Claim Missing Document
Check
Articles

Found 8 Documents
Search

Fishery Industry Development in Morotai Island Regency: A Scientific Concept for Integrated Economics Model Achmad Zamroni; Siti Hajar Suryawati; Andrian Ramadhan; Sonny Koeshendrajana
Jurnal Perikanan dan Kelautan Vol 9, No 1 (2019)
Publisher : JURNAL PERIKANAN DAN KELAUTAN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33512/jpk.v9i1.7071

Abstract

The development of the fisheries industry in Morotai Island District faces major challenges in investment climate recently. Those investment is influenced by fisheries resources, infrastructure, markets and institutions. This paper aims to describe the fishery industry in Morotai Island District, analyze the concept of the fishery industry model, and formulate a strategy for economic integration. Primary data was taken using a structured questionnaire through interviews with respondents and focused group discussions (FGD). The primary information is supplemented by secondary data obtained from district statistical data, research reports, and related scientific publications. Data were analyzed using four methods, namely: descriptive analysis; Analysis of Strengthen, Weakness, Opportunity and Threat (SWOT); Quantitative Strategic Planning Matrix (QSPM) analysis; and MIC-MAC analysis. The results from the analysis show the integrated marine and fisheries center (SKPT) policy implementation has had a positive effect on the fisheries industry development in Morotai Island. There are four main influence aspects: (1) marine and fisheries resources (SDKP) management; (2) economic and business development; (3) community development; and (4) regulatory and synergies. The strategy of economic integration is focused on the implementation of the fisheries industry model as the production and export base for fresh tuna. 
INDEKS SOSIAL EKONOMI RUMAH TANGGA NELAYAN INDONESIA Andrian Ramadhan; Christina Yuliati; Sonny Koeshendrajana
Jurnal Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan Vol 12, No 2 (2017): DESEMBER 2017
Publisher : Balai Besar Riset Sosial Eonomi Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1123.677 KB) | DOI: 10.15578/jsekp.v12i2.6497

Abstract

Indeks Sosial Ekonomi merupakan indeks komposit yang menunjukkan kondisi sosial ekonomi  rumah tangga berdasarkan tiga aset modal yaitu modal finansial, modal sumberdaya manusia dan modal sosial. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui perbedaan kondisi sosial ekonomi nelayan berdasar kelas armada. Metode yang digunakan merupakan modifikasi dari kerangka sustainable livelihood dengan analisis dilakukan secara deskriptif. Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa nilai indeks yang terbesar terletak pada kelas armada 11-30 GT. Data ini menunjukkan bahwa nelayan pada kelas tersebut memiliki kondisi sosial ekonomi yang lebih baik. Namun demikian, semakin besar ukuran armada tidak selalu menunjukkan hubungan yang positif karena nilai indeks yang terkecil justru terjadi pada kelas armada 5-10 GT. Oleh karena itu pengembangan usaha nelayan berdasarkan kelas armada akan lebih baik bila dikembangkan pada dua kelas yaitu kurang dari 5 GT atau 11-30 GT.Ttile: Socio Economics Index of Fisher Household in IndonesiaThe socio-economic index is a composite index showing the socio-economic conditions of households based on three capital assets namely financial capital, human capital and social capital. The purpose of this research is to understand the difference of socio-economic condition of fisher based on fleet class. The method used is a modification of the sustainable livelihood framework with the analysis conducted descriptively. Based on the analysis results, it is known that the largest index value lies in the class of 11-30 GT fleet. These data indicate that fisher in those classes have better socioeconomic conditions. However, the larger the size of the fleet does not always show a positive relationship because the smallest index value actually occurs in the 5-10 GT fleet class. Therefore, the development of fishing business based on fleet class will be better if developed in two classes that is less than 5 GT or 11-30 GT.
IDENTIFIKASI JENIS DAN NILAI PEMANFAATAN SUMBERDAYA MANGROVE DI TELUK KUPANG, PROPINSI NUSA TENGGARA TIMUR Andrian Ramadhan; Sachivitra Savitri
Jurnal Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan Vol 2, No 2 (2007): DESEMBER (2007)
Publisher : Balai Besar Riset Sosial Eonomi Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (320.557 KB) | DOI: 10.15578/jsekp.v2i2.5866

Abstract

Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus tahun 2006. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi jenis dan nilai pemanfaatan sumberdaya mangrove di Teluk Kupang, Nusa Tenggara Timur. Pendekatan yang digunakan adalah penelitian survei. Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif dan kuantitatif. Hasil yang didapat bahwa jenis pemanfaatan sumberdaya mangrove terdiri dari penangkapan sumberdaya ikan, pemanfaatan sumberdaya kayu dan pemanfaatan lahan untuk kegiatan tambak bandeng dan garam. Total nilai pemanfaatan mangrove adalah sebesar Rp. 171.415.954./ha/tahun. Perikanan tangkap memberikan kontribusi terbesar yaitu mencapai 98 persen, sehingga dapat dikatakan bahwa sumberdaya mangrove merupakan sumber pendapatan terpenting bagi masyarakat yang tinggaldisekitarnya. Oleh karena itu kebijakan dalam pengelolaan sumberdaya pesisir, khususnya menyangkut perubahan pemanfaatan wilayah, perlu mempertimbangkan dampak sosial ekonomi yang akan terjadi terhadap masyarakat. Tittle: Identification of Utilization and Benefit Value of Mangrove at Kupang Bay, East Nusa Tenggara ProvinceResearch was conducted on August 2006. The aim of the research were to identify the utilization and benefit valueof mangrove at Kupang Bay, East Nusa Tenggara Province. Survey research approach was used in this research and data were analyzed descriptively and quantitatively. The result showed that mangrove were utilized for capture fisheries, wood sources and land exploitation for milk fish and salt production. Economic value of mangrove was Rp. 167.402.305/ha/year. Capture fisheries are the largest contribution, up to 98 percent. Mangrove is the most important income source for society in Kupang Bay who live in the vicinity. Therefore coastal management policy was required to be developed by considering the impact on socio economics of mangrove utilization on community at Kupang Bay, especially related to coastal utilizatin area change.
DAMPAK PERUBAHAN LINGKUNGAN TERHADAP PERKEMBANGAN AKTIVITAS EKONOMI DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT PESISIR DI KAWASAN SEGARA ANAKAN Andrian Ramadhan; Rani Hafsaridewi
Jurnal Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan Vol 7, No 1 (2012): Juni (2012)
Publisher : Balai Besar Riset Sosial Eonomi Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1180.819 KB) | DOI: 10.15578/jsekp.v7i1.5734

Abstract

Penelitian bertujuan mengetahui pengaruh perubahan lingkungan Segara Anakan terhadap kehidupan sosial ekonomi masyarakat pesisir telah dilakukan pada bulan Mei - Juni 2011. Data yang dikumpulkan pada masyarakat di Desa Ujung Alang dan Klaces, Kecamatan Kampung Laut, Kabupaten Cilacap Provinsi Jawa Tengah dianalisis menggunakan analisis kesejahteraan rumah tangga berdasarkan indeks rumah tangga miskin menurut Badan Pusat Statistik (BPS) dan analisis deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sepanjang periode tahun 1980 – 2011 terjadi pergeseran aktivitas perekonomian masyarakat pesisir dari pemanfaatan sumberdaya perairan ke pemanfaatan sumberdaya daratan(sektor pertanian) seiring dengan bertambahnya wilayah lahan timbul. Pendapatan rata-rata riil sebesar Rp 335.078/kapita/bulan lebih tinggi dibandingkan dengan garis kemiskinan untuk wilayah pedesaan di Propinsi Jawa Tengah (Rp. 179.982 /kapita/bulan) yang ditetapkan oleh BPS. Meskipun demikian, pada periode tersebut terjadi penurunan pendapatan sebesar 59%.Title: Impact of Environmental Changes to the Economic Activities and the Welfare of Coastal Communities in Segara AnakanThe study aims to determine the effect of environmental changes at Segara Anakan to the social and economic life of coastal communities have done in months May - June Data collected in the community in the village of Ujung Alang and Klaces, Sea Village District, the District Cilacap Central Java Province were analyzed using analysis of household welfare based index of poor households according to the Berau Statistic Central (BPS) and descriptive analysis. The results showed that during the period 1980 - 2011 there was a shift of economic activity from the coastal communities utilization of aquatic resources to the resource utilization of land (agricultural sector) along with increasing the area of land arise. The average real income of Rp 335,078/kapita/bulan higher than the poverty line for rural areas in Central Java (Rp 179,982 / capita/ month) set by the BPS. However, in the period revenue decline of 59%.
KARAKTERISTIK DAN NILAI EKONOMI SUMBERDAYA PERAIRAN KOMPLEK DANAU TEMPE, SULAWESI SELATAN Andrian Ramadhan; Riesti Triyanti; Sonny Koeshendrajana
Jurnal Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan Vol 3, No 1 (2008): JUNI (2008)
Publisher : Balai Besar Riset Sosial Eonomi Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (161.254 KB) | DOI: 10.15578/jsekp.v3i1.5845

Abstract

Sumberdaya perairan umum daratan merupakan sumberdaya yang memiliki karakteristik unik, baik menurut tipologi, dinamika hidro-bioekologi maupun pola pemanfaatannya. Salah satu tipe yang ada adalah sumberdaya perairan Komplek Danau Tempe. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik sumberdaya, jenis dan pola pemanfaatan serta nilai ekonomi sumberdaya di Komplek Danau Tempe. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli-Agustus 2007. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian survey. Analisis data dilakukan secara deskriptif dan kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Komplek Danau Tempe terbentuk pada saat musim hujan ketika air yang berasal dari sungai-sungai disekitarnya meluap dan menggenangi sebagian wilayah daratan. Kondisi tersebut mempengaruhi cara masyarakat dalam memanfaatkan sumberdaya di Komplek Danau Tempe. Nilai ekonomi total dari pemanfaatan sumberdaya yang diperhitungkan dari kegiatan penangkapan ikan, pertanian dan transportasi umum masyarakat adalah sebesar Rp.1.489.149.383.605 Besarnya nilai tersebut mencerminkan bahwa keberadaan sumberdaya perairan danau Tempe memiliki peranan penting secara ekonomi baik bagi masyarakat maupun pemerintah. Tittle: Characteristics and Economic Value of Water Resource of the Tempe Lake, South SulawesiInland water resources have unique characteristics, in terms of not only typological and hydrobioecological dynamic, but also utilisation pattern. One example of the resource is the Tempe lake. This research was aimed to explore resource characteristics, type and pattern of resource utilization, and its economic value. This research was conducted on July 2007. Method used in this research was a survey method. Data were analyzed descriptively and quantitatively. Result showed that Tempe Lake is being formed by rivers flew during rainy season. This, in favor affects utilization pattern of society who live surrounding the resources. Total economic value of resource utilization was Rp. 1.489 billion,  onsisting of fishing, agriculture and public transportation activities. This indicate that water resource of the Tempe Lake plays an important role economically for society and government.
POTENSI EKONOMI PARIWISATA KABUPATEN PULAU MOROTAI Cornelia Mirwantini Witomo; Andrian Ramadhan
Jurnal Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan Vol 13, No 1 (2018): JUNI 2018
Publisher : Balai Besar Riset Sosial Eonomi Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (739.416 KB) | DOI: 10.15578/jsekp.v13i1.6959

Abstract

ABSTRAKTujuan dari penelitian ini adalah untuk menghitung potensi ekonomi pariwisata Kabupaten Pulau Morotai. Kabupaten Pulau Morotai sebagai Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Pariwisata Bahari menjadikan pariwisata sebagai salah satu sumber pemasukan daerah karena atraksi wisata yang ada berdasarkan potensi sumber daya alam dan peninggalan sejarah. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif metode deskritif dan desk study. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis benefit transfer dari hasil penelitian sebelumnya di Kabupaten Pulau Morotai yang menggunakan metode travel cost method (TCM). Berdasarkan hasil wawancara dan observasi, daya tarik wisata di Kabupaten Pulau Morotai adalah wisata alam seperti wisata alam bawah laut, wisata pantai serta wisata budaya dari hasil peninggalan sejarah diantaranya peninggalansejarah Perang Dunia II. Berdasarkan hasil perhitungan daya tarik wisata di Kabupaten Pulau Morotai potensi ekonomi Pariwisata Kabupaten Pulau Morotai adalah Rp13.295.140.000. Nilai ini disumbang dari wisatawan domestik dan wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Kabupaten Pulau Morotai selama 4 -11 hari. Memasukan potensi ekonomi dalam dokumen perencanaan pengembangan pariwisata Kabupaten Pulau Morotai merupakan salah satu dasar dasar untuk membuka pintu investasi baik untuk menanamkan modal dalam pengembangan pariwisata.Title: Economic Potential of Tourism at the Morotai Island RegencyABSTRACTThis research aims to calculate economic potential of tourism at Morotai Island Regency. Regency of Morotai has tourist attraction due to its natural resources and historical heritage. It is branded as Special Economic Zone (KEK) of Marine Tourism and make tourism as one of the source of its regional income. This research used descriptive qualitative and desk study method. The data is analyzed using benefit transfer analysis from the previous research which uses travel cost method (TCM). Based on interview and observation, marine tourism such as underwater travel, beach and cultural attraction, is a leading tourist attraction at Morotai Island Regency. Tourist attraction calculates the number of economic potential of tourism at Regency of Morotai Island amount IDR 13.295.140.000. It is contributed mostly from domestic and foreign travelers who traveled to Morotai Island for 4 to 11 days. Therefore, economic  potential of tourism will lead to investment in tourism development.
MENCAPAI KEBERLANJUTAN EKOSISTEM LAUT MELALUI MARINE SPATIAL PLANNING (MSP): MUNGKINKAH? Andrian Ramadhan; Wilmar A. Salim
Jurnal Kebijakan Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan Vol 9, No 1 (2019): JUNI 2019
Publisher : Balai Besar Riset Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (116.259 KB) | DOI: 10.15578/jksekp.v9i1.7420

Abstract

Pesisir dan laut telah sejak kala mengalami tekanan aktivitas manusia sehingga mengancam keberlanjutan fungsi-fungsi ekosistem di dalamnya. Seiring dengan berjalannya waktu, perhatian terhadap masalah ini menjadi semakin besar dan melahirkan konsep-konsep keberlanjutan pada wilayah pesisir dan laut seperti Marine Spatial Planning (MSP). Tulisan berikut mengeksplorasi konsepsi MSP dan hambatan yang dihadapi dalam tinjauan prosedur perencanaan. Metode yang digunakan adalah systematic review dalam rangka mengidentifikasi, mengevaluasi dan menginterpretasi berbagai literatur atau hasil kajian terkait. Hasil yang diperoleh menunjukkan adanya problematika empiris untuk diimplementasikan dalam tataran praktis. Idealisme MSP yang menggabungkan pendekatan komprehensif dan partisipatif akan menghadapi berbagai rintangan mulai dari ketiadaan data dan informasi, terbatasnya pengetahuan, keterikatan terhadap nilai dan budaya, sampai dengan isu dominasi kekuasaan atas suatu perencanaan yang bersifat kolaboratif. Penulis berargumentasi bahwa perencana perlu memberikan perhatian terhadap kekuasaan dan mampu mengontrol kekuasaan tersebut. Hal ini diperlukan agar kelemahan konsep MSP dapat tertutup dengan keberpihakan kekuasaan terhadap isuisu keberlanjutan. Title: Achieving Marine Ecosystem Sustainability Through Marine Spatial Planning (MSP): Is it possible?Since a long time ago, the coast and the sea have undergone hard pressure from human activities that threaten the sustainability of the ecosystem functions. As time goes by, the attention to this problem becomes greater and creates sustainability concepts in coastal and marine areas such as MSP. The following article explores MSP conceptions and its theoretical problems by reviewing the planning procedures. The method used in this study is a systematic review in order to identify, evaluate and interpret various literatures or results of related studies. The results indicate a theoretical weakness to be implemented. The idealism of MSP which combines a comprehensive and participatory approach will face various obstacles starting from the absence of data and information, limited knowledge, attachment to value   and culture, to the issue of domination of power over a collaborative plan. I argues that planners need to pay attention to power and take control of it. This is necessary so that the weakness of the MSP concept can be covered by the alignment of power towards sustainability issues. 
PEMBELAJARAN PEMBANGUNAN PULAU TERLUAR BERBASIS SEKTOR KELAUTAN DAN PERIKANAN: STUDI KASUS SKPT BIAK NUMFOR Andrian Ramadhan; Rizky Muhartono; Tikkyrino Kurniawan; Harnita Hadiastuty
Jurnal Kebijakan Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan Vol 11, No 2 (2021): Desmber 2021
Publisher : Balai Besar Riset Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15578/jksekp.v11i2.10060

Abstract

Konsep Sentra Kelautan Perikanan Terpadu (SKPT) merupakan tindak lanjut dari nawacita, yang memprioritaskan pembangunan kelautan dan perikanan di kawasan pulau-pulau kecil dan perbatasan/pinggiran. Tantangan utama terkait upaya pembangunan daerah pinggiran adalah ketergantungannya pada intervensi kebijakan yang datang dari luar yang merupakan aspek sumberdaya manusia dan kinerja kelembagaan. Hal tersebut dikhawatirkan berimplikasi negatif pada aspek distribusi manfaat pembangunan dan kepentingan masyarakat lokal. Terkait itu, makalah ini bertujuan untuk mengungkapkinerja pembangunan sumberdaya manusia dan kelembagaan serta isu pembangunan inklusif pada program SKPT. Penelitian dilakukan pada Desember tahun 2019 menggunakan pendekatan kualitatif dan studi kasus, yang dimaksudkan untuk mengeksplorasi konsep dan pelaksanaan program SKPT dalam perspektif pembangunan sumberdaya manusia, kelembagaan dan isu pembangunan inklusif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembangunan eksogenus tidak harus berkonotasi pembangunan yang mengabaikan aspek manusia dan kinerja kelembagaan lokal. Pelajaran dari Program SKPT di Kabupaten Biak Numfor menunjukkan bahwa dua isu tersebut dapat menjadi modal penting yang ikut berkontribusi pada keberhasilan intervensi terkait program SKPT, termasuk berbagai aktivitas pemberian bantuan dan ekspansi pasar yang terkoneksi dengan kelembagaan-kelembagaan lokal. Title:  Lesson Learned of The Outer Island Development Based on The Marine and Fishery Sector: A Case Study of The SKPT of Biak NumforThe concept of Integrated Marine and Fisheries Center (SKPT) is derived from the Nawacita that prioritizes the development of small islands and border areas. The major challenge of border area is the dependence on external policy regardless to its local human resource and institutional development. As the result, the development might cause benefits distribution issue and leave localcommunities behind. This paper aims to reveal the extent of human and institutional development, as well as the issue of inclusive development in the SKPT program. The research was conducted in December 2019, using a qualitative approach (case study) to explore the concept and implementation of the SKPT that is related to human resource development, institutions and inclusive development issues. The results show that exogenous development must not ignore the issue of local human resource and institutional development. In fact, the SKPT in Biak Numfor Regency uses these two issues as the basis for determining the programs such as forms of aids and market expansion strategies that connect to local institutions.