Dedi Irwanto
Program Studi Pendidikan Sejarah FKIP Universitas Sriwijaya Jalan Palembang-Prabumulih Km 32, Indralaya, Ogan Ilir

Published : 10 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search
Journal : Mozaik Humaniora

Historiografi dan Identitas Ulu di Sumatera Selatan Dedi Irwanto
MOZAIK HUMANIORA Vol. 18 No. 2 (2018): MOZAIK HUMANIORA VOL. 18 NO. 2
Publisher : Universitas Airlangga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (713.155 KB) | DOI: 10.20473/mozaik.v18i2.10930

Abstract

; "> Kajian ini suatu usaha untuk merekonsepsikan makna ulu sebagai sebuah identitas masyarakat di pedalamanSumatera Selatan dengan menelaah kembali pada sumber-sumber tulisan tentangnya pada masa lampau.Diyakini bahwa studi tentang identitas lokal merupakan suatu refleksi kecil dari sebuah identitas nasional.Dalam realitas kehidupan sehari-hari, terutama di masa lampau, identitas ulu ini dianggap setara, bahkan tidakjarang diposisikan dibawah identitas ilir. Studi historiografi ini dilakukan dengan menganalisis kembalisumber-sumber kolonial dan juga lokal yang mengkaji tentang dunia ulu tersebut. Berdasarkan hal tersebutakan dilihat konsep-konsep apa yang ada dalam perspektif agama, politik, ekonomi dan budaya tentang uludari tulisan-tulisan tersebut. Perspektif apa yang mendominasi dan menjadi penguat dalam konsep ulutersebut. Mengapa tulisan-tulisan yang ada dapat menjadi sebuah penanda dari identitas ulu tersebut, sehinggaterlihat konsep ulu seperti apa, baik dalam kepala dan pikiran penulis asing dan juga penulis lokal. Sejarahnasional terkait erat dengan legitimasi negara dan identitas nasional, demikian sejarah lokal akan terkaitdengan legitimasi dan identitas sebuah kelokalan yang ada, maka dengan merekonsepsikan kembali konsepulu, akan dapat dilacak identitas ulu tersebut seperti apa. Beberapa fakta tulisan asing dan lokal sendirimenunjukkan bahwa ada usaha penyetaraan terhadap other identitas yang menjadi dikotominya, Ilir. Namun,ternyata ada juga narasi yang justru menjadi “pelemah” dari usaha penyetaraan tersebut, sehingga identitasyang terlihat konsep ulu dalam jangka waktu yang lama selalu dibawah hegemoni konsep ilir.
Simbol Kejayaan Ibukota Sriwijaya dalam Tiga Prasasti Sriwijaya di Palembang Dedi Irwanto Muhammad Santun Dedi Irwanto
MOZAIK HUMANIORA Vol. 13 No. 2 (2013)
Publisher : Universitas Airlangga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (787.821 KB) | DOI: 10.20473/mozaik.v13i2.3840

Abstract

AbstrakSriwijaya adalah salah satu kerajaan “tertua” di Nusantara serta salah satu kerajaan terbesar yang pernah hadir secara politis di tanah air. Namun, sebetulnya Kerajaan Sriwijaya justru kerajaan“termuda” di Nusantara secara penemuannya, karena nama Kerajaan Sriwijaya baru “tergali” dan muncul ke permukaan di sekitar awal abad ke-20 setelah ditemukannya beberapa prasasti. Tulisan ini mencoba memaknai secara semiotis prasasti-prasasti tinggalan Sriwijaya yang ada di Kota Fo-shih, Musi, Wijaya, Palembang. Penelitian sebelumnya mengenai prasasti Kedukan Bukit, Telaga Batu, dan Talang Tuwo belum banyak membahas tentang makna di balik bentuk fisik prasasti-prasasti tersebut. Dengan menggunakan metode semiotika, penelitian ini berusaha mengungkapkan makna berbagai bentuk prasasti yang selama ini sangat bernilai dalam menguak kota Palembang di masa Kerajaan Sriwijaya. Hasil analisis semiotis pada bentuk prasasti Kedukan Bukit mengungkapkan ibukota Sriwijaya sebagai Kota Dagang, Kota Agama dan Kota Pelajar yang dikunjungi banyak orang. Bentuk prasasti Telaga Batu menandakan simbol Kota Pemerintahan yang bersih, serta bentuk prasasti Talang Tuwo menandakan simbol Kota Wisata yang makmur dan beruntung. Dengan segala pujian seperti ini, dapat dikatakan bahwa Kota Fo-shih sebagai ibukota Sriwijaya adalah kota metropolis pada masanya.Kata kunci: ibukota, prasasti, semiotika, Sriwijaya