Basir Nappu
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Selatan Jln. Perintis Kemerdekaan Km. 17,5 Makassar Telp. (0411) 556449, Faks (0411) 554522

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

ANALISIS PENGELOLAAN AIR DALAM USAHATANI PADI PADA LAHAN SAWAH IRIGASI DI SULAWESI SELATAN Taufik, Muh.; , Arafah; Nappu, Basir; Djufry, Fadjry
Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian Vol 17, No 1 (2014): Maret 2014
Publisher : Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

The Water Management Analysis of Rice Farming on Irrigated Land in South Sulawesi. Efficient use of water is an important aspect to increase production and economic value of rice farming in integrated land. A study was conducted at irrigated land in the Mario village, Tanasitolo District of Wajo Regency from March to December 2012. The study used a Randomized Block Design (RBD) involving three farmer cooperators as replications. Every farmers applied water management treatments that were: (1) AWD (Alternate Wetting and Drying) wet or dry irrigation, (2) intermittent irrigation, and (3) continues irrigation (flooded). Seedlings were planted on 17 days using 2 : 1 of “legowo” cropping systems. Fertilizer application was based on soil analysis using PUTS (Phonska 200 kg + 130 kg Urea/ha). Pest and disease controlling with IPM method was also applied in this study. The results showed that the water management methods AWD produced higher growth, yield and profits than other methods. The rice productivity level was achieved by the method of AWD that was 8.3 t/ha, while intermittent and continuous irrigation methods reached only 7.8 t/ha and 7.6 t/ha, respectively. Profits earned in rice farming with AWD method was Rp16.1 million that was higher than others, which was Rp14.1 million and Rp13.4 million, respectively. The R/C of three methods of water management was more than two, meaning that all water management methods applied was feasible to be applied.Key words : Water management, rice farming,  irrigated field  Efisiensi penggunaan air merupakan aspek penting terkait dengan peningkatan produksi dan nilai ekonomi  usahatani padi di lahan sawah irigasi. Pengkajian dilaksanakan di lahan sawah irigasi Desa Mario, Kec. Tanasitolo, Kab. Wajo Sulawesi Selatan  pada bulan Maret- Desember 2012. Kajian menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK)  dengan melibatkan 3 orang petani  kooperator  sebagai ulangan. Setiap petani menerapkan perlakuan pengelolaan air: (1) AWD (Alternate Wetting and Drying) atau pengairan basah kering, (2) intermitten atau pengairan berselang, dan (3) pengairan terus menerus (tergenang). Bibit ditanam umur 17 hari dengan sistem tanam legowo 2:1, pemupukan didasarkan pada analisis tanah dengan Perangkat Uji Tanah Sawah (PUTS) 200 kg phonska + 130 kg Urea/ha. Pengendalian hama/penyakit dilakukan dengan metode Pengendalian Hama Terpadu (PHT). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengelolaan air dengan metode AWD menghasilkan pertumbuhan, produksi dan keuntungan yang lebih tinggi dibandingkan dengan pemberian air secara intermitten dan terus menerus (tergenang). Tingkat produktivitas padi yang dicapai dengan  metode AWD adalah  8,3 t/ha, sedangkan pengairan intermitten dan terus menerus  menghasilkan masing-masing 7,8 t/ha dan 7,6 t/ha. Keuntungan yang diperoleh dalam usahatani padi  dengan metode AWD mencapai Rp16,1 juta/ha, sedang pengelolaan air dengan metode intermitten dan pengairan tergenang masing-masing menghasilkan Rp14,1/ha juta dan Rp13,4 juta/ha. R/C  ketiga metode pengelolaan air masing-masing > 2,0 yang  berarti metode tersebut layak diterapkan.   Kata kunci : Pengelolaan air, usahatani padi, sawah irigasi      
ANALISIS KEBIJAKAN STRATEGIS DALAM MENDUKUNG SISTEM USAHATANI BERKELANJUTAN DI LAHAN PASANG SURUT SEBAKUNG KALIMANTAN TIMUR Nappu, Basir; Widowati, RR.; , Emilya; K.S. Swastika, Dewa
Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian Vol 6, No 1 (2003): Januari 2003
Publisher : Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Despite some existing problems, swampy areas in East Kalimantan are potential agricultural land. Oneof the problems is conflicting interest between the food crops farmers in the upstream and the brackish water fishgrowers in the downstream. The fish growers suspect that the water flows from upstream is contaminated withpesticides and sulfidic acid and it will be toxic to their ponds. Thus, they closed the primary canal flowing intothe ponds in the downstream. The results are destructive to both parties, namely flooding in the food crops fieldsin the upstream during the wet season and excessive inflow of salty water from the sea into the fish ponds in thedownstream. This assessment is aimed at investigating whether the food crops farming has negative impacts onthe brackish water fish growing. The results showed that closing of the drainage canal (Primer II) did not affectthe water acidity in the downstream. The negative impacts of the closing were bad drainage of the food cropsfields in the upstream and high salinity of the downstream fish ponds. Technically, if the Primer II canal wasopened it would function normally as a drainage canal and the supply of fresh water to the ponds. However,opening of the Primer II canal would raise protest of the fish growers because they kept assuming that water flowfrom the canal would be risky to the fish in the pond. The best option to take is widening and deepening bothbuilt alternative canals.Key words: policy analysis, sustainable agriculture, swampy areaMeskipun mempunyai banyak permasalahan, lahan pasang surut di Kalimantan Timur dapat dipandangsebagai sumberdaya pertanian yang potensial. Salah satu permasalahan yang memerlukan pemecahan segeraadalah konflik kepentingan antara petani tanaman pangan dengan petani tambak. Petani tambak menduga bahwalimpahan air dari usahatani pangan membawa racun pestisida dan pirit sehingga air bereaksi masam dan akanmeracuni ikan dalam tambak. Dugaan ini menyebabkan petani tambak menutup saluran primer (sungaiMaruwat) yang menuju ke areal tambak. Akibatnya, pada musim hujan terjadi banjir pada areal tanaman pangan,dan pada musim kemarau terjadi pemasukan air laut yang berlebihan di lahan tambak. Kondisi ini merugikankedua belah pihak, baik petani pangan maupun petani tambak. Pengkajian ini dilakukan untuk mengidentifikasiapakah benar usahatani tanaman pangan mempunyai dampak yang negatif terhadap budidaya ikan tambak. Hasilkajian menunjukkan bahwa penutupan saluran Primer-II tidak berpengaruh terhadap kemasaman air di bagianhilir. Dampak negatif dari penutupan saluran tersebut adalah buruknya sistem drainase pada lahan pangan dibagian hulu dan tingginya salinitas air tambak di bagian hilir. Secara teknis, saluran Primer-II akan berfungsisecara normal sebagai saluran drainase dan pemasok air tawar untuk tambak, apabila saluran tersebut dibukakembali. Namun langkah ini dapat menimbulkan gejolak di kalangan petani tambak, karena mereka masihberpendapat bahwa aliran air dari saluran Primer-II membahayakan ikan di tambak. Oleh karena itu, langkahyang paling strategis adalah memperlebar dan memperdalam dua saluran alternatif yang sudah dibangun.Kata kunci : analisis kebijakan, usahatani berkelanjutan, lahan pasang surut