Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

PENGARUH MUSCLE ENERGY TECHNIQUE DAN STRAIN COUNTERSTRAIN TERHADAP NYERI TENGKUK PADA PENDERITA MYOFACIALIS UPPER TRAPEZIUS Siti Muthiah; Hasbiah Hasbiah; Nurul Fajriah
Media Fisioterapi Politeknik Kesehatan Makassar Vol 11, No 2 (2019)
Publisher : Politeknik Kesehatan Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (23.418 KB) | DOI: 10.32382/mf.v10i2.808

Abstract

Myofacial pain upper trapezius adalah suatu kondisi nyeri otot pada upper trapezius yang ditandai adanya taut band pada serabut otot dan bila ditekan akan timbul nyeri hebat bahkan kadang-kadang menyebar dalam pola tertentu.Telah dilakukan penelitian di Poli Fisioterapi Rumah Sakit Umum Daya Kota Makassar selama 2 (dua) bulan yakni bulan Agustus – September 2013 untuk melihat  pengaruh muscle energy technique dan strain counterstrain terhadap nyeri tengkuk pada penderita myofacialis upper trapezius.  Sebuah penelitian quasi-experiment dengan desain pre-post test two group design.Sampel dalam penelitian ini sebanyak 20 orang yang ditarik dengan menggunakan teknik purposive sampling. Dari 20 orang sampel tersebut kemudian dibagi menjadi 2 kelompok. Kelompok pertama diberikan muscle  energy technique dan kelompok kedu diberikan strain conterstrain, masing-masing diuji dengan uji t-perpasangan. Kemudian kedua kelompok perlakuan dibandingkan dengan uji t-tidak perpasanga.Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada kelompok  muscle energy technique terjadi penurunan nyeri sebesar 2,56 dan kelompok strain conterstrain terjadi penuruna sebesar 1,87. Pada uji t- tidak berpasangan di dapat nilai p=0,521 (p>0,05).Kesimpulan bahwa tidak ad beda pengaruh yang bermakna antara muscle energy technique dengan strain counterstrain  terhadap penurunan nyeri tengkuk pada penderita myofacialis upper trapezius. Kata kunci : muscle energy technique, strain conterstrain, myofacialis upper trapezius, nyeri.
PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA GANGGUAN FUNGSIONAL BERJALAN AKIBAT FRAKTUR 1/3 DISTAL CRURIS DEXTRA POST PEMASANGAN PLATE AND SCREW DI RSUP DR.WAHIDIN SUDIROHUSODO MAKASSAR 2013 Siti Muthiah; Hendrik Hendrik; Suharto Suharto
Media Fisioterapi Politeknik Kesehatan Makassar Vol 11, No 1 (2019)
Publisher : Politeknik Kesehatan Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (69.276 KB) | DOI: 10.32382/mf.v11i1.821

Abstract

Fraktur 1/3 distal cruris adalah suatu patahan pada kontinuitas struktur tulang cruris atau terputusnya hubungan tulang tibia dan fibula pada bagian 1/3 distalnya, yang mana terjadi akibat trauma langsung atau tidak langsung, faktor tekanan atau kelelahan dan faktor patologik.Tujuan dilaksanakannya penelitian ini adalah untuk mengetahui prosedur Penatalaksanaan Fisioterapi Pada gangguang Fungsional Berjalan Akibat Fraktur 1/3 Distal Cruris Dextra Post Pemasangan Plate and Srew. Penelitian ini dilakukan Di RSUP.Wahidin Sudirohusodo Makassar pada bulan Mei s/d Juni 2013. Jenis penelitian ini adalah studi kasus yaitu dengan menggunakan sampel tunggal.Pemeriksaan fisioterapi yang baik dilakukan dengan pemeriksaan yang lengkap yaitu dimulai dari anamnesis, inspeksi, palpasi, pemeriksaan fungsi gerak dasar, serta pemeriksaan spesifik seperti VAS tes, ROM tes, MMT tes dan tes kemampuan ADL. Dan adapun problematik fisioterapi yang muncul berupa Nyeri, keterbatasan ROM, Kelemahan otot dan gangguan ADL berjalan maka diberikan intervensi fisioterapi  adalah electro therapy berupa Infra Red Rays (IRR), manual therapy berupa massage dengan menggunakan teknik efflurage, exercise therapy berupa relaxed passive exc, hold relax stretching, assisted active exercise serta latihan transver ambulasi pada penderita dengan intensitas terapi 3x seminggu selama 12x penaganan didapatkan hasil berupa  nyeri menurun, ROM bertambah, dan kemampuan melakukan ADL meningkat.Dari hasil yang diperoleh, disimpulkan bahwa dengan menggunakan modalitas fisioterapi yang telah disebutkan dapat mengurangi permasalahan yang timbul akibat fraktur 1/3 distal cruris dextra post pemasangan plate and screw. Diantaranya, nyeri dari skala 4 menjadi 1, ROM S:30-0-60  menjadi S:30-0-77 dan terakhir kemampuan ADL dari 3 menjadi 2.Kata kunci:fraktur 1/3 distal cruris, gangguan fungsional berjalan, IRR,               massage, relaxed passive exc, hold relax stretching, assisted    active exercise
RESPON PASANGAN USIA SUBUR (PUS) TERHADAP PROGRAM KELUARGA BERENCANA (KB) DI DESA TANJUNG BELIT KECAMATAN SIAK KECIL KABUPATEN BENGKALIS Siti Muthiah; Yoskar Kadarisman
Jurnal Online Mahasiswa (JOM) Bidang Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Vol 1, No 1: WISUDA FEBRUARI 2014
Publisher : Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Riau

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

The research aims is to determine how the response of fertile couples to family planning programs and find out what affects the response of fertile couples to family planning in the village of Tanjung Belit Siak Kecil District Bengkalis.The population is fertile couples who have 2 children, as many as 234 couples in the village of Tanjung Belit Siak Kecil Bengkalis. Of all respondents, amounting to 234 couples, 140 couples of whom are not participating in family planning program while 95 couples are the participant. Due to limitations of the research so we decided a representative sample of the population by 43 % in order to obtain 60 respondents that not planning acceptors and 40 respondents that planning acceptors. Data analysis using quantitative descriptive.The study states that the factors affecting the respondents for not participating family planning is because of their have a low level of education, their jobs are largely farmers and a couple aged 36 to 40 years old is the age that is no longer fertile. In the village of Tanjung Belit, parental education level is affect the number of children they have. Respondents did not all know about the family planning program, there were 33 respondents or 55 % of all existing subjects admitted that they were aware of any family planning program in the village of Tanjung Belit. While 27 respondents or 45 % of all subjects who claimed not to know that there is no family planning program in their village. The most dominant factor that affecting the response to the couples is the education of respondents.
PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA GANGGUAN POLA BERJALAN AKIBAT CONGENITAL TALIPES EQUINOVARUS DI YPAC KOTA MAKASSAR Tiar Erawan; Anshar Anshar; Lisnawati Lisnawati; Siti Muthiah; Muh Thahir
Media Fisioterapi Politeknik Kesehatan Makassar Vol 14, No 2 (2022)
Publisher : Politeknik Kesehatan Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32382/mf.v14i2.3149

Abstract

Congenital talipes equinovarus merupakan kelainan bawaan pada kaki dan pergelangan kaki yang berupa deformitas inversi, kombinasi equines dan varus dari kaki belakang, serta adduksi dari sendi subtalar dan midtarsal. Kondisi ini ditandai dengan, kontraktur jaringan di sisi medial kaki, otot-otot eversi di sisi lateral kaki tidak berkembang, otot- otot betis tidak berkembang, serta tidak menunjukkan perubahan terhadap koreksi pasif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penatalaksanaan fisioterapi pada gangguan pola berjalan pada penderita Congenital Talipes Equino Varus di SLB YPAC Kota Makassar. Dengan pemberian intervensi menggunakan Stretching dan Terapi latihan dengan Strengthening serta menggunakan alat ukur Lingkup Gerak Sendi dengan Geniometer dan Skor pirani.Hasil yang diperoleh setalah melakukan terapi sebanyak 12 kali pada kasus Congenital Talipes Equinovarus adalah pengukuran Lingkup Gerak Sendi pada pasien I dan pasien II bernilai tetap, tidak mengalami peningkatan maupun penurunan. Deformitas yang di alami pasien pada pemeriksaan awal pasien 1 pada kedua ankle bernilai, Curvature of the lateral border of the food (CLB) : 1, Medial crease of the food (MC) : 0,5 dan Posterior crease of the ankle (PC) : 1, sedangkan pasien II pada ankle sinistra Curvature of the lateral border of the food (CLB) : 1, Medial crease of the food (MC) : 0,5 dan Posterior crease of the ankle (PC) : 0,5, tidak mengalami peningkatan hingga akhir penelitian.Kata Kunci : Congenital Talipes Equinovarus, Stretching, dan Terapi latihan Strengthening
PENGARUH MOBILISASI CHESTTERHADAP PENINGKATAN EKSPANSI THORAKS PADA PENYAKIT PARU OBSTRUKTIFKRONIS DI BALAI BESAR KESEHATAN PARUMASYARAKAT MAKASSAR: Different Effects of Eccentric Exercise and Passive Stretching on the Application of Ultrasound to Reduce Pain in Tennis Elbow Type II Patients in the Campus of Physiotherapy Department, Health Polytechnic of Makassar Hafsah Tahir; Siti Muthiah; Muhammad Awal
Media Fisioterapi Politeknik Kesehatan Makassar Vol 13 No 2 (2021): Media Fisioterapi Politeknik Kesehatan Makassar
Publisher : Jurusan Fisioterapi Poltekkes Kemenkes Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32382/fis.v13i2.18

Abstract

Latar belakang : Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) merupakan penyakit kronis yang ditandai dengan batuk produktif, dispnea dan terjadinya obstruksi saluran napas sekalipun penyakit ini bersifat kronis serta merupakan gabungan dari emfisema, bronkitis kronik maupun asma, tetapi dalam keadaan tertentu terjadi perburuk an dari fungsi pernapasan. Dalam beberapa keadaan perburukan dari PPOK ini dapat menyebabkan terjadinya kegagalan pernafasan. Metode : Penelitian ini adalah penelitian pra eksperimental dengan desain penelitian pretest - posttest one group design dengan tekn ik purposive sampling , yang bertujuan untuk mengetahui adanya peningkatan ekspansi toraks pada penderita penyakit paru obstruktif kronis, dengan jumlah populasi 16 orang maka diperoleh jumlah sampel sebanyak 15 orang berdasarkan rumus besaran sampel dan me menuhi kriteria inklusi, masing - masing sampel diberikan perlakuan mobilisasi chest . Hasil : Hasil penelitian menunjukkan rerata nilai ekspansi toraks sebelum dilakukan perlakuan adalah pada titik axilla = 0.53, titik costa 4 - 5 = 2.33 dan titik proc. xyph oideus = 4,47 dengan menggunakan alat ukur yaitu pita ukur. Hasil statistik menggunakan Uji Wilcoxon menunjukkan bahwa nilai p untuk ekspansi toraks pada masing - masing titik adalah p = 0.000 lebih kecil dari α = 0.05 (p<α) yang berarti hipotesis kerja dite rima. Kesimpulan : P emberian mobilisasi chest selama 8 kali perlakuan dapat menghasilkan pengaruh yang signifikan terhadap perubahan ekspansi toraks pada penderita penyakit paru obstruktif kronis, dengan kata lain pemberian mobilisasi chest lebih efektif dalam meningkatkan ekspansi toraks pada pender ita penyakit paru obstruktif kronis. Kata Kunci : Mobilisasi Chest , Penyakit Paru Obstruktif Kronis, Ekspansi Toraks