Aaron's contribution to building the statue of the golden calf set a bad precedent for Christian leadership. Aaron had the gift of experience, opportunity, and ability to save the Israelites from mortal sin, but he did not. This article aims to explore the meaning of Harun's actions in the event of the statue of the calf, provide an analysis of it, and a reflective description of the event of Christian leadership today. The research method uses a qualitative approach through a literature study approach about Aaron's leadership and his reflection on the narrative of Exodus 32:1-35. The conclusion was found that Harun's error was caused because leadership motivation was based on self-image which led to a compromising attitude towards the truth or not having the courage to oppose untruth so that it is reflective for Christian leadership to be able to stand on the truth of God's word with full trust in God and keep away selfishness and greed and unfavorable motivations. And Christian leaders are required to clean their leadership motivation from self-image and replace it with pure motivation in all service to God and others.AbstrakKontribusi Harun dalam membangun patung tuangan anak lembu emas menjadi preseden buruk bagi kepemimpinan Kristen. Harun memiliki anugerah pengalaman, kesempatan dan kemampuan untuk menghindarkan bangsa Israel dari dosa besar, namun dia tidak melakukannya. Artikel ini bertujuan mendalami makna tindakan Harun dalam peristiwa patung tuangan anak lembu, memberi-kan analisis terhadapnya dan deskripsi reflektif peristiwa tersebut terhadap kepe-mimpinan Kristen saat ini. Metode penelitian menggunakan kualitatif melalui sebuah pendekatan studi literatur tentang kepemimpinan Harun dan refleksinya pada narasi Keluaran 32:1-35. Hasil simpulan ditemukan bahwa kesalahan Harun diakibatkan karena motivasi kepemimpinan didasarkan kepada citra diri yang berujung pada sikap kompromi terhadap kebenaran atau tidak memiliki kebera-nian dalam menentang ketidakbenaran, sehingga reflektif bagi kepemimpinann Kristen harus dapat berdiri diatas kebenaran firman Tuhan dengan penuh percaya kepada Tuhan dan menjauhkan egois dan keserakahan serta motivasi yang tidak berkenan. Dan para pemimpin Kristen disyaratkan untuk membersihkan motivasi kepemimpinannya dari citra diri dan menggantikannya dengan motivasi murni dalam segala pelayanan kepada Tuhan dan sesama.