Evi Febianti
Jurusan Teknik Industri Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Analisis Jumlah Produksi Dan Total Cost Produksi Menggunakan Metode Economic Production Quantity (EPQ) Dan Metode Economic Order Quantity (EOQ) Endang Mulyana; Evi Febianti; Kulsum Kulsum
Jurnal Teknik Industri Untirta Vol. 3 No. 3 November 2015
Publisher : Jurnal Teknik Industri Untirta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2881.568 KB)

Abstract

Dalam sistem manufaktur maupun non manufaktur, adanya persediaan merupakan faktor yang memicu peningkatan biaya. Menetapkan jumlah persediaan yang terlalu berlebihan akan mengakibatkan pemborosan biaya penyimpanan, sedangkan menetapkan jumlah persediaan yang terlalu sedikit juga berakibat hilangnya kesempatan untuk mendapatkan keuntungan apabila permintaan nyata melebihi permintaan yang diperkirakan. Dalam sistem manufaktur khususnya Untuk sistem persediaaan yang konvensional, masalah dalam persediaan dan pembeli di operasikan dengan cara independen. Dalam mengelola persediaan yang dilakukan secara teradisional dianggap sudah sangat tidak cocok jika dilihat dari sisi persaingan perusahaan pada dewasa ini. Permasalahan yang dijelaskan di atas biasa terjadi hampir di semua perusahaan manufaktur tidak terkecuali PD. X yang kini masih menggunakan suatu model konvensional dalam mengendalikan suatu persediaan-nya dan biaya yang harus dikeluarkan tinggi dengan mengetahui data tingkat produksi setiap bulanya berjumlah 50.000 unit/bulan dan dengan total biaya sebesar Rp 10.750.416.7 perbulan. Didapat hasil pengolahan data dan analisa, maka dapat disimpulkan sebagai berikut  Nilai ukuran kuantitas produksi optimal dan total cost yang diperoleh dengan menggunakan metode Economic Production Quantity (EPQ) adalah sebesar 43.657 unit perbulan, sedangkan untuk total cost-nya adalah  Rp 7.176.177,3 perbulan.sedangkan Nilai ukuran kuantitas produksi optimal dan total cost yang diperoleh dengan menggunakan metode Economic Order Quantity (EOQ) adalah sebesar  40.870 unit perbulan, sedangkan untuk total cost -nya adalah  Rp 6.416.596,4 perbulan.
Perencanaan Inventori Bahan Baku SPM Dengan Model P Back Order Edi Junaedi; Lely Herlina; Evi Febianti
Jurnal Teknik Industri Untirta Vol. 2 No. 2 Juli 2014
Publisher : Jurnal Teknik Industri Untirta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1267.367 KB)

Abstract

Pengendalian inventori diperlukan guna menetapkan dan menjamin tersedianya sumber daya yang tepat, dalam kuantitas yang tepat dan pada waktu yang tepat. Pengendalian inventori sendiri berfokus pada pemenuhan akan permintaan konsumen sebagai sumber profit perusahaan. Yang melatar belakangi penelitian ini adalah pengendalian inventori PT. XYZ dalam pengadaan bahan baku SPM masih belum optimal karena perusahaan belum mampu memenuhi semua permintaan yang ada. Kekurangan inventori mengakibatkan pasokan bahan baku menjadi terhambat sehingga perusahaan tidak dapat memenuhi semua permintaan konsumen dan berimbas pada turunnya profit perusahaan. Pengendalian inventori yang diterapkan perusahaan yaitu probabilistik model P back order. Dimana permintaannya berfluktuasi dengan waktu pemesanan yang konstan dengan jumlah pesan yang berubah-ubah. Adapun tujuan penelitian ini guna mencari solusi permasalah yang terjadi yakni menentukan pengendalian inventori perusahaan yang tepat dengan total biaya inventori minimum dengan penentuan apa, berapa, dan kapan pesanan dilakukan. Untuk mendapatkan perencanaan inventori optimal dilakukan perhitungan model matematis Hadley-Within. Dilakukan pula simulasi model  menggunakan software powersim untuk membandingkan kebijakan inventori eksisting dengan perencanaan inventori usulan. validasi dilakukan dengan metode uji One Sample T Test dan perbandingan rata-rata kedua alternatif dilakukan dengan metode uji Independent Sample T Test. Hasil penelitian ini diperoleh perencanaan inventori usulan sebagai pengendalian inventori terbaik. Berdasarkan total biaya inventori terkecil diperoleh waktu pemesanan adalah 6 hari, inventori maksimum 12685 ton, dan inventori minimum yang harus tersedia di gudang adalah 10480 ton. Dengan adanya perbaikan pengelolaan inventori model P back order maka perencanaan pengadaan bahan baku SPM menjadi optimal sehingga perusahaan akan mampu memenuhi semua permintaan konsumen dan profit perusahaan akan meningkat.
Usulan Peningkatan Kehandalan Komponen Kritis Pada Mesin SPM (Spiral Pipe Machine) 2000 (Studi Kasus di PT. KHI Pipe Industries) Pramitha Rohendi; Evi Febianti; Putro Ferro Ferdinant
Jurnal Teknik Industri Untirta Vol. 3 No. 3 November 2015
Publisher : Jurnal Teknik Industri Untirta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1931.886 KB)

Abstract

PT. KHI Pipe Industries merupakan penghasil pipa baja terbesar di Indonesia. PT.KHI Pipe Industries menghasilkan 2 jenis pipa baja yaitu pipa baja spiral dan longitudinal. Pipa baja spiral yang dihasilkan lebih bervaritif berdasarkan diameter pipa,, sedangkan pipa baja longitudinal menghasilkan diameter pipa yang relative konstan. Penelitian ini difokuskan pada mesin SPM (Spiral Pipe Machine) 2000 karena memproduksi pipa spiral dengan diameter pipa 12 inchi-120 inchi. Dengan kemampuan menghasilkan pipa baja yang bervariatif  mengakibatkan terjadinya failure time yang berpengaruh pada proses produksi, failure time terjadi karena ketebalan bahan baku (coil) dan getaran yang dihasilkan oleh mesin SPM 2000. Tujuan dari penelitian ini adalah menentukan komponen kritis pada mesin SPM 2000, menentukan nilai MTTF (Mean Time To Failure) dan reliabilitas komponen kritis, dan meningkatkan kehandalan kompoen kritis. Penelitian ini mengidentifikasi kerusakan komponen kritis berdasarkan pola kerusakan berdasarkan bathtube curve. Hasil penelitian menunjukan komponen kritis yang terjadi yaitu komponen edge milling dengan 36 kali kerusakan dalam 1 tahun selama 7013 menit, komponen maindrive dengan 20 kali kerusakan dalam 1 tahun selama 3964 menit, dan komponen cross welding dengan 11 kali kerusakan selama 1 tahun selama 1066 menit. Sedangkan nilai MTTF (Mean Time To Failure) dan reliabilitas pada komponen kritis adalah : pada komponen edge milling didapatkan nilai MTTF sebesar 11102,31 menit dalam 1 tahun dengan nilai reliabilitas sebesar 27%, sedangkan komponen maindrive didapatkan  nilai MTTF sebesar 15172,18 menit dalam 1 tahun dengan nilai reliabilitas sebesar 28%, dan pada komponen cross welding didapatkan  nilai MTTF sebesar 26934,44 menit dalam 1 tahun dengan nilai reliabilitas sebesar 35%.hasil peningkatan kehandalan pada komponen edge milling menjadi 30% dengan nilai t sebesar 12713,46 menit selama 1 tahun, dan hasil peningkatan kehandalan pada komponen maindrive menjadi 32% dengan nilai t sebesar 17218,46 menit selama 1 tahun, sedangkan hasil peningkatan kehandalan pada komponen cross welding menjadi 48% dengan nilai t sebesar 27214,77 menit selama 1 tahun.