Claim Missing Document
Check
Articles

Site selection for seaweed culture at Gerupuk Bay - West Nusa Tenggara using remote sensing and GIS Kukuh Nirmala; Arlina Ratnasari; Syarif Budiman
Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 13 No. 1 (2014): Jurnal Akuakultur Indonesia
Publisher : Indonesian Society of Scientific Aquaculture (ISSA)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (4196.88 KB) | DOI: 10.19027/jai.13.73-82

Abstract

ABSTRACT Site selection for seaweed culture faces some problems that require more cost, time, and energy. Technology such as remote sensing and geographic information systems (GIS) were regarded as good solutions for site selection to increase seaweed culture. The aim of this study was to analyze suitable location for seaweed culture at Gerupuk Bay, West Nusa Tenggara. The site selection used Landsat 8 satellite with sea surface temperature (SST), total suspended matter (TSM), and protected location as the parameters. Each parameters were processed using Er Mapper 7.0 software and then Arcview GIS 3.2 software to create the thematic GIS map. Site selection for seaweed culture could be determined by maps overlay technique. The results of this study showed that the most suitable site for seaweed culture at Gerupuk Bay was 342.44 ha (25.22%), moderate suitable site was 190.78 ha (14.05%), and unsuitable site was 669.32 ha (49.3%). Keywords: GIS, remote sensing, location suitability, seaweed culture  ABSTRAK Penentuan lokasi budidaya rumput laut sering mengalami kendala yang membutuhkan banyak biaya, waktu, dan tenaga. Teknologi berupa penginderaan jauh (inderaja) dan sistem informasi geografis (SIG) menjadi solusi yang baik dalam penentuan lokasi yang sesuai untuk pengembangan budidaya rumput laut. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kesesuaian lokasi budidaya rumput laut perairan Teluk Gerupuk, Nusa Tenggara Barat. Penentuan kesesuaian lokasi budidaya rumput laut menggunakan citra satelit Landsat 8 dengan parameter suhu permukaan laut (SPL), muatan padatan tersuspensi (MPT), dan keterlindungan. Parameter tersebut diolah menggunakan perangkat lunak Er Mapper 7.0 kemudian dilakukan pengolahan SIG menggunakan perangkat lunak Arcview GIS 3.2 sehingga dihasilkan peta tematik. Peta tematik tersebut ditumpang susun sehingga dihasilkan peta kesesuaian lokasi budidaya rumput laut. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa lokasi yang sesuai untuk budidaya rumput laut di Teluk Gerupuk adalah 342,44 ha (25,22%), luas lokasi cukup sesuai adalah 190,78 ha (14,05%), dan luas lokasi tidak sesuai adalah 669,32 ha (49,3%). Kata kunci: SIG, penginderaan jauh, kecocokan lokasi, budidaya rumput laut
Effect of electrical field on gonadal development of goldfish in saline media Kukuh Nirmala; Ahmad Habibie; Harton Arfah
Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 14 No. 1 (2015): Jurnal Akuakultur Indonesia
Publisher : Indonesian Society of Scientific Aquaculture (ISSA)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2938.394 KB) | DOI: 10.19027/jai.14.9-17

Abstract

ABSTRACT The aim of this study was to evaluate the effect of electric field exposure duration at the voltage of 10 volt on goldfish Carassius auratus auratus gonadal development maintained in 3 ppt salinity media. The experiment consisted of four treatments in triplicates i.e. control, two, four, and six minutes of electrical-field exposure. The experiment design used was completely randomized design. Fish used was female goldfish at the density of 4 fish/aquarium with an average total length of 12.27±0.05 cm and average body weight of 22.29±0.54 g. Result of study showed that the electrical-field exposure at 10 volt for all duration treatments in 3 ppt of media salinity did not give significant effect on gonadosomatic index (GSI) and gonadal development of goldfish. Keywords: electrical field, Carassius auratus auratus, gonad, salinity  ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah untuk mengevaluasi pengaruh lama waktu pemaparan medan listrik dengan voltase 10 volt terhadap perkembangan gonad ikan komet Carassius auratus auratus yang dipelihara pada media bersalinitas 3 ppt. Perlakuan pada penelitian ini terdiri atas empat perlakuan, yaitu: perlakuan kontrol, dua, empat, dan enam menit. Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap dengan empat perlakuan dan tiga ulangan. Ikan uji yang digunakan adalah ikan komet betina. Jumlah ikan yang digunakan adalah 4 ekor/akuarium dengan panjang total rata-rata 12,27±0,05 cm dan bobot tubuh rata-rata 22,29±0,54 g. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian medan listrik sebesar 10 volt dengan lama waktu pemaparan medan listrik pada semua perlakuan durasi di media pemeliharaan bersalinitas 3 ppt tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap parameter indeks gonadosomatik (GSI) dan perkembangan gonad ikan komet. Kata kunci: medan listrik, Carassius auratus auratus, gonad, salinitas
Growth of off-flavours-caused phytoplankton in milkfish culture fertilized with different N:P Rahmadi Azis; Ridwan Affandi; Kukuh Nirmala; Triheru Prihadi
Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 14 No. 1 (2015): Jurnal Akuakultur Indonesia
Publisher : Indonesian Society of Scientific Aquaculture (ISSA)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (3018.594 KB) | DOI: 10.19027/jai.14.58-68

Abstract

ABSTRACT Milkfish culture in ponds currently use inorganic fertilizers for growing phytoplankton. Giving of urea and SP (superphosphate) too much in the pond environment will cause eutrophication and often cause fish smell of mud (off-flavours). Off-flavours in fish is caused by two chemical compounds those are geosmin and 2-methylisoborneol (MIB). Research was performed to evaluate the growth of off-flavours-caused phytoplankton in milkfish culture fertilized by different N:P. This study used nine ponds. Ponds are used for fish rearing area of 600 m2. Fish reared in ponds at the density of 1 fish/m2 for 90 days. The study were showed that types of phytoplankton obtained were the phylum Chlorophyta, Cyanophyta, Bacillariophyta, Dinoflagellate, Glaocophyta, and Euglenophyta. Percentage abundance of phytoplankton that produced geosmin and MIB (Cyanophyta) in each treatment was less than 50% of the percentage of total phytoplankton. Organoleptic scores showed that the treatment pond G (N:P ratio 4) score of 7 (not fresh, no off-flavours). Organoleptic scores of treatments with N:P ratio 5, 15 and 30 in pond A (freshwater pond) and pond B (brackish water pond) were 8 (fresh, no off-flavours). Keywords: extensive pond-culture, phytoplankton, N:P ratio, organoleptic  ABSTRAK Budidaya bandeng di tambak saat ini menggunakan pupuk anorganik untuk menumbuhkan fitoplankton. Pemberian pupuk urea dan SP (superphosphate) yang berlebihan pada lingkungan budidaya akan menyebabkan kondisi perairan tersebut menjadi sangat subur dan sering menyebabkan ikan bau lumpur off-flavours. Bau lumpur di ikan disebabkan oleh dua senyawa kimia yaitu geosmin dan 2-methylisoborneol (MIB). Penelitian dilakukan untuk menguji pertumbuhan fitoplankton penyebab bau lumpur pada tambak ikan bandeng dipupuk dengan N:P berbeda. Penelitian ini menggunakan sembilan petak tambak. Tambak yang digunakan berukuran 600 m2. Ikan ditebar di tambak dengan kepadatan 1 ikan/m2 dan dipelihara selama 90 hari. Hasil penelitian menunjukkan fitoplankton yang didapatkan antara lain berasal dari filum Chlorophyta, Cyanophyta, Bacillariophyta, Dinoflagellata, Glaocophyta, dan Euglenophyta. Kelimpahan fitoplankton Cyanophyta lebih kecil dibandingkan dengan fitoplankton bukan Cyanophyta yaitu di bawah 50%. Skor organoleptik perlakuan tambak G (rasio N:P 4) yaitu 7 (kurang segar, tidak bau lumpur). Skor organoleptik perlakuan rasio N:P 5, 15, dan 30 di tambak A (tambak air tawar) dan tambak B (tambak air payau) adalah 8 (segar, tidak bau lumpur). Kata kunci: budidaya kolam ekstensif, fitoplankton, rasio N:P, organoleptik
The effectiveness of Lemna perpusilla as phytoremediation agent in giant gourami culture media on 3 ppt Alexander Burhani Marda; Kukuh Nirmala; Enang Harris; Eddy Supriyono
Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 14 No. 2 (2015): Jurnal Akuakultur Indonesia
Publisher : Indonesian Society of Scientific Aquaculture (ISSA)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (3077.813 KB) | DOI: 10.19027/jai.14.122-127

Abstract

ABSTRACT The wasted from feed and feces containt nitrogen and phosphorus can decreased fertility and feability water quality. Lemna perpusilla (duckweed) is prospective to use as an agent of phytoremediation of organic waste and can used as animal feed because it has high protein content. Meanwhile water salinity could be accelerate the growth of giant gourami. The aim of this research was to analyze the ability of L. perpusilla in absorbing nutrients nitrogen and phosphorus in water salinity of 3 ppt. The research was conducted four treatments and three replications. The treatments were A (L. perpusilla and 3 ppt salinity), B (L. perpusilla, 3 ppt salinity and filter), C (L. perpusilla, 3 ppt salinity and aeration), and D (L. perpusilla, 3 ppt salinity, filter and aeration). Experiment were carried in aquaria 50×33×50 cm3 in size with density of gourami fish 150/49.5 L for one month. The results showed that the ability of L. perpusilla to absorb N and P decreased from the beginning of the study due to lack of nutrient source of N and P in the aquaculture media, but increased because the impact of the feeding and  metabolism of the gourami. There was no different treatment effect for decreased N and P (P> 0.05). The highest nitrite level was found in D treatment, it means that L. perpusilla not be able to absorb  N and P in the media 3 ppt salinity. However, the addition of 3 ppt salinity gives the best results for the survival rate and feed efficiency ratio. Keywords: phytoremediation, Lemna perpusilla, giant gourami fish, nitrogen and phosphorus  ABSTRAK Limbah pakan dan feses yang mengandung nitrogen dan fosfor dapat menyebabkan penurunan kesuburan dan kelayakan kualitas air. Lemna perpusilla (duckweed) baik digunakan sebagai agen fitoremediasi organik untuk limbah dan dapat digunakan sebagai pakan hewan karena mengandung protein yang tinggi, sementara media bersalinitas mampu mempercepat pertumbuhan ikan gurami. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis kemampuan L. perpusilla dalam mengabsorbsi nutrisi nitrogen dan fosfor pada air bersalinitas 3 ppt. Penelitian ini terdiri atas lima perlakuan dan tiga ulangan. Perlakuan yang diberikan adalah A (L. perpusilla dan salinitas 3 ppt), B (L. perpusilla, salinitas 3 ppt dan filter), C (L. perpusilla, salinitas 3 ppt dan aerasi), dan D (L. perpusilla, salinitas 3 ppt, aerasi dan filter). Akuarium yang digunakan berukuran 50×33×50 cm3 dengan kepadatan ikan gurami 150 ekor/49,5 L dan waktu pemeliharaan selama satu bulan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kemampuan L. perpusilla menyerap limbah N dan P berkurang dari awal penelitian karena kurangnya sumber nutrisi N dan P pada media pemeliharaan, namun beranjak meningkat yang berdampak dari adanya pemberian pakan dan sisa metabolisme dari ikan gurame. Tidak ada perlakuan yang berpengaruh terhadap pengurangan N dan P (P>0,05). Nilai nitrit tertinggi terdapat pada perlakuan D, hal ini berarti bahwa L. perpusilla tidak mampu untuk menyerap limbah N dan P pada media bersalinitas 3 ppt. Namun penambahan salinitas 3 ppt memberikan hasil yang terbaik bagi derajat kelangsungan hidup ikan gurami dan efisiensi pakan. Kata kunci: fitoremediasi, Lemna perpusilla, ikan gurami, nitrogen dan fosfor 
Addition of CaCO3 to culture media at the salinity of 3 g/L for freshwater tambaqui growth Yuni Puji Hastuti; Chandra Yudistira; Kukuh Nirmala; Wildan Nurusallam; Kurnia Faturochman
Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 15 No. 1 (2016): Jurnal Akuakultur Indonesia
Publisher : Indonesian Society of Scientific Aquaculture (ISSA)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (3290.803 KB) | DOI: 10.19027/jai.15.32-40

Abstract

ABSTRACT Increasing of freshwater tambaqui Colossoma macropomum demand makes the farmers increase the production of the consumption fish and seed. Acceleration of the production cycle can increase total production level, and reduce the level of osmotic work can be used to improve fish growth. This study aimed to analyze the effect of the addition of calcium carbonate (CaCO3) in the saline medium of 3 g/L on the growth of freshwater tambaqui juvenile. Tambaqui used has a body length of 1.93 ± 0.1 cm and weight of 0.26 ± 0.03 g. The experiment used 15 units of aquarium at size of 30×15×25 cm3 and filled with 9 L of saline water, then added lime CaCO3 according to treatment. The treatments were control (0 mg/L CaCO3), A (50 mg/L CaCO3), B (100 mg/L CaCO3), C (150 mg/L CaCO3), and D (200 mg/L CaCO3). The study was conducted for 30 days of maintenance. Fishes were fed on bloodworms ad libitum or provided three times a day. The results showed that survival, daily growth rate, and absolute length growth of the CaCO3 treatments significantly higher (P<0.05) that that of control.  Furthermore, survival, daily growth rate, and absolute length growth among the CaCO3 treatments were the same.  Thus, addition CaCO3 of 50 mg/L saline water of 3 g/L can be applied to increase culture performance of freshwater tambaqui. Keywords: freshwater tambaqui, CaCO3, salinity  ABSTRAK Permintaan terhadap ikan bawal air tawar Colossoma macropomum yang semakin meningkat membuat pembudidaya menambah produksi ikan konsumsi dan benih. Percepatan siklus produksi dapat meningkatkan total produksi budidaya, dan energi dari optimasi kerja osmotik dapat dialokasikan untuk pertumbuhan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh penambahan kalsium karbonat (CaCO3) pada media bersalinitas terhadap pertumbuhan benih ikan bawal air tawar. Benih ikan bawal yang digunakan memiliki panjang 1,93±0,1 cm dengan bobot 0,26±0,03 g. Akuarium yang digunakan berukuran 30×15×25 cm3 sebanyak 15 unit dan diisi air bersalinitas 3 g/L sebanyak 9 L, kemudian ditambahkan kapur CaCO3 sesuai perlakuan. Dosis setiap perlakuan terdiri atas kontrol (0 mg/L CaCO3), A (50 mg/L CaCO3), B (100 mg/L CaCO3), C (150 mg/L CaCO3), dan D (200 mg/L CaCO3). Penelitian dilakukan selama 30 hari pemeliharaan dengan pemberian pakan cacing sutra secara ad libitum atau diberikan tiga kali sehari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa derajat kelangsungan hidup, laju pertumbuhan harian, dan panjang mutlak pada perlakuan penambahan kapur CaCO3 lebih tinggi (P<0,05) daripada kontrol. Sementara itu, derajat kelangsungan hidup, laju pertumbuhan harian, dan panjang mutlak antarperlakuan penambahan kapur CaCO3 tidak berbeda. Dengan demikian, penambahan CaCO3 sebanyak 50 mg/L air dapat diterapkan untuk perbaikan performa budidaya ikan. Kata kunci: ikan bawal air tawar, CaCO3, salinitas
Penentuan bobot kayu apu Pistia stratiotes L. sebagai fitoremediator dalam pendederan ikan gurami Lac. ukuran 3 cm Kukuh Nirmala; Sulistia Wardani; Yuni Puji Hastuti; Wildan Nurusallam
Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 15 No. 2 (2016): Jurnal Akuakultur Indonesia
Publisher : Indonesian Society of Scientific Aquaculture (ISSA)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (3326.098 KB) | DOI: 10.19027/jai.15.2.180-188

Abstract

ABSTRACT The use of high stocking density in nursery causes a decrease of  water quality. Technology that can be used to solvethe low water quality in nursery of giant goramy was phytoremediation using Pistia stratiotes L. Purpose of this research was to determine the best weight ratio between P. stratiotes L. and 33 L water in nursery giant goramy size 3 cm. Giant goramy size 3 cm was maintained in an aquarium and was treated with different weight of P. stratiotes L. consisted of 45 g, 90 g, 135 g, and controls P. stratiotes L. 0 g. Cleaning and water change was done once a week. This research showed that the treatment of P. startiotes L. 45g/33 L water gave the best result in survival rate, absolute length of the growth, specific growth rate, feed efficiency and economically profitable. Keywords: phytoremediation, water lettuce, Osphronemus goramy L., nursery  ABSTRAK Penggunaan padat tebar tinggi pada pendederan ikan gurami mengakibatkan kualitas air menjadi buruk. Salah satu teknologi yang bisa digunakan untuk mengatasi kualitas air yang buruk pada pendederan ikan gurami adalah fitoremediasi menggunakan tanaman kayu apu. Tujuan penelitian ini adalah menentukan bobot kayu apu dengan volume air 33 L pada pendederan ikan gurami ukuran 3 cm. Ikan gurami ukuran 3 cm dipelihara di dalam akuarium dan diberi perlakuan bobot tanaman kayu apu berbeda yaitu 45 g, 90 g, dan 135 g, serta kontrol  (kayu apu 0 g). Penyiponan dan pergantian air dilakukan setiap satu minggu sekali. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan kayu apu 45 g/33 L air menunjukkan hasil tingkat kelangsungan hidup, pertumbuhan panjang mutlak, laju pertumbuhan bobot harian, efisiensi pakan yang paling baik, serta lebih menguntungkan dibandingkan dengan perlakuan kontrol (kayu apu 0 g). Kata kunci: fitoremediasi, kayu apu, Oshpronemus goramy L., pendederan 
Survival and growth responses of snakehead fish Channa striata Bloch. juvenile in aerated and unaerated acid sulfate water , Purnamawati; Daniel Djokosetiyanto; Kukuh Nirmala; Enang Harris Surawidjaja; Ridwan Affandi
Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 16 No. 1 (2017): Jurnal Akuakultur Indonesia
Publisher : Indonesian Society of Scientific Aquaculture (ISSA)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (3193.335 KB) | DOI: 10.19027/jai.16.1.60-67

Abstract

ABSTRACT  The aim of the research was to analyze survival rate, specific growth rate, albumin, and feed efficiency and physiological (blood glucose, cortisol, dan haemoglobin) responses of snake head fish juvenil that reared at aerated and unaerated of tidal land water have been conducted in the laboratory. Experiments using completely randomized design with aerated and unaerated as a treatment, and each treatment has twelve replications. The snakehead fish juvenil wich length 2.4±0.2 cm and weight of 0.21±0.05 g reared in the aquarium that are size 30×25×35 cm (water volume 25 L) with a stocking density 2 juvenile/L, for 40 days. The fishes were fed with commercial feed with protein content about 40%, feeding two times a day (morning and afternoon) were at satiation. Replacement of water done every two days about 10% of the total water volume in the aquarium. The results showed that unaerated median significantly affected to biometric and physiological response of juvenile of snake head fish. The media un-aerated gives the best results shown by the higher value of survival (92%), specific growth rate (6.73%/ day), feed efficiency (78.22%), protein retention (41.91%), energy retention (30.81%) value of albumin (6.60 g/100 mL) and the haemoglobin (5.58 g/dL), and have the lowest value of cortisol (21.49 ng/L) and blood glucose (43.36 mg/100 mL). Keywords: acid sulfate water, growth rate, aeration, Channa striata   ABSTRAK  Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis respons kelangsungan hidup, pertumbuhan spesifik, albumin, dan efisiensi pakan dan fisiologis (kortisol, glukosa darah, dan hemoglobin) juvenil ikan gabus yang dipelihara dengan dan tanpa aerasi pada media air rawa pasang surut. Penelitian menggunakan rancangan acak lengkap dengan aerasi dan tanpa aerasi sebagai perlakuan, dan masing-masing perlakuan memiliki 12 ulangan. Juvenil ikan gabus berukuran panjang 2,4±0,3 cm dan bobot 0,21±0,03 g dipelihara dalam akuarium 30×25×35 cm (volume 25 L) dengan padat tebar 2 ekor/L, selama 40 hari. Ikan diberi pakan berupa pakan komersial dengan kadar protein ±40%, pemberian pakan dua kali sehari (pagi dan sore) at satiation. Penggantian air dan penyiponan dilakukan dua hari sekali sebanyak 10% dari volume total dalam akuarium. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan tanpa aerasi berpengaruh nyata terhadap respons biometrik dan fisiologis juvenil ikan gabus. Media tanpa aerasi memberikan hasil yang lebih baik ditunjukkan oleh kelangsungan hidup (92%), laju pertumbuhan spesifik (6,73%/ hari), efisiensi pakan (78,22%), retensi protein (41,91%), retensi energi (30,81%), kadar albumin (6,60 g/100 mL), dan hemoglobin (5,85 g/dL) yang lebih tinggi, sedangkan kadar kortisol (219 ng/L) dan glukosa darah (43,36 mg/100 mL) yang terendah. Kata kunci: media sulfat masam, pertumbuhan, aerasi, Channa striata
Application of gamal Gliricidia sepium leaves compost as depuration agent of leads (Pb) in the body organ of red tilapia Oreochromis sp. , Robin; Kukuh Nirmala; Enang Harris; Ridwan Affandi; Dedi Jusadi
Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 16 No. 1 (2017): Jurnal Akuakultur Indonesia
Publisher : Indonesian Society of Scientific Aquaculture (ISSA)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (3275.112 KB) | DOI: 10.19027/jai.16.1.83-91

Abstract

ABSTRACT  This study was aimed to perform depuration of Pb contained in tilapia body. The experiments were conducted in aquarium using compost of Gliricidia sepium leaf at a concentration of 10g/L, 20 g/L, 30 g/L, 40 g/L, and 0 g/L (control). The result showed that Pb level in fish muscle immersed with compost of Gliricidia leaf at a dose of 30 g/L for five days successfully decreased to a safe limit for human consumption (<0.3 mg/kg). However, decrease of Pb level in fish liver and kidney to finally reach the safe limit required seven days. Decreasing level of lead in the organs of experimental fish along with the increasing level of Pb in compost and maintenance media indicated that Pb accumulated in fish were released into the maintenance media by compost through chelation process. To conclude, compost of G. sepium leaves can be used as the material for depuration of Pb in the body of tilapia Keywords: humic acid, fulvic acid, depuration, Gliricidia leaves, lead, red tilapia  ABSTRAK  Penelitian ini bertujuan untuk mendepurasi Pb yang terkandung di tubuh ikan nila. Percobaan dilakukan di dalam akuarium menggunakan kompos daun gamal pada konsentrasi 10 g/L, 20 g/L, 30 g/L, 40 g/L, dan 0 g/L (kontrol). Hasil penelitian menunjukkan bahwa, Pb di daging ikan yang direndam dengan kompos daun gamal pada konsentrasi 30 g/L selama lima hari, kadarnya menurun hingga batas aman untuk dikonsumsi manusia (<0,3 mg/ kg). Penurunan Pb di hati dan ginjal untuk mencapai kadar aman membutuhkan waktu yang lebih lama, yakni tujuh hari. Seiring dengan menurunnya kadar Pb dalam organ ikan uji, kisaran Pb dalam kompos dan media budidaya meningkat, menunjukkan bahwa Pb dari tubuh ikan dilepaskan ke media budidaya dan terjadi proses khelat oleh kompos. Dengan demikian, kompos daun gamal bisa digunakan sebagai bahan pendepurasi Pb dari tubuh ikan nila. Kata kunci: asam humat, asam fulvik, depurasi, daun gamal, timbal, nila merah
The concentration of optimum dissolved oxygen levels for growth of mangrove crab Scylla serrata seed in recirculation system Kurnia Faturrohman; Kukuh Nirmala; Daniel Djokosetiyanto; Yuni Puji Hastuti
Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 16 No. 1 (2017): Jurnal Akuakultur Indonesia
Publisher : Indonesian Society of Scientific Aquaculture (ISSA)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (3251.944 KB) | DOI: 10.19027/jai.16.1.109-117

Abstract

ABSTRACT This study aimed to determine optimum dissolved oxygen (DO) through the addition of aeration and to evaluate the role of dissolved oxygen on production performance and stress responses of mangrove crab Scylla serrata. Experimental design used was complete randomized design with four treatments namely no aeration (A), one point aeration (B), two points aeration (C), and three points aeration (D). All treatments replicated three times. The crab with the average of body weight 45.6±2.1 g/individual cultured in a plastic box (40×30×30 cm3). The stocking densities was 10 crab/box. Crab was cultured within 42 days and were fed two times a day by restricted method (15% of the total biomass). The result showed that C treatment produced 5.51 mg/L dissolved oxygen and gave the best result of mangrove crabs production performance  with 60% survival, 0.83±0.03 g/day absolute growth rate and food conversion ratio 1.1. It also showed good response to the stress that indicated by the cortisol level (10.159 µg/dL). The best results of coefficient of diversity showed by D treatment that was 13.5%. The water quality during study period was fluctuative as affected by different dissolved oxygen value. Keyword: mangrove crabs, dissolved oxygen, production performance  ABSTRAK Penelitian ini bertujuan menentukan kadar oksigen terlarut (OT) atau dissolved oxygen (DO) yang optimum melalui penentuan titik aerasi serta mengevalusi peranan oksigen terlarut terhadap kinerja produksi dan respons stres kepiting bakau Scylla serrata. Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan acak lengkap dengan empat pelakuan (penambahan titik aerasi dengan rincian A, tidak menggunakan titik aerasi; B, satu titik aerasi; C, dua titik aerasi dan D, tiga titik aerasi) dan tiga ulangan. Kepiting bakau yang digunakan memiliki berat rata-rata 45,6±2,1 g/ekor dengan padat tebar 10 ekor/wadah. Wadah yang digunakan selama pemeliharaan adalah bak fiber plastik yang berukuran 40×30×30 cm3. Pemeliharaan kepiting bakau dilaksanakan selama 42 hari dan diberikan pakan dua kali sehari dengan metode restricted yakni sebesar 15% dari biomassa kepiting. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan C yaitu penambahan dua titik aerasi menghasilkan nilai kelarutan oksigen rata-rata sebesar 5,51 mg/L dan memberikan hasil terbaik terhadap kinerja produksi kepiting bakau (tingkat kelangsungan hidup 60%; laju pertumbuhan mutlak 0,83±0,03 g/hari; dan rasio konversi pakan 1,1). Perlakuan C juga menunjukkan respons stres yang baik dengan memiliki nilai kortisol paling rendah dari perlakuan lain yaitu 10,159 µg/dL. Untuk parameter koefisien keragaman berat, hasil terbaik terjadi pada perlakuan D sebesar 23,3%. Kualitas air selama penelitian memiliki nilai yang fluktuatif di setiap perlakuan sebagai efek adanya perbedaan nilai kelarutan oksigen yang dihasilkan. Kata kunci: kepiting bakau, kelarutan oksigen, kinerja produksi
Optimization of stocking density in intensification of mud crab Scylla serrata cultivation in the resirculation system Yuni Puji Hastuti; Kukuh Nirmala; Iman Rusmana; Ridwan Affandi; Wahyu Budi Kuntari
Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 16 No. 2 (2017): Jurnal Akuakultur Indonesia
Publisher : Indonesian Society of Scientific Aquaculture (ISSA)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (3535.327 KB) | DOI: 10.19027/jai.16.2.253-260

Abstract

ABSTRACT This study aimed to determine optimum stocking density of mud crab Scylla serrata through the applied of different stocking density in every treatment in recirculation system. Experimental design used was complete randomized design (CRD) with three density treatments which were 5 (P1), 10 (P2), and 15 ind/container (P3). All treatments replicated three times. The crab with the average of body weight 150 g/ind cultured in a plastic box (40×30×30 cm). Crab was cultured within 60 days and were fed two times a day by at satiation method. The result showed that P2 treatment gave the best result of mangrove crabs production performance among all treatments with 73.33±5.77% survival rate, 0.68±0.01 g/ind/day absolute growth rate and food conversion ratio 10.11±0.01. Treatment P1 gave the good response of stress, it indicated by the lowest glucose of all tretamnets at the level of 31.91 mg/dL in the end of treatment periods. The water quality during study period was fluctuative as affected by different stocking density in the treatments. Keywords: mud crab, stocking density, production performance  ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menentukan padat tebar optimal kepiting bakau Scylla serrata melalui penerapan kepadatan tebar yang berbeda pada setiap perlakuan dalam sistem resirkulasi. Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan acak lengkap dengan tiga perlakuan yaitu 5 (P1), 10 (P2), dan 15 ekor/wadah pemeliharaan (P3) dengan tiga ulangan. Kepiting bakau yang digunakan memiliki berat rata-rata 150 g/ekor. Wadah pemeliharaan yang digunakan selama pemeliharaan adalah kontainer plastik yang berukuran 40×30×30 cm. Pemeliharaan kepiting bakau dilaksanakan selama 60 hari dan diberikan pakan berupa ikan rucah dua kali sehari secara at satiation. Penelitian menunjukkan bahwa perlakuan P2 memberikan hasil kinerja produksi terbaik dibandingkan perlakuan lainnya dengan nilai kelangsungan hidup 73,33±5,77%, laju pertumbuhan mutlak 0,68±0,01 g/ekor/hari, dan rasio konversi pakan 10,11±0,01. Perlakuan P1 menunjukkan respons stres yang baik dengan memiliki nilai kadar glukosa paling rendah dari perlakuan lain yaitu 31,91 mg/dL pada akhir masa pemeliharaan. Kualitas air selama penelitian memiliki nilai yang fluktuatif di setiap perlakuan sebagai efek adanya perbedaan jumlah padat tebar setiap wadahnya Kata kunci: kepiting bakau, padat tebar, kinerja produksi
Co-Authors , Hamsiah , Purnamawati , Robin . Alimuddin . Humairani . Rasmawan . Wiyoto Agus Priyadi Ahmad Habibie Alexander Burhani Marda Alimuddin Alimuddin Anang Hari Kristanto Ani Widiyati Ani Widiyati Ani Widiyati Ani Widiyati Aras, Annisa Khairani Arfan Afandi Arif Faisal Siburian Aris Sando Hamzah Arlina Ratnasari Atma Jaya Salman Muin Bambang Kusmayadi Gunawan Berlianti . Bianingrum Bianingrum Cecep Kusmana Chandra Yudistira D. Djokosetiyanto D. Djokosetyanto Daniel Djokosetiyanto Daniel Djokosetiyanto Daniel Djokosetiyanto Daniel Djokosetiyanto Daniel Djokosetiyanto DEDI JUSADI Dewi Puspaningsih Dinamella Wahjuningrum Dinar Tri Soelistyowati Dini Islama Dodi Hermawan E. M. Adiwilaga E. Yuniar Eddy Supriyono Enang Haris Enang Harris Enang Harris Enang Harris Enang Harris Enang Harris Enang Harris Surawidjaja Erlania Erlania Erna Yuniarsih Ernik Yuliana Farah Diana Farida Farida farida farida Febrina Amalia Fernando Jongguran Simanjuntak Hanif Azhara, Muhammad Haris luthfi Harton Arfah Hastiadi Hasan I Nyoman Radiarta Idil Ardi Ilyas, Anita Prihatini Iman Rusmana Imron Imron Imron Imron Irzal Effendi Izhar Amirul Haq Jannesa Nasmi John Harianto Hutapea John Harianto Hutapea Joni Haryadi Julie Ekasari Kukuh Adiyana Kukuh Adiyana Kurnia Faturochman Kurnia Faturrohman Lilis Nurjanah M. Faisol Riza Ghozali M. Zairin Junior Mia Setiawati Mia Setiawati Mochamad Nurdin Moh. Burhanuddin Mahmud Muh Azril Muhamad Yamin Muhammad Amien H Muhammad Firmawan Muhammad Zairin Jr. Novi Susianti Nur Bambang Priyo Utomo Nur Fauziyah Nurhidayat Nurhidayat Nurul Taufiqu Rochman Nurul Taufiqu Taufiqu Rochman Prama, Ega Aditya Priyo Handoyo Wicaksono Qorie Astria R. Wulandari Rahmadi Azis Retnosari Retnosari Riani Rahmawati Ridwan Affandi Ridwan Affandi RIDWAN AFFANDI Ridwan Affandi Rina Hesti Utami Riri Ezraneti Ris Dewi Novita Riza Purbo Widiasto Rizky Armansyah Robin Robin Ruspindo Syahputra Saputra, Henry Kasmanhadi Setyo Pertiwi Sheny Permatasari Siska Tridesianti Sri Nuryati Sri Wahyuni Firman Sudarto Sudarto Sugeng Budiharsono Suhaiba Djai Suharyanto Suharyanto Sukenda Sukenda Sukenda Sukenda Sukenda Sukenda Sukenda Sukenda Sulistia Wardani Syarif Budiman T. Budiardi Tatag Budiardi Tri Heru Prihadi Tri Heru Prihadi Tri Widiyanto Triheru Prihadi Tyas Setioaji Vika Yuniar Wahyu Budi Kuntari Wahyu Wahyu Widiatmaka . Widiatmaka widiatmaka Wijianto Wijianto Wijianto Wijianto Wildan Nurusallam Wildan Nurusallam Wildan Nurusallam Wildan Nurussalam Wildan Nurussalam, Wildan Wisriati Lasima Wiwin Ambarwulan Y. Hadiroseyani Yogi Himawan yogi Himawan Yosmaniar Yosmaniar Yosmaniar Yosmaniar Yuli Siti Fatma Yuli Siti Fatma Yuliana Asri Yuliana Asri Yuni Puji Hastuti