Garuda - Garba Rujukan Digital

Integrasi antara Agama dan Ilmu Dalam Perspektif Malik Bennabi Sujiat Zubaidi; M. Kharis Majid; Abdullah Muslich Rizal Maulana
Kalimah: Jurnal Studi Agama dan Pemikiran Islam Vol 19, No 1 (2021)
Publisher : Universitas Darussalam Gontor

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21111/klm.v19i1.6365

As a Muslim sociologist, Malik Bennabi has both an answer and a criticism of western scholars' opinions on the dichotomy between science and religion. In this paper, the author tries to describe and analyze malik Bennabi's pattern of thinking related to the integration between religion and science. In this brief study, it can be seen that according to Bennabi between science and religion has a very close relationship, even the two have a single role in the formation of a civilization. This is certainly what is meant by Islamic civilization. Islamic civilization is a civilization of science, even Islam itself is a religion and civilization, so in Islamic civilization between science and religion is an inseparable unity. While Western civilization according to Bennabi at this time is on the verge of destruction, because of the moral decadence manifested from the dichotomy between religion and Science. This is because basically the identity of Western civilization itself must be a separation between science and religion, namely with secularization. Gradually but surely European culture has melted away with secular travel, which further led them towards positivism and materialism. From there science and morals have their own paths, so the separation between science and conscience becomes common in areas covered by secular culture.

Filsafat Pendidikan dalam al-Qur’an: Dari Penciptaan Manusia ke Edukasi Komunikasi Sujiat Zubaidi
TSAQAFAH Vol 14, No 1 (2018): Contemporary Islamic Discourses
Publisher : Universitas Darussalam Gontor

This article sheds light on obtaining the comprehensive interrelated study about the philosophical dimensions of education in the Qur’an in its various aspects. Because the spectrum of education in the Qur’an has a diverse horizon that we fnd it in several verses. Al-Qur’an is the pre eternal translator of the mighty book of the universe, the post eternal interpreter of the various tongues reciting the verses of creation; the commentator of the book of the Worlds of Seen and the Unseen. The revealer of the treasuries of the divine names hidden in the heavens and on the earth. Actually, that the education dimension we can explore on the creation of human beings with various terminology and the phase of its creation, even the terminology revealed by the Qur’an also implies the existence of education principles. Moreover, the existence of educational logic as a reﬂection of integrative education that we fnd in the chosen and inspirational word which in the contents of ‘Ulûm al-Qur’ân named i‘jâz lughawiy. In addition, that educational element in the repetition of words and stories is more interesting, as the dialogue contained in the Qur’an; both between God and His creations and between human and others, like parents’ dialogue with their children. In this article, the author also describes another aspect, namely the various principles of communication revealed by the Qur’an with a variety of symbols comprehensively; named qawlan karîman, qawlan sadîdan, qawlan ma‘rûfan and others

Relasi Agama dan Ilmu dengan Peradaban Dalam Perspektif Malik Bennabi Sujiat Zubaidi; M. Kharis Majid; Muttaqin Muttaqin
TSAQAFAH Vol 16, No 2 (2020): Islamic Theology
Publisher : Universitas Darussalam Gontor

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21111/tsaqafah.v16i2.4999

Makalah ini bertujuan untuk menemukan kerangka konsep dari sebuah peradaban dalam pandangan Malik Bennabi. Kajian tentang Malik Bennabi yang berkaitan dengan peranan ilmu dan agama sebagai dasar dari sebuah peradaban belum banyak dilakukan. Padahal Malik Bennabi merupakan seorang sosiolog muslim kontemporer yang sangat fenomal setelah Ibnu Khaldun. Dalam makalah ini metode yang digunakan adalah deskriptif analitis, dengan demikian maka penulis mencoba menganalisis corak pemikiran Malik Bennabi yang berkaitan dengan asal-usul munculnya sebuah peradaban, dilihat dari peranan agama dan ilmu di dalamnya. Dalam kajian singkat ini, dapat dilihat bahwa sebuah peradaban terbentuk dari tiga unsur yaitu manusia, tanah dan waktu, yang mana ketiga unsur tersebut saja tidak mampu membentuk sebuah peradaban tanpa adanya katalisator yang disebut dengan agama. Agama sendiri memiliki hubungan yang sangat erat dengan ilmu. Seperti halnya yang ada dalam peradaban Islam, antara agama dan ilmu merupakan sebuah kesatuan yang tidak bisa dipisahkan antara satu dengan lainnya. Lain halnya dengan peradaban Barat yang ternyata agama di Barat sendiri tidak memiliki hubungan yang harmanonis dengan ilmu. Akan tetapi peradaban Barat bisa terwujud karena adanya sekularisme yaitu pemisahan antara agama dengan Ilmu. Dari dua corak peradaban tersebut, setidaknya masing-masing peradaban memiliki hubungan yang sangat erat dengan agama dan juga ilmu, terlepas dari sebesar apa dan bagaimana agama dan ilmu tersebut berperan dalam kemajuan peradaban tersebut.

Hermeneutika Pembebasan Farid Esack Dari Perspektif Revolusi Ilmiah Thomas Kuhn Ridani Faulika Permana; Sujiat Zubaidi; M. Adib Fuadi Nuriz; Usmanul Khakim; Fahman Mumtazi
AL QUDS : Jurnal Studi Alquran dan Hadis Vol 6, No 3 (2022)
Publisher : Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Curup

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29240/alquds.v6i3.4244

Farid Esack on Hermeneutic of Liberation from Thomas Kuhn’s Scientific Revolution PerspectiveThis article aims to elaborate on Farid Esack's Hermeneutic of Liberation from Thomas S Kuhn's scientific revolution perspective. The background of this study is the liberation of society from apartheid hegemony in South Africa in the 1949-1991 period; Farid Esack - from the beginning engaged in the practical political movement and now focuses on the scientific field - gave rise to new methodical ideas in the study of the Koran i.e hermeneutics of liberation; which is an effort to fight against racist rulers. From Kuhn's point of view, what Essack was doing was actually a scientific revolution. This assumption will be elaborated in this study. This study is a literature review using qualitative-content analysis as the data analysis technique. The results of this study are; first, his method of Qur'anic is a scientific revolution; which he supported the strengthening of the hermeneutical paradigm in the study of the Qur'an. In that way, secondly, as Kuhn requires that the new paradigm of scientific revolution must be supported by the scientific community, Farid Esack can be said to have a scientific community with Fazl Rahman, Hasan Hanafi, Mohamed Arkoun, Nasr Hamid Abu Zaid, etc. Thus, it is worth waiting for the success of this community revolution; to strengthen hermeneutics as a new paradigm in Qur'anic study in the future

The sentence al-Itmi’nan in the Qur’an and its relationship to science (Analytical study of the quranic simantics) Sujiat Zubaidi; Hujjadtul Fadhilah; Muhammad Muhammad; Zuhrufan Failasufa
Jurnal Pendidikan dan Konseling (JPDK) Vol. 5 No. 2 (2023): Jurnal Pendidikan dan Konseling
Publisher : Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/jpdk.v5i2.13481

Kalimat itmi’nan bukan sesuatu yang biasa, akan tetapi ia merupakan kalimat yang mempunyai keutamaan dan rahasia baik makna dan lain sebagainya, hingga kalimat tersebut tidak hanya berbentuk satu bentuk, akan tetapi menjadi bebrapa bentuk baik dari segi mufrad dan lain sebagainya. Dari hal tersebut akan ada pertanyaan yang muncul di benak semua orang tentang kalimat itmi’nan tersebut, apakah didalamnya ada rahasia yang terkandung dalam kalimat tersebut?. Maka dari permasalahan ini, penulis ingin mengetahui semuanya agar terungkap semua rahasia Al-Qur’an. Maka peneliti ingin membahasnya secara mendalam tentang kalimat itmi’nan. Dalam hal ini, penulis menggunakan metode penelitian kualitatif pustaka dalam mencari data yang diperlukan dari segi simantik al-Qur’an. setelah melalui proses panjang penulis menemukan hasil tentang kalimat itmi’nan. Bahwa ia mempunyai beberapa bentuk dan makna mulai dari kata itmi’nan yang bermakna sakinah yang merupakan ketenangan dalam hati, juga bermakna ridha yang merupakan poin atau titik permulaan dalam ketenangan hati, dan juga bermakna iqamah yaitu melaksanakan semua perintah hingga menimbulkan keteangan jiwa, di samping itu kalimat itmi’nan juga berkaitan dengan dengan ilmu pengetahuan baik proses pemerolehan ilmu pengetahuannya tersebut. yaitu bahwa jika seseorang mempunyai ketenangan (itmi’nan) maka ia akan bisa memperoleh pengetahuan karena tidak ada sesuatu yang menghalanginya. Karena di dalam hatinya ada ketenangan yang tertancap dalam hatinya. Oleh karena itu, bisa disimpulkan bahwa kalimat itmi’nan mempunyai beberapamakna seperti: sakinah, ridha, dan iqamah, yang semuanya mempunyai kaitan erat dengan pemerolehan ilmu pengetahuan.

The Political Identity: Between Qur'anic View and Western Theory Sujiat Zubaidi; Aqdi Rofiq Asnawi; Ide Mafaza Sansayto; Humaira Agam Putri
Buletin Al-Turas Vol 29, No 1 (2023): Buletin Al-Turas
Publisher : Fakultas Adab dan Humaniora, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15408/bat.v29i1.31443

Purpose:Identity nowadays has become very complicated in the political sphere. Political identity needs to be studied from two perspectives; Western theory and Islamic theory. Islamic political identity taken from the concept of the Qur'an. This research aims to reveal identity politics from these two perspectives, namely the perspective of the al-Qur'an and Western theory. Method:The library research method is used for this critical analysis research, which takes a qualitative approach. The qualitative method collected data and news references from books, journals, or trusted online sources. Results/Findings:The results show that there are contradictions in interpreting identity politics. Identity politics is often interpreted as something that is considered harmful. Through critical analysis, researchers found differences from the most fundamental aspects of understanding and theory to the value of their influence on society. Conclusion:Even though the theory of identity in the West existed and was developed by Henry Tajfel and John Turner, the theory is in line with how Islam views political identity as necessary as a political strategy that emphasizes differentiation and the utilization of primordial ties as its main category. Identity in the Qur'an is called Shibgah. The theory of identity, both in politics and outside politics, is correct and reasonable.

Filsafat Pendidikan dalam al-Qur’an: Dari Penciptaan Manusia ke Edukasi Komunikasi Sujiat Zubaidi
TSAQAFAH Vol. 14 No. 1 (2018): Contemporary Islamic Discourses
Publisher : Universitas Darussalam Gontor

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21111/tsaqafah.v14i1.2297

This article sheds light on obtaining the comprehensive interrelated study about the philosophical dimensions of education in the Qur’an in its various aspects. Because the spectrum of education in the Qur’an has a diverse horizon that we fnd it in several verses. Al-Qur’an is the pre eternal translator of the mighty book of the universe, the post eternal interpreter of the various tongues reciting the verses of creation; the commentator of the book of the Worlds of Seen and the Unseen. The revealer of the treasuries of the divine names hidden in the heavens and on the earth. Actually, that the education dimension we can explore on the creation of human beings with various terminology and the phase of its creation, even the terminology revealed by the Qur’an also implies the existence of education principles. Moreover, the existence of educational logic as a reﬂection of integrative education that we fnd in the chosen and inspirational word which in the contents of ‘Ulûm al-Qur’ân named i‘jâz lughawiy. In addition, that educational element in the repetition of words and stories is more interesting, as the dialogue contained in the Qur’an; both between God and His creations and between human and others, like parents’ dialogue with their children. In this article, the author also describes another aspect, namely the various principles of communication revealed by the Qur’an with a variety of symbols comprehensively; named qawlan karîman, qawlan sadîdan, qawlan ma‘rûfan and others

Relasi Agama dan Ilmu dengan Peradaban Dalam Perspektif Malik Bennabi Sujiat Zubaidi; M. Kharis Majid; Muttaqin Muttaqin
TSAQAFAH Vol. 16 No. 2 (2020): Islamic Theology
Publisher : Universitas Darussalam Gontor

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21111/tsaqafah.v16i2.4999

Makalah ini bertujuan untuk menemukan kerangka konsep dari sebuah peradaban dalam pandangan Malik Bennabi. Kajian tentang Malik Bennabi yang berkaitan dengan peranan ilmu dan agama sebagai dasar dari sebuah peradaban belum banyak dilakukan. Padahal Malik Bennabi merupakan seorang sosiolog muslim kontemporer yang sangat fenomal setelah Ibnu Khaldun. Dalam makalah ini metode yang digunakan adalah deskriptif analitis, dengan demikian maka penulis mencoba menganalisis corak pemikiran Malik Bennabi yang berkaitan dengan asal-usul munculnya sebuah peradaban, dilihat dari peranan agama dan ilmu di dalamnya. Dalam kajian singkat ini, dapat dilihat bahwa sebuah peradaban terbentuk dari tiga unsur yaitu manusia, tanah dan waktu, yang mana ketiga unsur tersebut saja tidak mampu membentuk sebuah peradaban tanpa adanya katalisator yang disebut dengan agama. Agama sendiri memiliki hubungan yang sangat erat dengan ilmu. Seperti halnya yang ada dalam peradaban Islam, antara agama dan ilmu merupakan sebuah kesatuan yang tidak bisa dipisahkan antara satu dengan lainnya. Lain halnya dengan peradaban Barat yang ternyata agama di Barat sendiri tidak memiliki hubungan yang harmanonis dengan ilmu. Akan tetapi peradaban Barat bisa terwujud karena adanya sekularisme yaitu pemisahan antara agama dengan Ilmu. Dari dua corak peradaban tersebut, setidaknya masing-masing peradaban memiliki hubungan yang sangat erat dengan agama dan juga ilmu, terlepas dari sebesar apa dan bagaimana agama dan ilmu tersebut berperan dalam kemajuan peradaban tersebut.

Title

Found 8 Documents
Search

Abstract

Abstract

Abstract

Abstract

Abstract

Abstract

Abstract

Abstract

Title Search

Found 8 Documents Search

Abstract

Abstract

Abstract

Abstract

Abstract

Abstract

Abstract

Abstract

Title

Found 8 Documents
Search