Claim Missing Document
Check
Articles

Found 9 Documents
Search

KERENTANAN SOSIAL-EKOLOGI MASYARAKAT DI LAGUNA SEGARA ANAKAN Siti Hajar Suryawati; Endriatmo Soetarto; Luky Adrianto; Agus Heri Purnomo
Jurnal Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan (Journal of Natural Resources and Environmental Management) Vol. 1 No. 2 (2011): Jurnal Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan (JPSL)
Publisher : Graduate School Bogor Agricultural University (SPs IPB)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29244/jpsl.1.2.62

Abstract

This research is aimed to analyze socio-ecological vulnerability of the community in Segara Anakan against the impact of changes in ecological condition. This analisis on vulnerability is linked to social ecological resilience, which in this context covers mechanism for the people to live together as a community, and to learn from changes and unpredictable schocks. The analysis is based on the social ecological system approach, with data collected through interviews with 241 respondents drawn purposively from citizens of four villages in the District of Kampung Laut in April-May 2010. The result shows that in the case of Segara Anakan Lagoon, a number of problems which are social-economical in nature has resulted in low resilience or high vulnerability. Such problems covers land use conflict, economic competition, deforestation and land convertion. These problems are triggered by changes in ecosystem characteristics, from those of maritime toward the terrestrial one, and which results in changes in the community livelihood pattern. Villagers who were more into fishery transform to agricultural and industrial communities. In line with such changes and transformation, a number of prominent factors emerged to cause high vulnerability in Segara Anakan, namely poor educational performance and lack of socio-economic infrastructure. Furthermore, the result suggests that improving the resilience in Segara Anakan should be focused on advancement of ecomic environment facilitated by infrastructures that add no further burden to  the environment. Key words: vulnerability, social-ecological system, social vulnerability, ecological vulnerability, community, lagoon, Segara Anakan lagoon
PENILAIAN KESIAPAN MALUKU SEBAGAI LUMBUNG IKAN NASIONAL Siti Hajar Suryawati; Tajerin Tajerin
Jurnal Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan Vol 10, No 1 (2015): Juni (2015)
Publisher : Balai Besar Riset Sosial Eonomi Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1688.678 KB) | DOI: 10.15578/jsekp.v10i1.1244

Abstract

Maluku merupakan propinsi kepulauan dengan potensi sumberdaya perikanan tangkap yang besar. Potensi tersebut meliputi kelompok jenis ikan pelagis besar seperti tuna dan cakalang, pelagis kecil, demersal, udang, cumi-cumi dan ikan karang. Hal tersebut mendorong pemerintah menjadikan wilayah Maluku menjadi lumbung ikan nasional (M-LIN). Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis status kesiapan Maluku sebagai lumbung ikan nasional. Metode analisis yang digunakan adalah Multi Dimensional Scaling (MDS) dala bentuk RAP-MLIN (Rapid Appraisal for Maluku as ‘Lumbung Ikan Nasional’) yang merupakan modifikasi dari software RAPFISH (Rapid Appraisal for Fisheries). Hasil analisisnya dinyatakan dalam bentuk indeks dan kesiapan program tersebut. Analisis leverage dan Monte-Carlo digunakan untuk mengetahui faktor pengungkit yang merupakan atribut-atribut yang sensitif terhadap indeks dan status kesiapan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada dimensi ekologi statusnya cukup siap (50,33%), dimensi ekonomi cukup siap (67,62%), dimensi sosial siap (92,37%), dimensi teknologi siap (99,90%), dimensi infrastruktur cukup siap (70,56%), dan dimensi kelembagaan dan kebijakan siap (86,26%). Dari 47 atribut yang dianalisis, terdapat 18 atribut yang merupakan faktor pengungkit terhadap indeks dan status kesiapan, sehingga perlu dilakukan upaya perbaikan atau intervensi terhadap atribut-atribut tersebut. Dengan melakukan intervensi terhadap 18 faktor tersebut diharapkan dapat meningkatkan status kesiapan Maluku sebagai Lumbung Ikan Nasional ke tingkat yang lebih siap.(Evaluation of Readiness for Maluku as “Lumbung Ikan Nasional”)Maluku is an archipilagic province with large potential for fisheries resources including pelagic groups such as tuna and skipjack tuna, small pelagic, demersal, shrimp, squid and reef fish. This situation encourages the government to establish Maluku as “Lumbung Ikan Nasional (M-LIN)”. This study aimed to analyze the status of readiness of Maluku as “Lumbung Ikan Nasional”. Analytical method was used Multi Dimensional Scaling (MDS) which is so called RAP-MLIN (Rapid Appraisal for Maluku as Lumbung Ikan Nasional) which is a modification of the software RAPFISH (Rapid Appraisal for Fisheries). Analysis results expressed in terms of index and status of program readiness. Leverage and Monte Carlo analysis was used to determine attributes that are sensitive to the index and readiness status. Results showed that the ecological dimension was quite ready status (50.33%), the economic dimension was quite ready (67.62%), the social dimension ready (92.37%), the dimensions of the technology is ready (99.90%), the dimensions of the infrastructure was quite ready (70.56%), and the institutional and policy dimensions were ready (86.26%). Of the 47 attributes to be analyzed, there were 18 attributes enter during to factor of the index and the readiness status of the project, so that improvement and precise intervention can be made. With those intervention the implementation of Maluku as ‘Lumbung Ikan Nasional’ can be ensured.
ANALISIS PERANAN SEKTOR PERIKANAN DALAM MENDUKUNG PROGRAM MINAPOLITAN DI PROVINSI GORONTALO: MODEL INPUT-OUTPUT Taslim Arifin; Siti Hajar Suryawati
Jurnal Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan Vol 8, No 2 (2013): DESEMBER (2013)
Publisher : Balai Besar Riset Sosial Eonomi Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (604.406 KB) | DOI: 10.15578/jsekp.v8i2.5667

Abstract

Integrasi ekonomi yang menyeluruh dan berkesinambungan di antar semua sektor produksi merupakan salah satu kunci keberhasilan pembangunan ekonomi. Data sekunder berupa tabel inputoutput Propinsi Gorontalo tahun 2011digunakan dalam penelitian ini. Penelitian ini bertujuan untuk: (1) Menganalisis peran sektor perikanan dan keterkaitan kedepan serta kebelakang (forward and backward linkage) dalam perekonomian wilayah; dan (2) Mengetahui indeks daya penyebaran dan indeks derajat kepekaan pada kegiatan sektor perikanan. Metode analisis deskriptif, analisis keterkaitan, dan analisis daya penyebaran serta derajat kepekaan digunakan dalam penelitian ini. Hasil kajian menggambarkan bahwa sektor perikanan budidaya penyebarannya hampir merata, dengan jumlah permintaan seluruhnya mencapai Rp. 0,373 trilyun. Dari sisi penawaran menunjukkan bahwa wilayah pesisir Provinsi Gorontalo mampu berperan menyediakan produksi perikanan sebesar Rp. 0,280 trilyun (75,03%) dari seluruh penawaran/penyediaan produk, kekurangannya yakni sebesar Rp. 36.061 juta (9,65%) harus dipasok dari luar Provinsi Gorontalo. Permintaan akhir sektor perikanan paling banyak digunakan untuk konsumsi rumahtangga dan ekspor yaitu masing-masing sebesar 58,49%, dan 5,95%. Kontribusi sektor perikanan memberikan nilai input primer yang relatif kecil, yaitu sebesar Rp. 0,280 trilyun (6,61%) di bawah rata-rata per sektor Rp. 0,424 trilyun. Sektor perikanan dapat dikategorikan efisien (tingkat efisiensi 75,03%), paling efisien dibandingkan semua sektor maupun rata-rata totalefisiensi sektor kegiatan di Provinsi Gorontalo yang besarnya 53,66%. Koefisien keterkaitan langsung kebelakang sektor perikanan budidaya adalah 0,153159, nilai keterkaitan langsung ke depan adalah 0,107750, sedangkan nilai indeks daya penyebaran sebesar 0,8742 dan nilai indeks derajat kepekaan sebesar 0,8249. Melalui pengembangan sentra perikanan terpadu, keterkaitan antar sektor dapat dimanfaatkan secara optimal. Hal tersebut dapat dilaksanakan melalui program “Minapolitan Berbasis Perikanan Budidaya”.Title: Analysis of Fisheries Sector’s Role in Supporting Minapolitan Program in Gorontalo Province: Input-Output ModelComprehensive economic integration and sustainable between production sectors is one key to successful economic development. Secondary data which used in this research were 2011 Gorontalo Province Input-Output Table Model. This research aimed to: (1) analyze the role of fisheries sector and forward and backward linkage in the economic region; and (2) knowing the distribution index and the degree of sensitivity index of fisheries sector activity in Gorontalo Province. Methods of descriptive analysis, linkage analysis, and analysis of power distribution and the degree of sensitivity used in this research. The results showed that the aquaculture sector is almost evenly spread, with the number of requests totaled Rp. 0.373 trillion. From the supply side shows that the area of the coastal province  of Gorontalo able role in providing fisheries production amounted to Rp. 0.280 trillion (75.03%) of the  entire supply / provision of products, shortcomings which amounted to Rp. 36,061 million (9.65%) to be supplied from outside the province of Gorontalo. Fisheries sector final demand mostly used for domestic  consumption and exports are respectively 58.49% and 5.95%. The contribution of the fisheries provide the primary input values are relatively small, amounting to Rp. 0.280 trillion (6.61%) below the average per sector Rp. 0.424 trillion. The fisheries sector can be categorized as efficient with an efficiency of 75.03%, the most efficient compared to all sectors and the average total efficiency of the sector of activity in Gorontalo Province which amount 53.66%. The coefficient of linkage directly to the back of aquaculture sector is 0.153159, the value of direct relevance to the future is 0.107750, while the index value of 0.8742 and the power spread degree of sensitivity index values of 0.8249. Connectivity between sectors can be exploited optimally and sustainable by program which called “Minapolitan Based on Aquaculture Fisheries”.
ANALISIS FINANSIAL PENGEMBANGAN ENERGI LAUT DI INDONESIA Estu Sri Luhur; Rizky Muhartono; Siti Hajar Suryawati
Jurnal Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan Vol 8, No 1 (2013): Juni (2013)
Publisher : Balai Besar Riset Sosial Eonomi Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (618.02 KB) | DOI: 10.15578/jsekp.v8i1.1192

Abstract

Krisis energi mengharuskan pemerintah untuk mendorong pengembangan dan pemanfaatan energi baru dan terbarukan, termasuk energi yang memanfaatkan arus laut, gelombang laut, pasang surut dan perbedaan suhu air laut. Energi laut mampu menghasilkan listrik yang dapat diakses oleh sektor industri dan rumah tangga perikanan secara luas. Untuk itu, kajian ini bertujuan untuk menganalisis secara finansial terhadap pengembangan energi laut di Indonesia. Data yang digunakan adalah data sekunder yang dikumpulkan selama bulan Maret – November 2012. Data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Metode analisis yang digunakan adalah analisis finansial dengan menghitung biaya produksi dan biaya pembangunan pembangkit listrik yang memanfaatkan energi laut. Hasil kajian menunjukkan bahwa jenis energi laut yang bernilai ekonomis adalah energi arus laut dengan biaya sebesar Rp1.268/kWh, energi gelombang laut dengan biaya sebesar Rp1.709/kWh dan enegri pasang surut dengan biaya sebesar Rp 2.048/kWh. Sementara itu, energi yang memanfaatkan perbedaan suhu air laut menunjukkan biaya yang sangat besar, yaitu mencapai Rp. 4.030/kWh. Jika dibandingkan dengan biaya produksi dari listrik konvensional yang dihasilkan PT (Persero) PLN yang sebesar Rp. 1.163/kWh maka pengembangan energi laut disarankan fokus pada energi arus laut, energi gelombang laut dan energi pasang surut.
KAPASITAS ADAPTIF INSTITUSI FORMAL PENGELOLA KAWASAN PERAIRAN DALAM MENDUKUNG RESILIENSI SOSIAL EKOSISTEM TERUMBU KARANG Andrian Ramadhan; Agus Heri Purnomo; Siti Hajar Suryawati; Maulana Firdaus
Jurnal Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan Vol 10, No 2 (2015): Desember (2015)
Publisher : Balai Besar Riset Sosial Eonomi Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1116.664 KB) | DOI: 10.15578/jsekp.v10i2.1257

Abstract

Perairan pada dua lokasi penelitian yaitu di Kepulauan Spermonde dan Laut Sawu dalam kondisi terancam keberlanjutannya akibat kerusakan lingkungan. Hal ini disebabkan oleh rusaknya ekosistem terumbu karang akibat pemanfaatan sumberdaya yang tidak ramah lingkungan. Pada kedua lokasi diketahui bahwa penggunaan bom ikan, potasium dan sianida masih banyak terjadi. Kapasitas adaptif menunjukkan bahwa tingkat kemampuan pengelola untuk mewujudkan tercapainya resiliensi sosial ekosistem terumbu karang yang dalam hal ini telah mengalami gangguan dan kerusakan. Atas dasar kondisi tersebut, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kapasitas adaptif pengelola kawasan perairan khususnya dalam mengatasi permasalahan tersebut. Metode yang digunakan untuk mengukur kapasitas adaptif mengikuti model yang dikembangkan oleh Gupta et al. dan Furqon. Data primer diperoleh melalui focus group discussion sementara data sekunder diperoleh dari laporan berbagai instansi dan publikasi hasil penelitian. Analisis data dilakukan dengan menggunakan teknik content analysis yang kemudian ditabulasikan dan dipaparkan secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kapasitas adaptif pengelola perairan laut sawu lebih baik jika dibandingkan dengan pengelola kawasan perairan kepulauan spermonde karena didukung oleh eksistensi Balai Konservasi Kawasan Perairan Nasional (BKKPN). Kehadiran BKKPN terbukti memiliki arti strategis dalam hal peningkatan kapasitas intelektual, kapasitas sosial dan kapasitas politik. Selain itu juga membuat ruang koordinasi pengelolaan perairan yang lebih baik sehingga mengurangi terjadinya tumpang tindih kewenangan dalam pengelolaan kawasan perairan. (Adaptive Capacity of The Water Management Authorities in Endorsing The Social Resilience of Coral Reef Ecosystem)The water condition of Spermonde Islands and Sawu Sea is threatened by environmental degradation. The main problem is the damage of coral ecosystem caused by destructive fishing activities. In both locations, utilization of fishing bomb, potassium and cyanide is commonly used by the societies. Therefore this research was conducted to assessing the adaptive capacity of authorities involved in management. Adaptive capacity used to address the ability of authorities in obtaining ecosystem resilience. Method used in this research based on a framework developed by Gupta et al. dan Furqon. Primary data was obtained through focus group discussion, while secondary was collected from various institutions and research publications. Content and descriptive analysis are used to explore the performace of institutions. Results show that the adaptive capacity of authorities in Sawu Sea is better than in Spermonde Islands. Existence of Water Conservation National Office in Kupang has a strategic value in enhancing intellectual, social and political capacityies. It becomes an institution which synchronize water area management so that overlapping authority can be reduced.
ANALISIS PREFERENSI KONSUMSI IKAN MENGHADAPI NATAL 2015 DAN TAHUN BARU 2016 Siti Hajar Suryawati; Subhechanis Saptanto; Hertria Maharani Putri
Jurnal Kebijakan Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan Vol 6, No 1 (2016): JUNI 2016
Publisher : Balai Besar Riset Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (456.269 KB) | DOI: 10.15578/jksekp.v6i1.1614

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji preferensi konsumen terhadap ikan menjelang hari natal dan tahun baru. Metode dalam penelitian ini menggunakan metode deskriptif dan pelaksanaannya dengan teknik survey. Lokasi penelitian dipilih secara sengaja (purposive) yaitu di Kota Medan dan Kota Manado berdasarkan dominasi penduduk kristiani dan dominasi produksi perikanan serta aksesibilitas menuju lokasi. Jenis data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Pilihan konsumsi ikan dalam bentuk segar mengalami pergeseran menjadi bentuk olahan seiring dengan meningkatnya pendidikan konsumen. Preferensi masyarakat terhadap ikan secara umum menunjukkan pola preferensi yang homogen.Title: Analysis Of Fish Consumption Preference to Face Christmas 2015 and The New Year 2016This study aims to assess the fish consumer preferences towards the Christmas and New Year days. The method in this research use descriptive method and its implementation by survey techniques. Locations were selected intentionally (purposive) that is in the city of Medan and Manado based on dominance of the Christians population, fish production and accessibility to the location. The data used are primary data and secondary data. Preference of fish consumption was shifted from fresh to processed along with increasing of the consumer education. Public preference to fish demand generally show the homogeneous preference pattern.
IDENTIFIKASI SISTEM INSENTIF PENGELOLAAN SUMBERDAYA DI LAGUNA SEGARA ANAKAN Siti Hajar Suryawati; Endriatmo Soetarto; Luky Adrianto; Agus Heri Purnomo
Jurnal Kebijakan Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan Vol 1, No 1 (2011): DESEMBER 2011
Publisher : Balai Besar Riset Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15578/jksekp.v1i1.9254

Abstract

Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa telah terjadi degradasi lingkungan di laguna Segara Anakan Dibutuhkan upaya menahan laju degradasi laguna dan mempersiapkan masyarakat untuk merespon kondisi tersebut. Berbagai  ebijakan telah diambil untuk merespon degradasi tersebut seperti pembuatan infrastruktur dan fasilitas dari pemantapan pengelolaan sumberdaya dan program rehabilitasi lingkungan. Terdapat dua kriteria penting untuk memilih suatu implementasi kebijakan dan program, yaitu efektivitas dan efisiensi. Kajian ini mengukur pembiayaan untuk berbagai pilihan kebijakan dengan menggunakan metode survey yang dilaksanakan pada bulan April - May 2010. Kajian ini menggunakan data yang dikumpulkan dari tokoh kunci yang telah ditentukan sesuai tujuan kajian untuk menggambarkan kelompok masyarakat yang memanfaatkan sumberdaya di laguna Segara Anakan. Jumlah total responden adalah 41, yang terdiri dari 25 orang nelayan, 5 orang petani, 5 orang pembudidaya tambak, 2 orang pedagang, dan 2 orang penderes. Sejumlah pertanyaan diajukan untuk mendapatkan informasi tentang jenis insentif, seperti insentif hak kepemilikan, insentif mata pencaharian, insentif pasar, dan insentif fiskal. Hasil kajian menunjukkan bahwa insentif yang tidak langsung seperti pengerukan laguna, budidaya kepiting atau upah untuk yang mau melakukan penanaman mangrove pada lahan tambaknya merepresentasikan pilihan tepat dari pandangan alternatif pengembangan mata pencaharian dari sisi keefektifan pengelolaan lingkungan. Title: Identification of Incentive System of the Resources Management in Segara Anakan Lagoon Several previous research results indicated environmental degradation at the Segara Anakan Lagoon. There is a need to slow down degradation rate of the lagoon and preparing the community to response it. Some policies were implemented to response degradation such as developing infrastructures and facilities and rehabilitation programs. There are two important criteria for setting policies, namely effectiveness and efficiency. This research is to asses costs pertinent to various policy options based on a survey method that was conducted in April- May 2010. This research used data from selected key respondents through purposive sampling to represent clusters of community dwelling at lagoon. Forty-one respondents were selected consisting of 25 fishers, 5 farmers, 5 brackish water pond operators, 2 middlemen, and 2 palm sap tappers. Research questions include information on various kinds of incentives, such as property right incentive, livelihood incentive, market incentive, and fiscal incentive. Research results showed that indirect incentives such as lagoon dredging, crab seedling or salary for those who have willingness to plant mangrove in brackish ponds represented good options from the perspective of alternative livelihood development as well as the effectiveness of environmental management.
STRATEGI DAN KEBIJAKAN PENGELOLAAN TERUMBU KARANG COREMAP DI WILAYAH CORAL TRIANGLE DI INDONESIA TIMUR Siti Hajar Suryawati; Agus Heri Purnomo
Jurnal Kebijakan Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan Vol 2, No 2 (2012): DESEMBER 2012
Publisher : Balai Besar Riset Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15578/jksekp.v2i2.9279

Abstract

Tulisan ini mengusulkan sejumlah rekomendasi untuk perbaikan pengelolaan sumber daya terumbu karang di wilayah Coral Triangle Indonesia, yang didasarkan atas hasil penelitian pada Tahun 2011, di lokasi-lokasi Coral Reef Rehabilitation and Management Program  COREMAP). COREMAP adalah program pengelolaan sumber daya terumbu karang yang merupakan wahana utama Kementerian Kelautan dan Perikanan untuk mengimplementasikan kebijakan  pengelolaan terumbu karang. Kebijakan tersebut dilatar-belakangi oleh degradasi yang terjadi pada sumber daya terumbu karang dan besarnyapotensi serta pentingnya fungsi dari aset alam tersebut. Metode yang diacu untuk penyusunan rekomendasi ini adalah analisis Sistem Sosial Ekologis (SES) dan analisis resiliensi yang mencakup perilaku positif dan negatif dalam pengelolaan sumber daya terumbu karang, dilanjutkan dengan analisis Multi Criteria Decision Making (MCDM) terhadap perilaku-perilaku pengelolaan negatif. Data dalam penelitian ini mencakup aspek sistem sosial-ekologi, kerentanan dan resiliensi, yang diperoleh dari 1.244 responden masyarakat yang dipilih secara purposive dan 182 responden tokoh yang diperoleh dengan teknik snowball serta data sekunder yang diperoleh dari kepustakaan dan dokumentasi terkait. Hasil penelitian ini secara umum merekomendasikan 4 (empat) perbaikan terhadap kebijakan pengelolaan yang ada. Keempat rekomendasi tersebut adalah: 1) Peningkatan efektivitas Kawasan Konservasi Laut Daerah (KKLD) atau Taman Wisata Air Laut (TWAL) melalui penguatan kerjasama masyarakat-pemerintah dalam upaya-upaya menciptakan mata pencaharian alternatif, terutama di sektor non konvensional seperti pariwisata; 2) Memfokuskan pada intensifikasi pembentukan lembaga keuangan yang mendukung permodalan usaha dan perbaikan teknologi; 3) Perbaikan sistem koordinasi pihak terkait dalam pengawasan terhadap sumber daya; dan 4) Perbaikan desain program sosialisasi penggunaan alat tangkap ramah lingkungan. Title: STRATEGI DAN KEBIJAKAN PENGELOLAAN TERUMBU KARANG COREMAP DI WILAYAH CORAL TRIANGLE DI INDONESIA TIMUR This paper proposes recommendations to improve management for the resource management in the Indonesian’s part of Coral Triangle Area, based on a research carried out in the COREMAP locations in 2011. COREMAP is a program introduced by the Ministry of Marine Affairs and Fisheries to implement its policies on coral reef management and conservation. The policies concern the ongoing alarming degradation of the resource and the disappearing physical existence as well as functions of such natural capital. The research methods were Social Ecological System (SES) analysis and resilience analysis covering both negative and positive management practices, followed by a Multi Criteria Decision Making (MCDM) analysis of the negative management practices to come up with prioritized strategy recommendations. Data used consisted of social-ecological system, vulnerability and resilience aspects, collected from 1.244 respondents representing ordinary citizens selected purposively and 182 key persons which were determined following the snowball sampling technique, and secondary drawn upon the documented files of relevant institutions. In general, the recommendation proposed through this paper are as follows: 1) Increasing the effectiveness Regional Marine Conservation Area and Marine Tourism Park by strengthening community-government cooperation aimed at creating alternative livelihood , particularly the nonconventional sectors, more specifically tourism, 2) Focusing on the intensification of the establishment of financial institutions to facilitate better access for business capital provision and technological improvements; 3) improvement of coordination system among local influential institutions in controlling the resource; and 4) improved design of outreach programs on the use of environmentally friendly fishing gear.
MEKANISME PENYALURAN BAHAN BAKAR MINYAK BERSUBSIDI PADA USAHA PERIKANAN TANGKAP SKALA KECIL Siti Hajar Suryawati; Tenny Apriliani
Jurnal Kebijakan Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan Vol 5, No 1 (2015): JUNI 2015
Publisher : Balai Besar Riset Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (558.328 KB) | DOI: 10.15578/jksekp.v5i1.1077

Abstract

Bahan Bakar Minyak (BBM) mempunyai peranan penting dalam peningkatan produktivitasusaha perikanan, khususnya perikanan tangkap. Biaya penggunaan BBM pada usaha perikananmencapai 70% dari biaya operasional melaut. Kondisi inilah yang menjadikan BBM sebagai saranaproduksi yang sangat strategis bagi nelayan. Penyediaan BBM yang memadai, baik dari sisi kuantitasmaupun harga, sangat di butuhkan agar nelayan dapat menggunakan BBM sesuai kebutuhanoperasionalnya. Kebijakan subsidi BBM pada usaha perikanan dimaksudkan untuk membantunelayan agar dapat membeli BBM sesuai kebutuhannya dengan harga lebih murah sehinggaproduktivitas dan pendapatan nelayan meningkat. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji usulantingkat subsidi BBM dan perbaikan pola pendistribusiannya pada usaha perikanan tangkap. Data yangdigunakan data primer dan data sekunder, yang kemudian dianalisis secara deskriptif. Hasil analisismenunjukkan bahwa operasional pendistribusian BBM bersubsidi perlu diawasi agar lebih tepatsasaran sesuai dengan skala usaha penangkapan. Kemudian untuk menjamin tersedianya pasokanBBM bersubsidi dengan harga yang terjangkau nelayan, perlu dilakukan hal-hal sebagai berikut:1) mengaktifkan SPDN yang sudah dibangun namun belum beroperasi; 2) membangun SPBU minikhusus nelayan dengan armada < 5 GT ; dan 3) mengawasi penyaluran BBM bersubsidi agar lebih tepatsasaran.Title: Oil Fuel Subsidized Distribution Mechanism of Small ScaleCapture Fisheries BusinessOil Fuel has an important role in increasing the fisheries productivity, especially capture fisheries.The cost of oil fuel use in fishing effort to 70% of the operating costs. These conditions make the fuelas a means of production are highly strategic for fishers. The provision of adequate fuel both in terms ofquantity and price is in need to encourage fishers to use fuel as needed operations. Policy on fisheriessubsidies are intended to help fishers to be able to buy fuel according to their needs at a cheaperprice so that productivity and fishers incomeincreased. This study aims to assess the proposed level ofsubsidies and improvements in the distribution pattern. The data used primary data and secondary dataand analyzed by using descriptive method. The analysis showed that the distribution of subsidized fueloperations need to be monitored in order to better targeted according to the scale of fishing effort. Then,to ensure the availability of subsidized fuel supply at affordable prices, it needs to : 1) Enable SPDN thatalready built but yet in operation; 2) make the construction of a mini gas station that specializes in servingthe fishing fleet <5 GT; and 3) supervise of distribution of subsidied fuel for the right target.