Claim Missing Document
Check
Articles

Found 19 Documents
Search

Peranan Burung sebagai Agen Penyebaran Benalu pada Jati di Kebun Benih Klonal (KBK) Padangan, Perum Perhutani Muttaqin, Zainal; Budi R., Sri Wilarso; Wasis, Basuki; Siregar, Iskandar Z.; Corryanti, Corryanti
ZOO INDONESIA Vol 25, No 2 (2016): Desember 2016
Publisher : Masyarakat Zoologi Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Tujuan penelitian ini ialah untuk menelaah peranan burung sebagai agen penyebaran benalu yang menginfeksi tegakan jati di Kebun Benih Klonal (KBK) Padangan. Rancangan penelitian berupa Petak Contoh Pengamatan (PCP) terdiri atas Petak Ukur Pengamatan (PUP-PUP) berukuran 50m x 50m sebanyak empat PUP dalam unit PCP dibedakan pada tingkat serangan benalu ringan, sedang, berat dan kontrol. Metode penilaian peranan burung menggunakan focal animal sampling dengan cara pengamatan perilaku burung yang berinteraksi dengan jenis benalu dominan Dendrophthoe pentandra pada jati; dilengkapi inventarisasi jumlah, kelimpahan relatif, dan penyebarannya menggunakan metode IPA (Index ponctualle de’Abondance). Hasil pengamatan menunjukkan terdapat tiga kelompok peranan burung sebagai agen penyebaran benalu ialah: 1) specialist frugivor ialah pemakan buah yang menangani buah benalu secara lengkap dengan cara defekasi, regurgitasi, dan pecking meliputi cabai jawa (Dicaeum trochileum), cabai polos (Dicaeum concolor), cabai gunung (Dicaeum sanguinolentum), dan khusus cucak kutilang (Pynonotus aurigaster) yang menangani buah benalu secara regurgitasi dan pecking dianggap sebagai secondary dispersers, 2) generalist frugivor yang menangani buah benalu secara tidak lengkap dianggap penyebar tambahan (occasionally dispersers) meliputi madu sriganti (Nectarinia jugularis), cinenen pisang (Orthotomus sutorius), madu jawa (Aethopyga mystacalis), 3) opportunistic frugivor yang tidak menangani buah benalu atau berkaitan tidak langsung dengan penyebaran biji benalu sebanyak 13 jenis burung lainnya. Parameter populasi burung menurut jumlah, kelimpahan relatif dan penyebarannya yang luas mencakup lima urutan teratas ialah cabai jawa (D. trochileum), madu sriganti (N. jugularis), bondol jawa (Lonchura leucogastroides), sepah hutan (Pericrocotus flammeus), cucak kutilang (Pynonotus aurigaster).
Lift The Flap Storybook to Grow and Raise Awarness about Sugar Intake in Early Chilhood and Their Parents Diana Dwi Jayanti; Zainal Muttaqin; Dinar Mahdalena Leksana
Jurnal MIDPRO Vol 12, No 2 (2020): JURNAL MIDPRO
Publisher : Universitas Islam Lamongan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30736/md.v12i2.225

Abstract

This research entitled Lift The Flap Storybook to Grow and Raise Awarness about Sugar Intake in Early Chilhood and Their Parents. The purpose of this research is to develop a media to grow and raise understanding of the balanced proportion of sugar intake in early chilhood and their parents. The expected benefit from this research is to provide educational media that is easy to use and understand, and does not harm children, besides that it can instill awareness of healthy living from an early age and an understanding of the importance of balanced food intake by parents for family members. This research is a development research (R & D) using a qualitative approach as a data collection and analysis process. The subject of this research involved 20 parents who have early childhood as participants/media users and also three experts in the field of early childhood education, graphic design, and language as validators. The results of this research showed that: a) of the 20 participants who were involved in the study, 9 families had a pattern of excess sugar consumption, b) the results of media feasibility validation by experts show that the content, design and language in the media are in the good and very good categories, c) the results of trials related to the effectiveness of the use of media by users (parents and children) show that there is an increase in awareness as indicated by changes in sugar consumption patterns in children and parents (families) which initially tend to be more balanced. Keywords: Lift The Flap Storybook, Sugar Intake Awareness, Earlychilhood and Parents.
EKSTRAKSI CIRI EPILEPSI PADA REKAMAN EEG BERDASARKAN CIRI RATA-RATA, STANDARDEVIASI, MINIMAL DAN KURTOSIS Siswandari Noertjahjani; Zainal Muttaqin; Yuriz Bakhtiar
MEDIA ELEKTRIKA Vol 12, No 2 (2019): MEDIA ELEKTRIKA
Publisher : PSTE UNIMUS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (604.289 KB) | DOI: 10.26714/me.12.2.2019.93-98

Abstract

Epilepsi sering dihubungkan dengan disabilitas fisik, disabilitas mental, dan konsekuensi psikososial yang berat bagi penyandangnya. Penyakit epilepsi yang tidak ditangani segera dapat merusak otak. EEG digunakan untuk merekam otak dan membedakan pola sinyal EEG epilepsi dan normal diperlukan suatu ciri untuk masing masing pola. Ciri yang akan dipakai untuk mewakili sinyal EEG berasal dari 4 ciri statistik yaitu rata-rata, standar deviasi, minimal, kurtosis dengan 11 elektroda FP1, FP2, F7, F3, T7,T8 , Pz, O1, O2, P3, P4. Hasil menunjukkan nilai standar deviasi pada penyandang epilepsi lebih tinggi dari pada ciri rata- rata, minimal  dan kurtosis
DIFFERENCES OF DEPRESSION LEVELS IN TEMPORAL LOBE EPILEPSY AND EXTRA TEMPORAL LOBE EPILEPSY PATIENTS : CASE STUDY IN POST EPILEPSY SURGERY PATIENTS Muhammad Rully Zen; Zainal Muttaqin; Yuriz Bakhtiar; Dimas Sindhu Wibisono
DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL (JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO) Vol 9, No 1 (2020): DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL ( Jurnal Kedokteran Diponegoro )
Publisher : Faculty of Medicine, Diponegoro University, Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (425.562 KB) | DOI: 10.14710/dmj.v9i1.26574

Abstract

Introduction: Depression is a common condition in epilepsy patients, especially temporal lobe epilepsy both before and after epilepsy surgery. However, not many studies have examined the depression status of patients undergoing surgery outside the temporal lobe (extratemporal resection). Differences in levels of depression between temporal lobe epilepsy (TLE) and extra-TLE patients are also not well known, so the effect of surgery on mood disorders in this group of epilepsy patients needs to be further investigated. Aim: This study aims to study whether there are differences in depression rates for TLE  and extra-TLE patients in case studies of post-epileptic surgery patients. Method: The design of this study was cross sectional by conducting research on patients with temporal lobe epilepsy (n = 29) and extra temporal epilepsy patients (n = 24) from 1999 to 2019. The study was conducted at the Hospitals in Semarang. Researchers recorded depression levels using the Beck Depression Inventory - II (BDI-II) after the patient had surgery. The collected data will be analyzed using the parametric 2 independent samples t test. Results: 53 patients who were subject were 29 TLE patients (54.7%) and 24 Extra TLE patients (45.3%). TLE patients who had normal BDI-II results were 14 patients (48.3%), mild depression by 6 patients (20.7%), moderate depression by 8 patients (27.6%) and severe depression by 1 patient (3,4%) while the Extra TLE patients showed normal results of 11 patients (45.8%), mild depression of 8 patients (33.3%), moderate depression of 4 patients (16.7%) and severe depression of 1 patient ( 4.2%). 2 independent samples t test showed insignificant results, namely p = 0.831. Conclusion: There are differences of depression level between TLE and Extra TLE cannot be confirmed, because there are many factors such as the duration of epilepsy and seizure frequency that influence patients. Multifactorial explanation for the depression in patients with TLE and extra TLE must be investigated.Keywords: TLE (Temporal Lobe Epilepsy), extra-TLE, Depression
KAJIAN HUBUNGAN PANJANG BERAT DAN FAKTOR KONDISI IKAN NILA (Oreochromis niloticus) DAN IKAN BELANAK (Mugil cephalus) YANG TERTANGKAP DI SUNGAI MATANG GURU, KECAMATAN MADAT, KABUPATEN ACEH TIMUR Zainal Muttaqin; Irma Dewiyanti; Dwinna Aliza
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kelautan Perikanan Unsyiah Vol 1, No 3 (2016): November 2016
Publisher : Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (306.667 KB)

Abstract

This research examines the length weight relationship and condition factor of tilapia and mugil fish caught in Matang Guru River, East Aceh District, Aceh. The purpose of this research was to know the relationship and condition factor for both types of fish caught in Matang Guru river, Kecamatan Madat, Kabupaten Aceh Timur. Fish obtained was tilapia (Oreocromis niloticus) and mugil (Mugil cephalus) fish. Sampling was done in March to April 2015, by using nets. The results showed that tilapia and mugil fish growth pattern has a negative allometric (long multiplication faster compared to value added weights). In addition, the relative weight condition factor showed the figures above 100 (categorized as good waters).  Penelitian ini mengkaji tentang hubungan panjang berat dan faktor kondisi ikan nila dan ikan belanak yang tertangkap di Sungai Matang Guru, Kabupaten Aceh Timur, Aceh. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan panjang berat dan faktor kondisi kedua jenis ikan yang tertangkap di Sungai Matang Guru, Kecamatan Madat, Kabupaten Aceh Timur. Ikan yang didapat yaitu ikan nila (Oreocromis niloticus) dan ikan belanak (Mugil cephalus). Pengambilan sampel dilakukan pada bulan Maret sampai dengan April 2015, dengan menggunakan jaring. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ikan nila dan ikan belanak memiliki pola pertumbuhan allometrik negatif (pertambahan panjang lebih cepat dibandingkan dengan pertambahan bobot). Selain itu, faktor kondisi berat relatif menunjukkan angka di atas 100 (dikategorikan perairan yang baik).
Peranan Burung sebagai Agen Penyebaran Benalu pada Jati di Kebun Benih Klonal (KBK) Padangan, Perum Perhutani Zainal Muttaqin; Sri Wilarso Budi R.; Basuki Wasis; Iskandar Z. Siregar; Corryanti Corryanti
ZOO INDONESIA Vol 25, No 2 (2016): Desember 2016
Publisher : Masyarakat Zoologi Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52508/zi.v25i2.3358

Abstract

Tujuan penelitian ini ialah untuk menelaah peranan burung sebagai agen penyebaran benalu yang menginfeksi tegakan jati di Kebun Benih Klonal (KBK) Padangan. Rancangan penelitian berupa Petak Contoh Pengamatan (PCP) terdiri atas Petak Ukur Pengamatan (PUP-PUP) berukuran 50m x 50m sebanyak empat PUP dalam unit PCP dibedakan pada tingkat serangan benalu ringan, sedang, berat dan kontrol. Metode penilaian peranan burung menggunakan focal animal sampling dengan cara pengamatan perilaku burung yang berinteraksi dengan jenis benalu dominan Dendrophthoe pentandra pada jati; dilengkapi inventarisasi jumlah, kelimpahan relatif, dan penyebarannya menggunakan metode IPA (Index ponctualle de’Abondance). Hasil pengamatan menunjukkan terdapat tiga kelompok peranan burung sebagai agen penyebaran benalu ialah: 1) specialist frugivor ialah pemakan buah yang menangani buah benalu secara lengkap dengan cara defekasi, regurgitasi, dan pecking meliputi cabai jawa (Dicaeum trochileum), cabai polos (Dicaeum concolor), cabai gunung (Dicaeum sanguinolentum), dan khusus cucak kutilang (Pynonotus aurigaster) yang menangani buah benalu secara regurgitasi dan pecking dianggap sebagai secondary dispersers, 2) generalist frugivor yang menangani buah benalu secara tidak lengkap dianggap penyebar tambahan (occasionally dispersers) meliputi madu sriganti (Nectarinia jugularis), cinenen pisang (Orthotomus sutorius), madu jawa (Aethopyga mystacalis), 3) opportunistic frugivor yang tidak menangani buah benalu atau berkaitan tidak langsung dengan penyebaran biji benalu sebanyak 13 jenis burung lainnya. Parameter populasi burung menurut jumlah, kelimpahan relatif dan penyebarannya yang luas mencakup lima urutan teratas ialah cabai jawa (D. trochileum), madu sriganti (N. jugularis), bondol jawa (Lonchura leucogastroides), sepah hutan (Pericrocotus flammeus), cucak kutilang (Pynonotus aurigaster).
Legalitas Kejaksaan Dalam Menyelesaikan Tunggakan Pajak Daerah Untuk Peningkatan Pendapatan Daerah Rima Lestari; Zainal Muttaqin; Holyness N Singadimedja
Jurnal Mahkamah : Kajian Ilmu Hukum Dan Hukum Islam Vol 5 No 1 (2020): Jurnal Mahkamah: Kajian Ilmu Hukum Dan Hukum Islam
Publisher : Institut Agama Islam Ma'arif NU (IAIMNU) Metro Lampung, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25217/jm.v5i1.694

Abstract

Abstrak Penelitian yang mengangkat judul ”Penyelesaian Tunggakan Pajak Daerah Melalui Kejaksaan Dalam Peningkatan Pendapatan Daerah” memiliki tujuan untuk membahas dan mengetahui peran kejaksaan dalam metode penyelesaian tunggakan pajak daerah yang pada dasarnya hingga saat ini belum diatur dalam peraturan perundang-undangan, mengingat hingga saat ini kewenangan pemungutan pajak daerah berada di tangan Pemerintah Daerah. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah yuridis normatif dengan mengkaji data sekunder berupa hukum positif, asas-asas dan teori hukum, serta kaidah-kaidah hukum yang berhubungan dengan Hukum Pajak. Dari hasil penelitian ini dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa Kejaksaan memiliki peran sebagai pengacara negara sehingga berhak mewakili negara maupun pemerintah daerah dalam hal ini adalah Dinas Pendapatan baik dalam ranah pengadilan maupun dalam ranah luar pengadilan. Namun dalam kerja sama yang meliputi penagihan oleh Kejaksaan Negeri apabila Dinas Pendapatan tidak berhasil mengoptimalkan pendapatan asli daerah yang berasal melalui penagihan tunggakan pajak daerah belum memiliki kekuatan hukum yang mengikat pihak ketiga yaitu Wajib Pajak sebagai suatu bentuk penyelesaian tunggakan pajak daerah. Kata Kunci: Pajak Daerah; Tunggakan Pajak Daerah; Kejaksaan.
PERANCANGAN SISTEM KEAMANAN SEPEDA MOTOR MENGGUNAKAN BLUETOOTH Zainal Muttaqin; Desi Kisbianty; M. Irwan Bustami
Jurnal Processor Vol 10 No 2 (2015): Processor
Publisher : LPPM STIKOM Dinamika Bangsa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (736.199 KB)

Abstract

Pencurian sepeda motor pada saat ini semakin marak. Hal ini bisa terjadi di karenakan faktor kelalaian manusia, namun ada juga factor-faktor lain. Seperti sistem keamanan dari kendaraan itu sendiri yang mana dinilai masih kurang efektif. Pada saat ini banyak cara yang bisa di lakukan oleh pencuri motor untuk membongkar sistem keamanan motor yaitu dengan cara membobol kunci. Ada yang secara paksa dan yang lebih pintarnya lagi para pelaku sudah menggunakan sebuah cairan khusus untuk membobol kunci, dan saat ini sedang marak pula penodongan yang lebih dikenal masyarakat yaitu begal. Maka dari itu penulis ingin merancang sebuah sistem keamanan tambahan yang mana sistem ini dapat mempersulit pekerjaan para pencuri motor. Sistem keamanan ini memanfaatkan teknologi Bluetooth yang mana Bluetooth ini sudah di konfigurasi dan di hubungkan ke perangkat-perangkat pendukung seperti mikrokontroler dan lain-lain yang kemudian di hubung ke sumber arus pada swicth atau kontak pada sepeda motor tersebut. Dengan cara ini sepeda motor sudah memiliki keamanan ganda, hal ini dibuktikan sepeda motor tidak akan hidup apabila Bluetooth juga tidak di hidupkan.
Mediasi Perceraian melalui Konseling Keluarga Brimob Polda Jabar Vina Vionita; Chatib Saefullah; Zainal Muttaqin
Irsyad : Jurnal Bimbingan, Penyuluhan, Konseling, dan Psikoterapi Islam Vol 8 No 1 (2020): Irsyad: Jurnal Bimbingan, Penyuluhan, Konseling, dan Psikoterapi Islam
Publisher : Department of Islamic Guidance and Counseling, Faculty of Dakwah and Communication, UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (643.026 KB) | DOI: 10.15575/irsyad.v8i1.123

Abstract

Tulisan ini bertujuan untuk mengetahui proses mediasi yang dilakukan oleh Brimob Polda Jabar dalam menyelesaikan kasus perceraian. Metode penelitian menggunakan metode deskriptif yang analisisnya dilakukan secara kualitatif. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan observasi, wawancara dan praktek lapangan. Hasil penelitian menunjukan bahwa Pelaksaan proses mediasi ini menggunakan saluran hirarki yakni sesuai urutan tingkatan atau jenjang jabatan serta diberikan tiga kali kesempatan untuk melaksanakan sidang mediasi yang setiap tahapannya terdapat jeda waktu tiga bulan. Kegagalan mediasi dikarenakan tidak adanya keinginan dari kedua pihak untuk memperbaiki, penghambat dikarenakan kurangnya fasilitas sarana prasarana yang memadai dan faktor pendukung dipengaruhi dengan adanya Perkap No. 9 Tahun 2010 telah mengatur perihal nikah,talak,cerai dan rujuk. Dengan menggunakan konseling keluarga tingkat keberhasilan mediasi dapat menunjukan hasil yang lebih optimal, banyak pasangan memilih untuk rujuk kembali. This paper aims to find out the mediation process carried out by the West Java Police Mobile Brigade in resolving divorce cases. The research method uses descriptive methods whose analysis is done qualitatively. Data collection techniques carried out by observation, interviews, and field practice. The results showed that the implementation of the mediation process uses a hierarchical channel that is in the order of the level or level of position and is allowed three times to carry out a mediation session at each stage there is a three-month interval. The mediation failure was due to the lack of willingness from both parties to improve, the obstacle was due to the lack of adequate infrastructure and the supporting factors were influenced by Perkap No. 9 of 2010 has arranged regarding marriage, divorce, divorce, and reconciliation. By using family counseling the mediation success rate can show more optimal results, many couples choose to reconcile.
PENERAPAN ASAS EQUALITY BEFORE THE LAW DAN PRINSIP EQUAL EMPLOYMENT OPPORTUNITY DALAM PERSYARATAN PENGANGKATAN DIREKTUR RUMAH SAKIT DIHUBUNGKAN DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 44 TAHUN 2009 TENTANG RUMAH SAKIT Satrias Apgar; Efa Laela Fakhriah; Zainal Muttaqin
Jurnal Poros Hukum Padjadjaran Vol. 3 No. 2 (2022): JURNAL POROS HUKUM PADJADJARAN
Publisher : Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23920/jphp.v3i2.882

Abstract

ABSTRAKKetegasan aturan etimologi “tenaga medis” sebagai pemimpin rumah sakit kemungkinan tidak sejalan dengan Pasal 27 UUD 1945 karena memberikan batasan ruang untuk setiap individu berkompetisi menduduki jabatan direktur rumah sakit dan memutuskan harapan profesi lain yang secara kepemimpinan dan manajerial mampu memimpin rumah sakit atau secara garis besarnya telah terjadi diskriminasi. Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan, penulis mengidentifikasikan masalah mengenai bagaimana kedudukan tenaga kesehatan dan tedaga medis di rumah sakit atas keberadaan prinsip equal employment opportunity serta bagaimana penerapan asas equality before the law dan prinsip equal employment opportunity dalam persyaratan pengangkatan direktur rumah sakit dihubungkan dengan undang-undang nomor 44 tahun 2009 tentang rumah sakit. Metode penelitian yang dilakukan adalah spesifikasi penelitian menggunakan deskriptif analitis. Metode pendekatan menggunakan yuridis normatif. Teknik pengumpulan data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah studi dokumen. Metode analisis data adalah normatif kualitatif. Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian yang dilakukan adalah kedudukan tenaga kesehatan dan tenaga medis di rumah sakit atas keberadaan prinsip equal employment opportunity adalah sama-sama memiliki hak dan kewajiban. Namun, ketentuan Pasal 49 ayat (3) Permenkes 30 dan Pasal 10 Permenkes 971 adalah kata “tenaga medis”. Tenaga medis menurut Pasal 11 ayat (2) UU Tenaga Kesehatan adalah terdiri atas dokter, dokter gigi, dokter spesialis, dan dokter gigi spesialis. Hal itu menafsirkan selain tenaga medis tidak diperbolehkan menurut hukum untuk menjadi direktur rumah sakit. Hal tersebut menunjukan bahwa aturan tersebut tidak menunjukan dasar filosofis. Penerapan asas equality before the law dan prinsip equal employment opportunity dalam persyaratan pengangkatan direktur rumah sakit dihubungkan dengan undang-undang nomor 44 tahun 2009 tentang rumah sakit pada dasarnya dengan keberadaan Pasal 34 ayat (1) Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit jo Pasal 10 Permenkes 971 adalah dokter lah yang menjadi direktur dan berdasarkan pandangan yuridis pula, maka tenaga kesehatan tidak memiliki peluang atau kesempatan untuk menjadi direktur rumah sakit. Hal tersebut berkorelasi bahwa secara terang Asas Equality Before The Law dan Equal Employment Opportunity tidak dapat dilaksanakan dalam pengangkatan direktur rumah sakitKata kunci: tenaga medis; direktur; rumah sakit.ABSTRACTThe firmness of the etymological rules for "medical personnel" as hospital leaders may not be in line with Article 27 of the 1945 Constitution because it provides a space limit for each individual to compete for the position of hospital director and decides the expectations of other professions that are leadership and managerially capable of leading a hospital or in general. discrimination has occurred. Based on the problems that have been raised, the authors identify problems regarding how the position of health workers and medical staff in hospitals on the existence of the principle of equal employment opportunity and how the application of the principle of equality before the law and the principle of equal employment opportunity in the requirements for the appointment of hospital directors linked to law number 44 of 2009 concerning hospitals. The research method used is the research specification using analytical descriptive. The approach method uses normative juridical. The data collection technique that will be used in this research is document study. The data analysis method is normative qualitative. The conclusion obtained from the research conducted is that the position of health workers and medical personnel in hospitals on the existence of the principle of equal employment opportunity is that they both have rights and obligations. However, the provisions of Article 49 paragraph (3) of Permenkes 30 and Article 10 of Permenkes 971 are the word "medical personnel". Medical personnel according to Article 11 paragraph (2) of the Health Manpower Law are composed of doctors, dentists, specialist doctors, and specialist dentists. It interprets that other than medical personnel are not allowed by law to become hospital directors, it shows that these rules do not show a philosophical basis. The application of the principle of equality before the law and the principle of equal employment opportunity in the requirements for the appointment of hospital directors linked to law number 44 of 2009 concerning hospitalsbasically with the existence of Article 34 paragraph (1) of Law Number 44 of 2009 Regarding Hospitals in conjunction with Article 10 of the Minister of Health Regulation 971, doctors are the directors and based on a juridical view, health workers do not have the opportunity or opportunity to become hospital directors. This correlates clearly that the principle of Equality Before The Law and Equal Employment Opportunity cannot be implemented in the appointment of hospital directors.Keywords: medical personnel; director; hospital.