Claim Missing Document
Check
Articles

Found 11 Documents
Search

EFEK EKSTRAK ETANOL BIJI LABU KUNING (CUCURBITA MOSCHATA DUCHESNE) SEBAGAI ANTELMINTIK PADA CACING GELANG (ASCARIDIA GALLI) Noni Zakiah; Vonna Aulianshah; T. Maulana Hidayatullah; Faridah Hanum
Sel Jurnal Penelitian Kesehatan Vol 7 No 1 (2020): SEL Jurnal Penelitian Kesehatan
Publisher : Balai Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Aceh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22435/sel.v7i1.2341

Abstract

Kegunaan labu kuning di Indonesia masih sebatas daging buah yang dapat diolah menjadi panganan seperti kue basah, kolak dan sayur berkuah. Secara empiris, biji labu kuning telah digunakan untuk mengatasi cacingan. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui mortalitas cacing gelang (Ascaridia galli) dalam ekstrak etanol biji labu kuning (Cucurbita moschata Duchesne). Penelitian ini menggunakan 25 ekor Ascaridia galli yang dibagi menjadi 5 kelompok, kelompok I kontrol negatif menggunakan larutan NaCl fisiologis, kelompok II kontrol positif menggunakan larutan pirantel pamoat 0,5 %, kelompok III, IV dan V berturut-turut menggunakan 25 mg/ml, 50 mg/ml dan 100 mg/ml ekstrak etanol biji labu kuning. Parameter penelitian ini ditentukan dengan melihat persentase nilai skor pasca inkubasi 12 jam, 24 jam, dan 36 jam. Skor 3 diberikan apabila seluruh tubuh Ascaridia galli bergerak, skor 2 diberikan jika hanya sebagian tubuh Ascaridia galli bergerak, skor 1 jika Ascaridia galli diam tetapi masih hidup, dan skor 0 apabila Ascaridia galli mati. Hasil uji in vitro dengan perlakuan 25 mg/ml ekstrak etanol biji labu kuning menyebabkan kematian 3 ekor Ascaridia galli atau 60% pasca inkubasi 36 jam, sedangkan ekstrak etanol biji labu kuning dengan perlakuan 50 mg/ml, 100 mg/ml dan kelompok kontrol positif mengakibatkan kematian 4 ekor Ascaridia galli atau 80% pasca inkubasi 36 jam. Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa ekstrak etanol biji labu kuning (Cucurbita moschata Duchesne) dosis 25 mg/ml, 50 mg/ml, dan 100 mg/ml secara in vitro dalam waktu 36 jam mampu mengakibatkan mortalitas Ascaridia galli. The use of yellow pumpkin in Indonesia is still limited to fruit meat that can be processed into snacks such as soggy cakes, porridge and vegetable soup. This research was conducted to determine the mortality of Ascaridia galli in ethanol extract of yellow pumpkin seeds (Cucurbita moschata Duchesne). This study used 25 Ascaridia galli which were divided into 5 groups, group I was negative control using physiological NaCl solution, group II was positive control using 0.5% pirantel pamoate solution, group III, IV and V respectively used 25 mg / ml, 50 mg/ml and 100 mg/ml ethanol extract of yellow pumpkin seeds. The parameters of this study were determined by looking at the percentage of post-incubation scores 12 hours, 24 hours, and 36 hours. A score of 3 is given if the whole body of Ascaridia galli moves, a score of 2 is given if only part of the body of Ascaridia galli moves, a score of 1 if Ascaridia galli is still but still alive, and a score of 0 if Ascaridia galli dies. In vitro test results with 25 mg/ml ethanol extract of pumpkin seeds caused 3 deaths of Ascaridia galli or 60% after incubation for 36 hours, while ethanol extract of yellow pumpkin seeds treated with 50 mg / ml, 100 mg/ml and positive control group resulting in the death of 4 Ascaridia galli or 80% after 36 hours incubation. From the results of the study concluded that the ethanol extract of yellow pumpkin seeds (Cucurbita moschata Duchesne) doses of 25 mg / ml, 50 mg / ml, and 100 mg / ml in vitro within 36 hours can lead to Ascaridia galli mortality.
POTENSI ANTIMIKROBA EKSTRAK DAUN JAMBLANG (Syzygium cumini L.) DARI KAWASAN GEOTHERMAL IE SEUM ACEH BESAR Munira Munira; Noni Zakiah; Rini Handayani; Muhammad Nasir
Jurnal Insan Farmasi Indonesia Vol 5 No 1 (2022): Jurnal Insan Farmasi Indonesia
Publisher : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan ISFI Banjarmasin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36387/jifi.v5i1.915

Abstract

Jamblang leaf (Syzygium cumini L.) contains several antimicrobial compounds. The content of chemical compounds in a plant is influenced by environmental factors. The Geothermal area of Ie Seum Aceh Besar has a different temperature and pH of the soil. This research was conducted to determine the antimicrobial activity of jamblang leaf ethanol extract which grew inside and outside the geothermal area. This research is experimental laboratories using a complete randomized design (RAL). The study consisted of 3 treatments, namely distilled water, jamblang leaf extract which grew in the Geothermal area of Ie Seum (EDJDKG) and jamblang leaf extract that grew outside the Geothermal area of Ie Seum (EDJLKG) and each 5 replications. The results showed that jamblang leaf ethanol extract that grew inside and outside the geothermal area of Ie Seum was very influential (p = 0,000) in inhibiting the growth of Staphylococcus aureus, Escherichia coli and Candida albican. Duncan's further test results showed that the largest average inhibitory diameter was produced by EDJDKG (19.20 mm) and was not significantly different from EDJLKG (18.00 mm) in inhibiting the growth of S. aureus. As for E. coli EDJDKG of 20.70 mm and significantly different from EDJLKG (18.70 mm).
POTENSI ANTIMIKROBA EKSTRAK DAUN JAMBLANG (Syzygium cumini L.) DARI KAWASAN GEOTHERMAL IE SEUM ACEH BESAR Munira Munira; Noni Zakiah; Rini Handayani; Muhammad Nasir
Jurnal Insan Farmasi Indonesia Vol 5 No 1 (2022): Jurnal Insan Farmasi Indonesia
Publisher : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan ISFI Banjarmasin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36387/jifi.v5i1.915

Abstract

Jamblang leaf (Syzygium cumini L.) contains several antimicrobial compounds. The content of chemical compounds in a plant is influenced by environmental factors. The Geothermal area of Ie Seum Aceh Besar has a different temperature and pH of the soil. This research was conducted to determine the antimicrobial activity of jamblang leaf ethanol extract which grew inside and outside the geothermal area. This research is experimental laboratories using a complete randomized design (RAL). The study consisted of 3 treatments, namely distilled water, jamblang leaf extract which grew in the Geothermal area of Ie Seum (EDJDKG) and jamblang leaf extract that grew outside the Geothermal area of Ie Seum (EDJLKG) and each 5 replications. The results showed that jamblang leaf ethanol extract that grew inside and outside the geothermal area of Ie Seum was very influential (p = 0,000) in inhibiting the growth of Staphylococcus aureus, Escherichia coli and Candida albican. Duncan's further test results showed that the largest average inhibitory diameter was produced by EDJDKG (19.20 mm) and was not significantly different from EDJLKG (18.00 mm) in inhibiting the growth of S. aureus. As for E. coli EDJDKG of 20.70 mm and significantly different from EDJLKG (18.70 mm).
Aktivitas Antibakteri Kombinasi Ekstrak Bawang Putih (Allium sativum Linn), Jahe (Zingiber officinale Roscoe) Dan Kunyit (Curcuma domestica Val) Terhadap Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus aureus Dan Escherichia coli munira munira; Dewi Sarfica; noni zakiah; nunung sri mulyani
JIFS: JURNAL ILMIAH FARMASI SIMPLISIA Vol. 1 No. 2 (2021): Desember 2021
Publisher : Jurusan Farmasi, Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Aceh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Bakteri merupakan salah satu mikroorganisme penyebab infeksi. Pencegahan dan pengobatan penyakit infeksi dapat dilakukan menggunakan tanaman obat, antara lain bawang putih dan jahe serta kunyit. Penelitian ini bersifat eksperimental menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari 8 perlakuan dalam 3 kali ulangan yaitu aquades, perbandingan 3:3:3, 3:2:1, 3:1:2, 1:2:3, 2:1:3, 1:3:2, dan 3:2:1. Uji mikrobiologi menggunakan metode difusi cakram. Hasil Anova menunjukkan bahwa ekstrak kombinasi bawang putih, jahe dan kunyit sangat berpengaruh terhadap aktivitas pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan Escherichia coli. Rata-rata diameter zona hambat yang terbesar adalah ekstrak kombinasi Bawang putih, jahe dan kunyit pada perbandingan 1:2:3 sebesar 16,67 mm dan yang terkecil pada perbandingan 2:3:1 sebesar 12,50 mm dalam menghambat Staphylococcus aureus. Rata-rata diameter zona hambat yang terbesar adalah ekstrak kombinasi Bawang putih, jahe dan kunyit pada perbandingan 3:3:3 sebesar 10,16 mm dan yang terkecil pada perbandingan 2:3:1 sebesar 8,66 mm dalam menghambat Eschericia coli. Penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ekstrak kombinasi bawang putih, jahe dan kunyit sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococus aureus dan Eschericia coli pada perbandingan 1:2:3 sebesar 16,67 mm dan perbandingan 3:3:3 sebesar 10,16 mm.
Formulasi dan uji aktivitas sediaan gargarisma ekstrak etanol daunkari (Murraya Koenigii (L) Spreng) terhadap pertumbuhan candida Albicans Rasidah Rasidah; Seli Noviyana; munira munira; Noni Zakiah
JIFS: JURNAL ILMIAH FARMASI SIMPLISIA Vol. 1 No. 1 (2021): Juni 2021
Publisher : Jurusan Farmasi, Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Aceh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Daun kari (Murraya koenigii (L) Spreng) mengandung fenolik, alkaloid, terpenoid, steroid, flavonoid, dan saponin. Pada penelitian ini ekstrak daun kari diformulasi menjadi sediaan gargarisma dan kemudian menguji efektivitas sediaan terhadap pertumbuhan Candida albicans. Daun kari diekstrak dengan metode maserasi menggunakan etanol 96%. Ekstrak daun kari dibuat sediaan gargarisma F1 (8,75%,), F2 (9,375%), dan F3 (12,5%). Evaluasi stabilitas sediaan gargarisma yang dilakukan meliputi uji kekeruhan, uji organoleptis, uji penetapan massa jenis, uji viskositas dan uji pH. Uji aktivitas antijamur menggunakan metode difusi agar  dan media Potato Dextrose Agar (PDA). Hasil evaluasi sediaan, F1 memenuhi semua persyaratan uji stabilitas dan hasil uji daya hambat ekstrak daun kari terhadap pertumbuhan jamur Candida albicans F1, F2 dan F3 dengan diameter zona hambat secara berturut-turut adalah 9,58 mm, 10,75 mm, dan 14,58 mm. Berdasarkan hasil analisa data dengan uji anova F1, F2 dan F3  sangat berpengaruh (P = 0,000) terhadap pertumbuhan Candida albicans. Hasil uji lanjut Tukey HSD menunjukkan tidak ada perbedaan yang nyata antar perlakuan (P>0,05). Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ekstrak etanol daun kari dapat diformulasi menjadi sediaan gargarisma dan dapat menghambat pertumbuhan Candida albicans.
Uji efektivitas ekstrak etanol kulit batang delima (Punica Granatum L) sebagai antelmintik terhadap cacing Ascaridia galli Sscara In Vitro Maria Irwani Irwani; Nadya Ulfa Sari; Noni Zakiah; munira munira
JIFS: JURNAL ILMIAH FARMASI SIMPLISIA Vol. 1 No. 1 (2021): Juni 2021
Publisher : Jurusan Farmasi, Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Aceh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kulit batang delima (Punica granatum L) merupakan salah satu pilihan tanaman obat tradisional yang mengandung senyawa seperti flavonoid, saponin, tanin, dan alkaloid yang memiliki potensi sebagai antelmintik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek antelmintik cacing Ascaridia galli akibat dari pemberian ekstrak etanol kulit batang delima (Punica granatum L). Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan 5 kelompok perlakuan yaitu kontrol negatif (NaCl 0,9%), kontrol positif (pirantel pamoat 0,5%), dan kelompok yang diberikan ekstrak etanol kulit batang delima dengan konsentrasi 25 mg/mL, 50 mg/mL, dan 75 mg/mL. Objek penelitian yang digunakan adalah cacing Ascaridia galli sebanyak 25 ekor. Pengamatan dilakukan setiap 12 jam selama 36 jam. Pengamatan dilakukan dengan mengindentifikasi cacing mengalami kematian, paralisis atau normal. Hasil penelitian menunjukkan kelompok kontrol negatif cacing mati 40% pasca inkubasi 36 jam, kelompok kontrol positif cacing mati 100% pasca inkubasi 24 jam. Kelompok yang diberikan ekstrak etanol kulit batang delima dengan konsentrasi 25 mg/mL, 50 mg/mL, dan 75 mg/mL menunjukkan bahwa pasca inkubasi 12 jam dan 24 jam sudah menyebabkan kematian pada cacing. Penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ekstrak etanol kulit batang delima (Punica granatum L) dapat memberikan efek antelmintik pada cacing Ascaridia galli. Konsentrasi ekstrak 75 mg/mL lebih efektif sebagai antelmintik dibandingkan dengan konsentrasi 25 mg/mL dan 50 mg/mL.
Uji efek antidepresan ekstrak metanol biji kedelai (Glycine Max (L.) Merr.) terhadap mencit putih jantan Burdah Ali; Sagita Rahmadhani; Noni Zakiah; amelia sari
JIFS: JURNAL ILMIAH FARMASI SIMPLISIA Vol. 1 No. 1 (2021): Juni 2021
Publisher : Jurusan Farmasi, Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Aceh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Depresi merupakan suatu masalah kesehatan dalam masyarakat yang dapat dikatakan cukup serius yang merupakan salah satu penyebab utama dari kejadian bunuh diri (suicide). Adapun salah satu tanaman obat yang diperkirakan dapat mengatasi depresi adalah biji kedelai (Glycine max (L.) Merr). Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan efek antidepresan dan dosis yang paling kuat dari ekstrak metanol biji kedelai (Glycine max (L.) Merr). Metode yang digunakan dalam ekstraksi yaitu secara maserasi dengan pelarut metanol, sedangkan metode yang digunakan untuk uji antidepresan yaitu FST (Forced Swim Test) disini melihat immobility time (waktu diam) menggunakan 24 ekor mencit yang terbagi atas 4 perlakuan yaitu kontrol negatif, kontrol positif, dosis 300 mg/kg dan 500 mg/kg BB yang diberikan secara oral. Data yang diperoleh diuji secara statistik. Hasil menunjukkan bahwa immobility time dengan pemberian ekstrak dosis 300 mg/kg BB dengan 500 mg/kg BB bila dibandingkan dengan pemberian kontrol negatif menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan dengan nilai 0,003 (<0,05) dan 0,000 (<0,05), yang berarti antara kontrol negatif dengan kedua dosis memiliki efek sebagai antidepresan. Berdasarkan rata-rata waktu diam paling panjang yaitu kontrol negatif (167,67detik) sedangkan paling pendek yaitu dosis 500 mg/kg BB (98,50 detik) membuktikan bahwa efek yang paling kuat adalah dosis tertinggi ekstrak biji kedelai sebagai antidepresan. Dapat disimpulkan bahwa ekstrak biji kedelai memberikan efek antidepresan dan pada dosis 500 mg/kg BB adalah dosis yang memberikan efek antidepresan paling kuat pada mencit jantan.
Tingkat Pengetahuan Masyarakat Terhadap Penggunaan Daun Salam (Syzygium polyanthum) Sebagai Antidiabetes Di Gampong Alue Majron Kecamatan Syamtalira Bayu Aceh Utara Misbahul Fata; Berwi Fazri Pamudi; Rini Handayani; Noni Zakiah
JIFS: JURNAL ILMIAH FARMASI SIMPLISIA Vol. 2 No. 2 (2022): Desember 2022
Publisher : Jurusan Farmasi, Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Aceh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Diabetes mellitus (DM) merupakan suatu penyakit menahun yang ditandai dengan kenaikan kadar glukosa darah. Menurut International Diabetes Federation (IDF), Indonesia menempati urutan ke-6 dengan 10,3 juta penderita pada tahun 2022. Penyakit diabetes mellitus sangat berpengaruh terhadap kualitas sumber daya manusia. Saat ini dunia kesehatan mulai menyadari bahaya dibalik penggunaan obat modern yang berlebihan, sehingga perhatian dunia kini beralih ke pengobatan tradisional. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan masyarakat Gampong Blang Awe Kecamatan Syamtalira Bayu Aceh Utara tentang penggunaan daun salam sebagai antidiabetes. Penelitian ini bersifat deskriptif kuantitatif dengan pendekatan cross sectional. Sampel dalam penelitian ini adalah masyarakat yang menderita penyakit diabetes mellitus yaitu sebanyak 31 orang. Hasil analisis data diperoleh bahwa pengetahuan masyarakat Gampong Blang Awe Kecamatan Syamtalira Bayu tentang penyakit diabetes mellitus yang berada pada kategori baik sebanyak 26 responden (84%) dan pengetahuan masyarakat tentang penggunaan daun salam sebagai antidiabetes yang berada pada kategori baik sebanyak 21 responden (68%). Sehingga dapat disimpulkan bahwa masyarakat Gampong Blang Awe Kecamatan Syamtalira Bayu berpengetahuan baik tentang penggunaan daun salam sebagai antidiabetes. Kondisi ini menjadi potensi dan kekuatan yang baik bagi masyarakat Gampong Blang Awe Kecamatan Syamtalira Bayu Aceh Utara dalam penanganan penyakit diabetes mellitus.
Manfaat Famili Zingiberaceae Terhadap Imunomodulator COVID-19 Dina Masyithah; Noni Zakiah; Berwi F Pamudi; Rini Handayani
JIFS: JURNAL ILMIAH FARMASI SIMPLISIA Vol. 3 No. 1 (2023): Juni 2023
Publisher : Jurusan Farmasi, Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Aceh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Sistem imun berperan penting dalam mempengaruhi infeksi penyakit Corona Virus Disease-19 (COVID-19). Tanaman lokal Indonesia dapat dimanfaatkan sebagai imunomodulator dalam penanganan COVID-19 seperti family Zingiberaceae. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memberikan informasi dengan mengidentifikasi mengenai manfaat tanaman dari famili Zingiberaceae terhadap imunomodulator untuk mencegah penyakit infeksi Corona Virus Disease-19 (COVID-19). Metode yang digunakan dalam penyusunan penelitian ini menggunakan pendekatan literature review. Data yang dikumpulkan berupa literatur primer dan sekunder serta mencantumkan 3 kata kunci yaitu: Zingiberaceae, imunomodulator, dan Corona Virus Disease-19 (COVID-19). Data dianalisis dengan cara mendeskripsikan aspek yang diteliti mencakup identifikasi, penilaian, dan interpretasi dalam penelitian ini. Adapun hasil kajian dalam penelitian ini adalah bahwa tanaman famili Zingiberaceae seperti Zingiber officinale Var. Rubrum (Akar dan Rimpang), Curcuma xanthorrhiza Roxb (Rimpang), Curcuma domestica Linn (Rimpang), Kaemferia galanga L (Rimpang), memiliki aktivitas sebagai imunostimulan. Maka dari itu, penggunaan tanaman-tanaman sebagai imunomodulator perlu diperhatikan karena memiliki komponen manfaat farmakologi yang beragam.
Antibakteri PERBANDINGAN AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL KULIT MELINJO HIJAU DAN MERAH (Gnetum gnemon L) TERHADAP Staphylococcus aureus: PERBANDINGAN AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL KULIT MELINJO HIJAU DAN MERAH (Gnetum gnemon L) TERHADAP Staphylococcus aureus diva nadia humaira; Noni Zakiah; Vonna Aulianshah
JIFS: JURNAL ILMIAH FARMASI SIMPLISIA Vol. 3 No. 1 (2023): Juni 2023
Publisher : Jurusan Farmasi, Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Aceh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Along with the increase in bacterial resistance in the world of health, it is necessary to find new drugs. Melinjo skin has components of bioactive compounds that are thought to have antibacterial potential. this research aims to determine the antibacterial in inhibition ability of the ethanol extract of green and red melinjo peels (Gnetum gnemon L) againts Staphylococcus aureus. This research was experimental, the antibacterial test used the disc diffusion method with a Completely Randomized Design (CRD) which was divided into 3 treatments namely aquades (P0) green melinjo peel extract (P1) red melinjo peel extract (P2) with 6 repetitions each. Phytochemical test results showed that the ethanol extract of green and red melinjo peels contained alkaloids, steroids, terpenoids, flavonoids, phenolics and tannins. The result of the ANOVA test showed that the ethanol extract of green and red melinjo peels was very influential in inhibiting the growth of Staphylococcus aureus (P=0,000). Further Duncan test results showed that the largest average diameter of the inhibiyion zone was the green melinjo peel extract (15,9 mm) and was significantly different from the red melinjo peel extract (10 mm). Green and red melinjo peel extract can inhibit Staphylococcus aureus`