Abortus ditandai dengan perdarahan pada kehamilan trimester pertama. Perhatian dan penanganan yang serius dan berkesinambungan perlu dilakukan sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas kesehatan reproduksi wanita Indonesia yang pada akhirnya dapat berkontribusi untuk menurunkan angka kematian ibu di Indonesia. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui adanya hubungan antara umur, paritas, riwayat abortus sebelumnya dan penyakit penyerta dengan kejadian abortus. Metode penelitian yang digunakan yaitu cross sectional, tempat penelitian di RSPAD Gatot Soebroto tahun 2021-2022. Sampel penelitian sebanyak 58 orang. Data dikumpulkan melalui rekam medis, kemudian dilakukan analisa univariat dan bivariat dengan uji chi square p value 0,05. Hasil penelitian diperoleh kasus abortus imminens sebanyak 28 orang (48,3%), dan kasus abortus inkomplit dialami oleh 30 orang (51,7%). Berdasarkan umur terdapat 38 orang (65,5%) berumur kurang dari 35 tahun dan 20 orang (34,5%) berumur lebih dari 36 tahun. Dari riwayat kehamilan terdapat 17 orang (29,3%) primigravida, 27orang (46,6%) multigravida dan 14 orang (24,1%) grandemultigravida. Berdasarkan riwayat abortus sebelumnya mayoritas (75,9%) tidak pernah mengalami abortus. Bila dilihat dari penyakit penyerta ada 52 orang (89,7%) tidak mempunyai penyakit penyerta, dan masing-masing 1 orang (1,7%) mempunyai riwayat Hepatitis B, HIV, Covid-19, anhidramnion, CKD dan BSC 2x. Tidak ada hubungan antara umur, paritas, riwayat abortus sebelumnya, dan penyakit penyerta dengan kejadian abortus (p value 0,932, 0,048, 0,165, 0, 228. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut sebagai upaya edukasi persiapan kehamilan sehat dan pencegahan abortus pada kehamilan selanjutnya.