Claim Missing Document
Check
Articles

Found 27 Documents
Search

ANALISIS KEJADIAN BENCANA TANAH LONGSOR TANGGAL 12 DESEMBER 2014 DI DUSUN JEMBLUNG, DESA SAMPANG, KECAMATAN KARANGKOBAR, KABUPATEN BANJARNEGARA, PROVINSI JAWA TENGAH Naryanto, Heru Sri
Jurnal Alami : Jurnal Teknologi Reduksi Risiko Bencana Vol 1, No 1 (2017): Jurnal Alami
Publisher : Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1607.161 KB) | DOI: 10.29122/alami.v1i1.122

Abstract

AbstrakKejadian bencana tanah longsor semakin sering terjadi di Indonesia, termasuk di Kabupaten Banjarnegara. Bencana tanah longsor kembali menimpa warga Dusun Jemblung, Desa Sampang, Kecamatan Karangkobar, Kabupaten Banjarnegara, Provinsi Jawa Tengah pada hari Jumat, 12 Desember 2014 jam 17.30 WIB. Tipologi tanah longsor yang terjadi adalah tipe rotasi, yang kemudian ke arah bawah berkembang menjadi aliran debris akibat material longsoran yang bercampur dengan massa air yang sangat jenuh. Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya tanah longsor di Banjarnegara 12 Desember 2014 antara lain adalah: geomorfologi terbentuk oleh perbukitan di sedang sampai terjal, batuan penutup berupa soil berasal dari pelapukan batuan breksi vulkanik, terbentuknya rekahan batuan di bagian atas mahkota longsor, curah hujan yang sangat ekstrim, terbentuk mataair pada bagian atas dan tengah bukit, tataguna lahan yang sudah banyak berubah dan aktivitas manusia yang sudah menjarah daerah kritis. Banyak faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya tanah longsor, tetapi dari hasil analisis ada tiga faktor utama penyebab terjadinya tanah longsor yaitu: terjadinya hujan ekstrim (lebat) selama tiga hari berturut-turut sebelum terjadi longsor, topografi pembentuk tanah longsor sangat terjal, tanah (soil) hasil pelapukan batuan sangat tebal dan bersifat menyerap air sehingga mudah jenuh. Berkaitan dengan hal tersebut sangat dibutuhkan berbagai kegiatan pengurangan risiko bencana (PRB) untuk meminimalisasi jumlah korban baik jiwa maupun harta. Kata kunci: Tanah Longsor, Banjarnegara, Topografi Terjal, Soil Tebal, Curah Hujan Ekstrim, Pengurangan Risiko Bencana
POTENSI GEMPA DAN TSUNAMI DI KABUPATEN BANGGAI LAUT, PROVINSI SULAWESI TENGAH Naryanto, Heru Sri
Jurnal Sains dan Teknologi Mitigasi Bencana Vol 12, No 2 (2017): Jurnal Sains dan Teknologi Mitigasi Bencana
Publisher : Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (711.858 KB) | DOI: 10.29122/jstmb.v12i2.1907

Abstract

ABSTRAK : Kabupaten Banggai Laut, Sulawesi Tengah merupakan bagian dari kerangka sistem tektonik Indonesia. Daerah ini terletak pada pertemuan tiga lempeng tektonik utama dunia, yaitu Lempeng Indo-Australia, Lempeng Eurasia dan Lempeng Pasifik, sehingga mengakibatkan tingkat aktivitas kegempaan dan tsunami yang tinggi. Kabupaten Banggai Laut yang terbentuk kepulauan, hampir di semua pantai yang mengelilinginya berpotensi untuk terjadi bencana tsunami. Pantai yang relatif datar banyak dimanfaatkan oleh penduduk untuk permukiman, perkantoran, fasilitas umum/khusus dan segala infrastruktur lainnya, mempunyai potensi tsunami yang tinggi dengan persebaran yang luas. Dengan mempertimbangkan klasifikasi besar intensitas gempabumi (skala MMI) dan klasifikasi besaran goncangan, serta rentang nilai PGA dari USGS, maka Kabupaten Banggai Laut dibagi menjadi 2 klas, yaitu klas zona bahaya gempabumi sedang dengan nilai PGA 0,2 - 0,3 g, klas zona bahaya gempabumi tinggi dengan PGA 0,3-0,4 g. Data dan informasi peta  potensi bahaya gempabumi dan tsunami Kabupaten Banggai Laut sangat diperlukan oleh BPBD Kabupaten Banggai Laut. Peta tersebut menjadi acuan dalam proses pembangunan di Kabupaten Banggai Laut, untuk pengurangan risiko bencana gempabumi dan tsunami yang mungkin terjadi baik jiwa maupun harta. Dengan dibuatnya peta bahaya gempa dan tsunami tersebut, diharapkan penanggulangan bencana dapat dilaksanakan dengan lebih terarah, terpadu, menyeluruh, efisien serta terkoordinasi. Keywords : Banggai Laut, earthquake and tsunami hazard, disaster risk reduction 
MITIGASI KAWASAN PANTAI SELATAN ROTA BANDAR LAMPUNG, PROPINSI LAMPUNG TERHADAP BENCANA TSUNAMI Naryanto, Heru Sri
Jurnal ALAMI: Jurnal Air, Lahan, Lingkungan, dan Mitigasi Bencana Vol 8, No 2 (2003)
Publisher : Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kota Bandar Lampung mempunyai potensi yang sangat besar terhadap bencana tsunami yang bersumber dari perairan kawasan Selat Sunda, baik itu berasal dari gempa, longsor bawah laut, maupun letusan Gun. ung Anak Krakatau. Pengalaman letusan dahsyat dari Gunung Anak Krakatau yang terjadi pada tanggal 27 Agustus 1883 yang diikuti oleh tsunami telah menghancurkan kawasan Selat Sunda, termasuk pantai Kota Bandar Lampung bagian selatan. Untuk mengamankan penduduk dan hasil-hasil pembangunan yang sudah dimiliki, kawasan pantai selatan Bandar Lampung harus dilakukan mitigasi terhadap kemungkinan bencana tsunami. Untuk mengurangi kerusakan yang diakibatkan oleh tsunami tersebut, upaya mitigasi bisa dilakukan secara struktural maupun non-struktural. Saat ini telah banyak infrastruktur yang berada di kawasan pantai selatan Bandar Lampung, baik itu kawasan industri, perdagangan, perhotelan, kepariwisataan dan terutama adalah pemukiman penduduk. Untuk menghindari dampak bencana tersebut, sebaiknya Pemda, masyarakat institusi terkait segera melakvkan upaya mitigasi, kesiapsiagaan, sistem peringatan dini, serta membuat evaluasi master plan yang telah ada dengan pertimbangan bencana tsunami dalam pengamanan harta, jiwa dan lingkungan di kawasan pantai untuk pembangunan berkelanjutan.
KAJIAN BAHAYA KEBAKARAN HUTAN DI KABUPATEN NGANJUK Naryanto, Heru Sri; Wisyanto, Wisyanto
Jurnal Alami : Jurnal Teknologi Reduksi Risiko Bencana Vol 4, No 1 (2020): Jurnal Alami
Publisher : Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (850.194 KB) | DOI: 10.29122/alami.v4i1.4039

Abstract

ABSTRACTThe Nganjuk District is mostly planted by forests, both protection forests and production forests with a total area of 20 333.00 ha. Forest and land fires often occur in Nganjuk District, which causes economic and environmental losses. Forest and land fires often cause haze disasters that can disrupt the activities and health of surrounding communities. The forest and land fire hazard map is needed. Making a forest and land fire hazard map of Nganjuk District is carried out with consideration of various parameters, namely: rainfall, land use, altitude, and type of forest. The analysis was carried out using spatial analysis with a scoring system of influential parameters, and from the results of the analysis 3 (three) classifications of fire hazard-prone areas were determined, namely: high hazard, moderate hazard, and low hazard. The five (5) biggest sub-districts included in the forest and high land fire hazard zones in Nganjuk District are the sub-districts: Rejoso, Lengkong, Ngluyu, Gondang, and Jatikalen. Zoning maps of forest and land fire hazards in Nganjuk District are urgently needed in the framework of mitigation, adaptation and disaster management of forest and land fires, as well as sustainable development planning in Nganjuk District. Keywords: Nganjuk, forest and land fires, hazard zone map, mitigation. ABSTRAKKawasan Kabupaten Nganjuk hutan banyak ditumbuhi oleh hutan, baik hutan lindung maupun hutan produksi dengan luas total 20 333.00  ha. Kebakaran hutan dan lahan sering terjadi di Kabupaten Nganjuk, yang menyebabkan kerugian ekonomi dan lingkungan. Kebakaran hutan dan lahan seringkali menyebabkan bencana asap yang dapat mengganggu aktivitas dan kesehatan masyarakat sekitar. Peta zonasi bahaya kebakaran hutan dan lahan sangat diperlukan. Pembuatan peta bahaya kebakaran hutan dan lahan Kabupaten Nganjuk dilakukan dengan pertimbangan berbagai parameter, yaitu: curah hujan, tataguna lahan, ketinggian tempat, dan jenis hutan. Analisis dilakukan dengan menggunakan analisis spasial dengan sistem skoring dari parameter yang berpengaruh, dan dari hasil analisis akan ditetapkan 3 (tiga) klasifikasi daerah rawan bahaya kebakaran yaitu: bahaya tinggi, bahaya sedang, dan bahaya rendah. Lima (5) kecamatan terbesar yang termasuk zona bahaya kebakaran hutan dan lahan tinggi di Kabupaten Nganjuk adalah kecamatan-kecamatan: Rejoso, Lengkong, Ngluyu, Gondang, dan Jatikalen. Peta zonasi bahaya kebakaran hutan dan lahan di Kabupaten Nganjuk sangat diperlukan dalam rangka mitigasi, adaptasi dan penanggulangan bencana kebakaran hutan dan lahan, serta perencanaan pembangunan berkelanjutan di Kabupaten Nganjuk. Kata kunci: Nganjuk, kebakaran hutan dan lahan, peta zonasi bahaya, mitigasi.
Identifikasi Potensi Air Tanah untuk Kebutuhan Penyediaan Air Bersih dengan Metode Geolistrik: Studi Kasus di Kawasan Geostech, Puspiptek Serpong Naryanto, Heru Sri; Khaerani, Puspa; Trisnafiah, Syakira; Shomim, Achmad Fakhrus; Wisyanto, Wisyanto; Tejakusuma, Iwan Gunawan
Jurnal Teknologi Lingkungan Vol. 21 No. 2 (2020)
Publisher : Center for Environmental Technology - Agency for Assessment and Application of Technology

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (592.114 KB) | DOI: 10.29122/jtl.v21i2.3577

Abstract

ABSTRACTGeostech Building, as an office and laboratory facility, requires a source of clean water from groundwater related to the limited supply of clean water from the PDAM. Due to the needs of freshwater from groundwater origin, data and information are needed regarding the potential groundwater in the area, including aquifer configuration, depth, and groundwater potential. The presence of groundwater is not distributed through every area, and it's related to the geological and geohydrological conditions. One of the geophysical methods that can describe subsurface is 2D geoelectric methods. This method can distinguish and analyze rock types, geological structures, groundwater aquifers, and other important information based on the characteristics of the electricity of rocks by looking at the value of the type of resistance. In this measurement, the Wenner Alpha configuration has been used, where the arrangement of A-B current electrodes and M-N potential electrodes have constant spacing. From the measurement results, it can be interpreted that there is a low resistivity layer containing porous groundwater as an aquifer. Based on regional geological data, it has been estimated that this layer is in the form of sandy tuff (0-1.5 ohm-m). The exploitation of groundwater with drilling is expected to reach the aquifer's upper layer at depth, starting from 11.5-13 meters. The groundwater aquifer thickness cannot be ascertained because of the penetration of the lower depth of 2D geoelectric measurements truncated by the constraint of a maximum stretch of cable. The upper layer of the aquifer contains a turned layer of fine tufa and medium tuff, which is impermeable, coarse tuff, and mixed soil with varying thickness at the upper layer.Keywords: 2D geoelectric, aquifer, potential groundwater, Geostech  ABSTRAKGedung Geostech sebagai sarana perkantoran dan laboratorium memerlukan sumber air bersih dari air tanah terkait dengan terbatasnya suplai air bersih dari PDAM. Kebutuhan air bersih berasal dari air tanah, maka diperlukan data dan informasi mengenai kondisi potensi air tanah di kawasan tersebut termasuk konfigurasi akuifer, kedalaman, dan potensi air tanahnya. Keberadaan air tanah tidaklah merata untuk setiap tempat dan sangat terkait dengan kondisi geologi dan geohidrologinya. Salah satu metode geofisika yang dapat memberikan gambaran kondisi bawah permukaan adalah dengan metode geolistrik 2D. Metode ini dapat membedakan dan menganalisis jenis batuan, struktur geologi, akuifer air tanah, dan informasi penting lainnya berdasarkan sifat kelistrikan batuan dengan melihat nilai tahanan jenisnya. Dalam pengukuran ini digunakan konfigurasi Wenner Alpha, dimana susunan elektroda arus A dan B dan elektroda potensial M dan N mempunyai spasi yang konstan. Dari hasil pengukuran dapat diinterpretasikan adanya lapisan dengan resistivitas rendah yang mengandung air tanah dan bersifat porous sebagai akuifer. Berdasarkan data geologi regional diperkirakan lapisan ini berupa tuf pasiran (0-1,5 ohm-m). Pengambilan air tanah dengan pemboran diperkirakan akan mengenai batas atas lapisan akuifer pada kedalaman 11,5-13 meter. Ketebalan akuifer air tanah tidak bisa dihitung karena penetrasi kedalaman pengukuran geolistrik 2D terbatasi oleh bentangan elektroda di permukaan. Lapisan di atas akuifer merupakan lapisan selang-seling tuf halus dan tuf sedang yang kedap air, tuf kasar, dan pada bagian paling atas merupakan tanah urugan dengan ketebalan bervariasi.Kata kunci: Geolistrik 2D, akuifer, potensi air tanah, Geostech  
POTENSI AIR TANAH DI DAERAH CIKARANG DAN SEKITARNYA, KABUPATEN BEKASI BERDASARKAN ANALISIS PENGUKURAN GEOLISTRIK Naryanto, Heru Sri
Jurnal Air Indonesia Vol. 4 No. 1 (2008): Jurnal Air Indonesia
Publisher : Center for Environmental Technology

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29122/jai.v4i1.2393

Abstract

Groundwater is one of the most important for human activities. The effects of land use and population changes in Bekasi area cause the degradation of groundwater quantity and quality. The aquifers potential in Cikarang and its surrounding as a study area are studied using geoelectric method. Geoelectric analysis can be measured the geometry of subsurface aquifer (thickness, depth, distribution, and structural geology). The aquifers in the study area are included of Bekasi Groundwater Basin System. The aquifers contain confined aquifer and unconfined aquifer. The thickness of unconfined aquifers less than 30 m, as lenses and bottom depth less than 40 m below of land surface. The thickness of confined aquifers is variation with maximum 80 m and the bottom depth 20-160 m below of land surface. The degradation of groundwater in Cikarang and its surrounding needs better groundwater management for sustainable development.          Katakunci : potensi airtanah, akuifer, geolistrik, Cikarang
ANALISIS POTENSI AIR TANAH BERDASARKAN PENGUKURAN GEOLISTRIK 2D DI DAERAH KAPUAS, PROVINSI KALIMANTAN TENGAH Naryanto, Heru Sri; nurhidayat, nurhidayat
Jurnal Air Indonesia Vol. 7 No. 1 (2014): Jurnal Air Indonesia
Publisher : Center for Environmental Technology

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29122/jai.v7i1.2401

Abstract

Groundwater is water that occurs naturally in the subsurface, and is contained in the aquifer. Groundwater is the water source of the most widely used by the public for purposes of clean water. To determine the condition of the aquifer configuration one of the methods that can be used is the 2D electrical resistivity. Exploration drilling is one effective way to determine directly the presence of groundwater, but to determine the location of the drilling necessary geophysical approach to describe subsurface conditions prior to drilling. 2D electrical resistivity method is a geophysical method that utilizes dynamic electrical properties of the media path. 2D electrical resistivity measurements have been carried out in Kapuas, Central Kalimantan using Wenner configuration, the distance between the electrodes 10 meters, penetration depth reaches 80 meters, and and measuring some 21 track. Water potential zones were identified based on having resistivity range 15-25 ohm.m, contained in the sandstone layer, which is covered in a layer of impermeable mudstone layers. Location that has a high potential for groundwater recommended drilling done on the track P-07 and P-13, with an estimated depth of the aquifer between 25 meters and 30 meters. The highest groundwater potential lies between the drilling data PH-23 and PH-24, with the resistivity at that point reaches 300 ohm.m. Keywords : Groundwater, aquifer, sandstone, 2D electrical resistivity, resistivity, Kapuas