Naturalis: Jurnal Penelitian Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Vol. 7 No. 2 (2018)
Publisher : Badan Penerbitan Fakultas Pertanian (BPFP), Universitas Bengkulu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31186/naturalis.7.2.6007

Abstract

Daerah Aliran Sungai merupakan satu kesatuan yang unsur-unsur utama nya terdiri dari lahan, air, tanah, vegetasi, dan mahluk hidup, DAS Air Bengkulu merupakan salah satu DAS yang berada di dua wilayah mencakup daerah seluas 51.500 ha berlokasi di kabupaten Bengkulu Tengah dan Kota Bengkulu. RAP-DAS Air Bengkulu saat ini menunjukkan indeks keberlanjutan Eco-DAS dimensi ekonomi 61,8%, sosial 50,7%, ekologi 48,3%,  hukum kelembagaan 50.6%, dan teknologi 48.4%. Berdasarkan indikator dimasing-masing dimensi melalui analisis MDS menunjukkan status keberlanjutan dengan rata-rata indeks 51,96 dikategorikan cukup berlanjut. Dibandingkan  dengan status keberlanjutan Monte Charlo memperoleh indeks dimensi ekonomi 60,9 sosial 49.9, ekologi 47,6, hukum kelembagaan 49,7, dan teknologi 47,5 dikategorikan cukup berkelanjutan. Sebab status keberlanjutan yang berpangaruh terhadap pengelolaan lingkungan tangkapan Air DAS Air Bengkulu memiliki nilai stress berdasarkan analisis MDS dan monte charlo dimensi ekonomi 12,26%, social 10,05%, ekologi 09,58%, hukum kelembagaan 10,02%, dan tekjnologi 09,58%. sehingga keakuratan status berkelanjutan teridentifikasi dimasing-masing dimensi rata-rata Ekonomi 0,732, Sosial 0,490, Ekologi 0,451, Kelembagaan 0,451, dan Teknologi 0,490. berdasarkan indeks dari kedua parameter tersebut dapat disimpulkan bahwa status keberlanjutan pengelolaan lingkungan tangkapan Air DAS Air Bengkulu dikategorikan cukup didasarkan  dari nilai MDS 51,96, Monte Charlo 51,12, Stress 10.29%, dan R2 0,5 kategori cukup berkeLanjutan. Oleh karena itu dalam 15 (lima belas) faktor/ atribut yang sensitif diperlukan kerjasama secara kolaboratif dan terpadu antar pemangku kepentingan (pemerintah, swasta, dan masyarakat) didaerah tangkapan air DAS Air Bengkulu.Kata Kunci: Daerah Aliran Sungai Air Bengkulu, Kelembagaan, MDS, Monte Charlo, Indeks keberlanjutan
Analisis Keberlanjutan Pengelolaan Perkebunan Kelapa Sawit Pola Inti-Plasma Di PT. Bio Nusantara TeknologiKabupaten Bengkulu Tengah Iskandar Iskandar; Satria Putra Utama; Muhammad Faiz Barchia
Naturalis: Jurnal Penelitian Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Vol. 7 No. 1 (2018)
Publisher : Badan Penerbitan Fakultas Pertanian (BPFP), Universitas Bengkulu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31186/naturalis.7.1.9255

Abstract

Tuntutan global saat ini yang senantiasa meneriakkan kelestarian atau produksi yang berkelanjutan sudah tidak dapat dihindari lagi, termasuk juga didalam pengelolaan perkebunan kelapa sawit khususnya kemitraan pola inti-plasma, yang harus segera dicari solusi atau pendekatannya. Penelitian ini bertujuan untuk menilai indeks dan status keberlanjutan pengelolaan perkebunan kelapa sawit pola inti-plasma di PT. Bio Nusantara Teknologi yang berkelanjutan dari dimensi ekologi, ekonomi, sosial- budaya, teknologi-infrastruktur, dan hukum-kelembagaan, serta mengidentifikasi atribut yang sensitif terhadap keberlanjutan pengelolaan perkebunan kelapa sawit pola inti inti-plasma di PT. Bio Nusantara Teknologi. Analisis keberlanjutan dilakukan dengan metode pendekatan Multi Dimensional Scaling (MDS) dengan teknik kelapa sawit Rap-Insus (Rapid Appraisal Index Sustainability of palm oil management). Hasil penelitian menunjukkan bahwa status keberlanjutan pengelolaan perkebunan kelapa sawit pola inti-plasma di PT. Bio Nusantara Teknologi Kabupaten Bengkulu Tengah yang berdasarkan atas 5 dimensi dinyatakan  cukup berkelanjutan dengan indeks keberlanjutan multidimensi sebesar 53,18, dimana dimensi yang cukup berkelanjutan ada 3 dimensi yaitu ekologi, ekonomi, dan sosial-budaya, sedangkan 2 dimensi lainnya yaitu teknologi-infrastruktur dan hukum-kelembagaan berada pada status kurang berkelanjutan. Kata Kunci: Perkebunan Kelapa Sawit, Pengelolaan Inti-Plasma, Multidimensi,AnalisisKeberlanjutan
Pergeseran Klasifikasi Iklim Oldeman Dan Schmidth-Fergusson Sebagai Dasar Pengelolaan Sumberdaya Alam Di Bengkulu Anang Anwar; Sigit Sudjatmiko; Muhammad Faiz Barchia
Naturalis: Jurnal Penelitian Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Vol. 7 No. 1 (2018)
Publisher : Badan Penerbitan Fakultas Pertanian (BPFP), Universitas Bengkulu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31186/naturalis.7.1.9261

Abstract

Perubahan pola hujan, pergeseran musim, kenaikan suhu merupakan dampak dari perubahan iklim. Perubahan pola hujan ini akan mempengaruhi system klasifikasi Schmidth-Ferguson dan Oldeman. Jumlah Bulan basah, bulan lembab dan bulan kering menjadi penentu dalam penentuan system klasifikasi Schmidth-Ferguson dan Oldeman. Provinsi Bengkulu mempuanyai pola hujan equatorial dengan dua puncak hujan di bulan November dan Januari dan hujan paling sedikit pada bulan Juni. Tipe iklim oldeman yang di miliki adalah tipe iklim A1, B1, C1 dan Tipe iklim Schmidth Ferguson A, B, C dan D (Sangat Basah, Basah, Agak Basah dan Sedang). Pergeseran tipe iklim Oldeman yang terjadi adalah pergeseran luasan, Tipe iklim A1 yang dominan bergeser luasan nya terdistribusi ke tipe iklim B1 dan C1 untuk daerah yang bergeser adalah hampir semua wilayah Bengkulu kecuali kab. Seluma. Tipe iklim Schmidth Ferguson bergeser dari A yang dominan bergeser ke tipe iklim A, B, C dan D, daerah yang mengalami pergeseran adalah wilayah Bengkulu bagian selatan. Proyeksi untuk tipe iklim Schmidth-Ferguson dan Oldeman tipe iklim yang mengalami perubahan adalah tipe iklim oldeman Kata kunci: iklim oldeman, iklim Schmidth-Fergusson,Curah Hujan, Proyeksi
KOREKSI KESESUAIAN LAHAN DENGAN REFERENSI KESESUAIAN SUHU PERTANAMAN KENTANG MERAH PADA DATARAN SEDANG BENGKULU Muhammad Faiz Barchia; S Nur Muin; Mukhtasar .; N C Deta
Jurnal Agroekoteknologi Vol 2, No 1 (2010)
Publisher : Jurusan Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Untirta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (216.844 KB) | DOI: 10.33512/j.agrtek.v2i1.627

Abstract

ABSTRACTAdaptation red potato planted on medium altitude in Bengkulu upland in order to correct land suitability classification based on criteria of land characteristics/quality. The research was conducted from July to October 2009, Kepahiang, Bengkulu located in 4 (four) experimental stations; mediumaltitude which located in Kelobak 525 m (up sea level, usl) and Pematang Donok, 650 m usl comparing location in Tugu Rejo 1135 m usl and Bandung Baru 1346 usl. Temperature in high altitude on Bengkulu upland was 22.3 oC in Bandung Baru and 23.5 oC in Tugu Rejo. In highland Bengkulu, land suitability class was Marginally Suitable (S3t) around Bandung Baru, while around Tugu Rejo, and medium altitude of upland Bengkulu around Kelobak and Pematang Donok with average temperature 24.8 oC categorized Permanently Non Suitable (N2t). Following the result of red potato adaptation research, there was no significantly diference among 4 (four) experimental location of potato yields in which yield of potato in Bandung Baru was 16.7 tons ha-1, Tugu Rejo was 15.5 ton ha-1, and yield of red potato in medium altitude of Bengkulu upland in Kelobak was 15.4 tons ha-1 and Pematang Donok was 19.3 tons ha-1. Based on those, temperature as a limiting factor for potato growth was the same suitable for red potato cultivation in the high and medium altitude of Bengkulu upland. Criteria of land sutability classification for potato cultivation in medium altitude of Bengkulu upland categorized N2t, Permanently Unsuitable should be corrected because of medium altitude of upland in Bengkulu high potential to develop as area for red potato cultivation.Key words: temperature, land suitability classification, red potato.
Land Degradation and Option of Practical Conservation Concepts in Manna Watershed Bengkulu Indonesia Muhammad Faiz Barchia; Khairul Amri; Renra Apriantoni
TERRA : Journal of Land Restoration Vol 1, No 2 (2018)
Publisher : Department of Soil Science, Faculty of Agriculture, University of Bengkulu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1545.773 KB) | DOI: 10.31186/terra.1.2.23-30

Abstract

Watershed overcoming deteriorates in its function was indicated by increasing soil erosion and land degradation. The research aims were to determine and map critical land degradation levels and to chose options of practical conservation concepts in Manna watershed. The Manna watershed lays on 102°51'38.2" - 103°10'57.8" long, and 04°0'39.6" - 4°29'38.0" alt covering 72,899.9 ha. The analysis procedures to determine land degradation levels based on Ministry of Forestry Rule (No. P.32/Menhut-11/2009), Procedures of Technical Design on Forest and Land Rehabilitation in Watershed (RTkRHL-DAS). The results showed that the Manna watershed divided in three land uses functions namely protected forest, limited timber forest, and agricultural cultivated areas/settlement. The land starting overcome degradation in covered by 35,318.6 ha or 48,77% of the watershed based on digital mapping using ArcGIS 10.1 software. The lands that categorized the critical level of degradation covered 7,989.5 ha or 11,03% of the watershed, and classified in the high critical level were 169.8 ha or 0,23% of the watershed. Options of conservation practice on the degraded lands in the Manna watershed should implement agro-forestry models because of the physiographical landscape in this area covering by waving to hilly landforms. On the protected forest and limited timber forest should develop agro-forestry with collaborative approaches through social engineering and social forestry. Re-establishing land use of the Manna watershed based on functions of land is the wise options for the sustainable environmental concepts
ANALISIS KEBERLANJUTAN PRODUKSI PADI DI LAHAN SAWAH DAERAH IRIGASI RAWA AIR HITAM BENGKULU Mike Van Hove; Muhammad Faiz Barchia; Satria Putra Utama; Damres Uker; M Mustopa R
Naturalis: Jurnal Penelitian Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Vol. 11 No. 1 (2022)
Publisher : Badan Penerbitan Fakultas Pertanian (BPFP), Universitas Bengkulu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31186/naturalis.11.1.21162

Abstract

Eksistensi lahan pangan mulai terusik. sumber daya lahan untuk mendukung pertumbuhan produksi padi dunia sudah semakin terbatas, Keterbatasan tersebut  disebabkan semakin meningkatnya konversi lahan pertanian ke non pertanian Alih fungsi lahan sawah ke lahan perekebunan sawit ataupun pemukiman secara perlahan akan sangat berpengaruh pada keberlanjutan produksi padi. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan menentukan indeks dan status keberlanjutan produksi padi di Daerah Irigasi Rawa Air Hitam Bengkulu dari dimensi ekologi, ekonomi, sosial budaya, teknologi dan infrastruktur, serta hukum dan kelembagaan, serta menganalis dan menentukan atribut yang sensitif terhadap keberlanjutan produksi padi di Lahan Sawah Daerah Irigasi Rawa Air Hitam Bengkulu. Penilaian status keberlanjutan dilakukan dengan menggunakan metode Multidimensional Scaling (MDS) yang disebut dengan metode RAP-Insus (Rapid Appraisal –Index Sustainability of Farm). Hasil penelitian menunjukkan bahwa status keberlanjutan produksi padi di Lahan Sawah Daerah Irigasi Rawa Air Hitam Bengkulu Cukup Berlanjut dengan indeks multidimeni sebesar 55,88, dimana dimensi yang Cukup Berkelanjutan ada 4 dimensi yaitu Ekologi, Ekonomi, Sosial dan Budaya serta Teknologi dan Infrastruktur, sedangkan 1 dimensi lainnya yaitu Hukum-Kelembagaan berada pada indeks Kurang Berkelanjutan. Kata Kunci: Analisis Multidimensi, Daerah Irigasi Rawa, Lahan Sawah Air Hitam