Savitri Novelina
Bagian Anatomi, Histologi Dan Embriologi Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor

Published : 28 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 28 Documents
Search

Komparasi Morfologi Lambung Musang Luwak (Paradoxurus hermaphroditus) Berdasarkan Pola Pemberian Pakan Buah Kopi Hiroyuki, Andi; Novelina, Savitri; Nisa?, Chairun
Acta VETERINARIA Indonesiana Vol. 8 No. 2 (2020): Juli 2020
Publisher : IPB University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (888.21 KB) | DOI: 10.29244/avi.8.2.1-8

Abstract

Musang luwak dikenal sebagai hewan yang menghasilkan biji kopi luwak dengan harga jual tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pengaruh konsumsi buah kopi terhadap morfologi lambung musang luwak. Sampel didapatkan dari lambung enam musang yang terbagi menjadi dua kelompok. Kelompok pertama adalah musang luwak yang mengkonsumsi kopi (Mk) (n=3) dan kelompok yang tidak mengkonsumsi kopi (TMk) (n=3). Lambung yang telah terfiksasi kemudian diamati secara makroskopik dan mikroskopik. Pengamatan makroskopik dilakukan dengan mengamati bentuk dan ukuran dari lambung. Pengamatan mikroskopik dilakukan menggunakan teknik histokimia yaitu melalui pewarnaan hematoksilin eosin (HE), alcian blue (AB), dan periodic acid Schiff (PAS). Hasil pengamatan menunjukan kondisi lambung yang relatif berbeda. lambung kelompok Mk memiliki ukuran yang relatif lebih besar dibandingkan lambung kelompok TMk namun memiliki lipatan mukosa yang lebih sedikit, terutama pada bagian proksimal lambung. Kelenjar fundus lambung kelompok Mk menunjukan jumlah sel parietal yang relatif lebih banyak dibandingkan dengan kelompok TMk. Pewarnaan AB dan PAS menunjukan sebaran karbohidrat netral yang lebih dominan pada permukaan kelenjar pilorus kedua kelompok perlakuan. Konsentrasi karbohidrat asam yang tinggi juga ditemukan pada kelenjar fundus kedua kelompok perlakuan. Karakteristik lambung ini diduga berhubungan dengan diet dan proses pencernaan pada saluran pencernaan musang luwak.
Tinjauan Makroskopik Organ Reproduksi Jantan Musang Luak (Paradoxurus hermaphroditus) Savitri Novelina; Shandy Maha Putra; Chairun Nisa’; Heru Setijanto
Acta VETERINARIA Indonesiana Vol. 2 No. 1 (2014): Januari 2014
Publisher : IPB University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (341.256 KB) | DOI: 10.29244/avi.2.1.26-30

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari makroanatomi organ reproduksi jantan musang luak(Paradoxurus hermaphroditus). Pengamatan morfometri meliputi pengukuran panjang, diameter,dan bobot dari organ reproduksi. Data dianalisis secara deskriptif. Hasil pengamatan menunjukkanpanjang, diameter, dan bobot testis tanpa scrotum berturut-turut adalah 2,14 cm, 1,55 cm, dan 2,85 cm.Epididimis terdiri atas kaput, korpus, dan kauda epididimis. Kelenjar prostat mempunyai panjang 3,14cm, lebar 1,82 cm dan berat 4,21 g. Penis musang luak bertipe muskulo-kavernosus dengan panjang 7,77cm dan mempunyai penis spine. Secara umum, gambaran makroanatomi organ reproduksi musang luakjantan mirip dengan hewan karnivora lain seperti anjing dan kucing.
Anatomi Organ Reproduksi Jantan Trenggiling (Manis javanica) Yusrizal Akmal; Chairun Nisa’; Savitri Novelina
Acta VETERINARIA Indonesiana Vol. 2 No. 2 (2014): Juli 2014
Publisher : IPB University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (537.997 KB) | DOI: 10.29244/avi.2.2.74-81

Abstract

Organ reproduksi trenggiling merupakan hal yang penting dalam menunjang upaya konservasi, karena trenggiling termasuk dalam kategori endangered species oleh IUCN dan dilindungi pemerintah berdasarkan UU No. 5/1990 serta PP No. 7/1999, meskipun menurut CITES termasuk appendix II. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari makroanatomi organ reproduksi jantan trenggiling (M. javanica). Organ reproduksi jantan dari lima ekor trenggiling digunakan pada penelitian ini. Pengamatan dilakukan terhadap posisi in situ, morfologi dan morfometri, yang meliputi pengukuran panjang, lebar atau diameter, tebal, dan dari masing-masing bagian organ reproduksi jantan trenggiling dengan menggunakan kaliper dalam satuan cm, serta bobot dalam satuan gr. Analisis dilakukan secara deskriptif. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa trenggiling memiliki sepasang organ reproduksi yang terdiri atas testes, epididymis dan ductus deferens yang selanjutnya bermuara ke urethra.Testes terletak di subcutanea daerah inguinales, serta tidak terbungkus oleh scrotum. Testis dexter dan sinister memiliki bentuk dan ukuran yang relatif sama. Ukuran rata-rata testis adalah panjang 3,78 ± 0,12 cm, lebar 1,24 ± 0,02 cm, tebal 0,90 ± 0,03 cm, dan bobot 5,64 ± 0,04 g. Epididymis membentuk caput, corpus dan cauda dengan panjang rata-rata 4,78 ± 0,02 cm, sedangkan panjang rata-rata ductus deferens adalah 8,98 ± 0,31 cm. Penis berukuran kecil dan pendek, bertipe muscolocavernosus dengan rata-rata panjang dan diameter adalah 5,39 ± 1,63 cm, dan 0,64 ± 0,03 cm. Ditemukannya testes ascrotalis di subcutanea daerah inguinales merupakan hasil yang menarik dari penelitian ini yang diduga terkait dengan perilaku trenggiling menggulung tubuh.Kata kunci: trenggiling (M. javanica), organ reproduksi jantan, testes ascrotalis
Morfofisiologi dan Profil Biokimia Darah Kalong Kapauk (Pteropus vampyrus) dari Wilayah Pesisir Kabupaten Garut Danang Dwi Cahyadi; . Nurhidayat; Chairun Nisa'; . Supratikno; Savitri Novelina; Heru Setijanto
Acta VETERINARIA Indonesiana Vol. 6 No. 1 (2018): Januari 2018
Publisher : IPB University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (487.316 KB) | DOI: 10.29244/avi.6.1.51-59

Abstract

Aktivitas terbang pada kelelawar membutuhkan energi paling banyak dibandingkan dengan aktivitas lokomosi lainnya. Morfofisiologi dan profil biokimia darah diduga memiliki peranan penting terhadap kemampuan terbang hewan tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik morfofisiologi eritrosit dan profil biokimia darah P. vampyrus. Penelitian ini menggunakan 15 ekor kelelawar dewasa dengan bobot badan antara 669,7 g sampai 1211,5 g (x̄ = 957,51 ± 177,52 g). Sampel darah diambil secara langsung melalui ventrikel kiri jantung. Pengamatan dan pengukuran terhadap preparat ulas darah menunjukkan bahwa morfologi eritrosit P. vampyrus mirip dengan mamalia secara umum dan mempunyai diameter rata-rata 7,15 ± 0,45 µm. Koefisien variasi ukuran eritrosit (RDWc) hewan ini sebesar 18,11 ± 1,16%.  Pemeriksaan hematologi yang dilakukan menggunakan automated counter menunjukkan bahwa total eritrosit (8,89 ± 1,36 106/µl),  konsentrasi hemoglobin (14,33 ± 2,38 g/dl), dan nilai hematokrit (42,13 ± 6,49%) P. vampyrus relatif lebih tinggi dibandingkan dengan mamalia pada umumnya. Neutrofil dan limfosit merupakan komponen yang mendominasi jumlah leukosit. Adapun persentase jumlah neutrofil lebih tinggi dibandingkan dengan jumlah limfosit. Penelitian ini memberikan informasi dasar yang dapat mendukung penelitian terkait dengan kemampuan terbang dari P. vampyrus.
Morfologi Kelenjar Anal Musang Luak Jantan (Paradoxurus hermaphroditus) Inggrid Trinidad Maha; Savitri Novelina; I Ketut Mudite Adnyane
Acta VETERINARIA Indonesiana Vol. 7 No. 2 (2019): Juli 2019
Publisher : IPB University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1293.737 KB) | DOI: 10.29244/avi.7.2.33-41

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari karakteristik morfologi kelenjar anal musang luak jantan secara makroskopis maupun mikroskopis.Organ kelenjar anal dari satu ekor musang luak  (Paradoxurus hermaphroditus) jantan digunakan dalam penelitian ini. Musang luak jantan memiliki sepasang kelenjar anal yang berbentuk bulat terletak di bagian ventrolateral anus. Masing-masing kelenjar anal memiliki saluran eksretorius sekretori yang terletak dorsolateral di bagian zona kutaneus anal kanal. Pengamatan mikroskopis tampak kelenjar sebaceous dan kelenjar keringat apokrin di dinding kantung anal.  Hasil sekreta kelenjar anal terkumpul dalam sebuah kantung anal yang akan bermuara di anal kanal.
Komparasi Morfologi Lambung Musang Luwak (Paradoxurus hermaphroditus) Berdasarkan Pola Pemberian Pakan Buah Kopi Andi Hiroyuki; Savitri Novelina; Chairun Nisa’
Acta VETERINARIA Indonesiana Vol. 8 No. 2 (2020): Juli 2020
Publisher : IPB University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (888.21 KB) | DOI: 10.29244/avi.8.2.1-8

Abstract

Musang luwak dikenal sebagai hewan yang menghasilkan biji kopi luwak dengan harga jual tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pengaruh konsumsi buah kopi terhadap morfologi lambung musang luwak. Sampel didapatkan dari lambung enam musang yang terbagi menjadi dua kelompok. Kelompok pertama adalah musang luwak yang mengkonsumsi kopi (Mk) (n=3) dan kelompok yang tidak mengkonsumsi kopi (TMk) (n=3). Lambung yang telah terfiksasi kemudian diamati secara makroskopik dan mikroskopik. Pengamatan makroskopik dilakukan dengan mengamati bentuk dan ukuran dari lambung. Pengamatan mikroskopik dilakukan menggunakan teknik histokimia yaitu melalui pewarnaan hematoksilin eosin (HE), alcian blue (AB), dan periodic acid Schiff (PAS). Hasil pengamatan menunjukan kondisi lambung yang relatif berbeda. lambung kelompok Mk memiliki ukuran yang relatif lebih besar dibandingkan lambung kelompok TMk namun memiliki lipatan mukosa yang lebih sedikit, terutama pada bagian proksimal lambung. Kelenjar fundus lambung kelompok Mk menunjukan jumlah sel parietal yang relatif lebih banyak dibandingkan dengan kelompok TMk. Pewarnaan AB dan PAS menunjukan sebaran karbohidrat netral yang lebih dominan pada permukaan kelenjar pilorus kedua kelompok perlakuan. Konsentrasi karbohidrat asam yang tinggi juga ditemukan pada kelenjar fundus kedua kelompok perlakuan. Karakteristik lambung ini diduga berhubungan dengan diet dan proses pencernaan pada saluran pencernaan musang luwak.
PF-30 Anatomical Characteristic of Hindlimb Skeleton of Sumatran Rhino (Dicerorhinus sumatrensis) . Nurhidayat; Eni Puji Lestari; Danang Dwi Cahyadi; Chairun Nisa'; . Supratikno; Savitri Novelina; Heru Setijanto
Hemera Zoa Proceedings of the 20th FAVA & the 15th KIVNAS PDHI 2018
Publisher : Hemera Zoa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (559.913 KB)

Abstract

Sumatran rhino (Dicerorhinus sumatrensis) is an endangered animal in Indonesia. Currently, Sumatran rhino only found on Sumatera and Kalimantan in very small populations. These herbivorous animals are classified into the order of Perissodactyla (odd-toed animals) and family Rhinocerotidae [1]. Sumatran rhino is one of the largest living land mammals, reaching 1000 kg [1], although this species has the smallest body weight among all extant rhinos. This animal has a round and long body shape, relatively short legs with three digits on each leg. These body structures correspond to their habitat in the highlands, so the Sumatran rhino has an excellent ability to pass steep terrain [2]. For this reason, a strong hind limb structure is needed to push the body when walking, running and climbing the steep slopes. Therefore, this study was carried out in order to analyze the correlation between the Sumatran rhino’s hind limb skeleton and its functional roles.
Comparative Microanatomy of The Local Goat and Sheep Pancreas Islets With a Special Reference to The Distribution and Relative Frequency of Glucagon Producing Cells I Ketut Mudite Adnyane; Savitri Novelina; Dwi Kesuma Sari; Tutik Wresdiyati; Srihadi Agungpriyono
Media Veteriner Vol. 8 No. 1 (2001): Media Veteriner
Publisher : Media Veteriner

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (160.089 KB)

Abstract

Penelitian ini memanfaatkan teknik pewarnaan standardan khusus, impregnasi perak Grimelius, untukmenggambarkan morfologi komparasi pankreas kambing dandomba lokal dengan tinjauan khusus pada distribusi danfrekuensi sel-sel penghasil hormon glukagon pada bagianendokrin pankreas. Pankreas domba mempunyai lobulasiyang lebih jelas daripada pankreas kambing ditandai dengansepta interlobaris yang jelas, tetapi batas antara bagianendokrin (pulau Langerhans) dan bagian eksokrin tidak jelaspada domba. Sebaliknya pankreas kambing mempunyaibagian endokrin yang jelas batasnya dengan bagian eksokrin.Pulau Langerhans tersebar diantara eksokrin pankreas,dengan frekuensi terbanyak didapatkan pada pankreas bagiankanan (head), diikuti bagian kiri (tail) dan tengah (body).Pankreas kambing mempunyai bagian endokrin yang lebihbanyak dibanding dengan pankreas domba. Sel-sel penghasilhormon glukagon pada pankreas berbentuk polimorfik, bulat,oval, segitiga atau seperti tetes air dengan butir-butirsitoplasma yang terletak bipolar. Sel-sel ini berdistribusipada bagian perifer dari pulau Langerhans. Jumlah sel-selglukagon berbanding lurus dengan jumlah pulau Langerhanspada pankreas. Perbedaan yang diamati, mencakupperbedaan morfologis, sebaran serta jumlah pulauLangerhans dan sel-sel glukagon, sangat mungkindisebabkan oleh perbedaan dalam jenis dan pola makankedua hewan tersebut.
The morphology and the distribution of gut endocrine cells in the gastrointestinal tract of Indonesian native chicken were studied using Grimelius staining method. The endocrine cells were polymorph, round oval, triangular or pyramidal in shapes and scattered among the cells in the mucosal epitheli-um and glands of all portions of the gastrointestinal tract from stomach to rectum. These cells were characterized by the presence of basally located cytoplasmic granules that react positively with th Aryani Sismin Sastyaningtijas; Savitri Novelina; Srihadi Agungpriyono
Media Veteriner Vol. 6 No. 4 (1999): Media Veteriner
Publisher : Media Veteriner

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

The morphology and the distribution of gut endocrine cells in the gastrointestinal tract of Indonesian native chicken were studied using Grimelius staining method. The endocrine cells were polymorph, round oval, triangular or pyramidal in shapes and scattered among the cells in the mucosal epitheli-um and glands of all portions of the gastrointestinal tract from stomach to rectum. These cells were characterized by the presence of basally located cytoplasmic granules that react positively with the silver granules of the staining method. Two types of endocrine cells were observed in this stu-dy included open type and closed type. In the open type cells cytoplasmic elongation reached the intestinal or glandular lumen. Closed type cells possessed no such elongation but there was cytoplasmic processes run in the basal membrane. Open cells were largely distributed in the intestine while closed type cells with basally cytoplasmic processes were numerous in the gizzard. In general the endocrine cells were numerous in the jejunum of the small intestine. In the distal portion of large intestine we found clusters of endo-crine cells in the glands. The morphology and distribution pattern observed was discussed in relation with their possible functional implications.
Three dimensional architecture of the sub epithelial connective tissue in the forestomach of the lesser mouse deer was studied by scanning electron microscopy after macerated with 10% NaOH. In general, the architecture of the connective tissue in the rumen and reticulum showed similar pattern, which was honeycomb like pattern. This pattern was observed in all portions of the forestomach. Primary wall bordered each cell of the honeycomb. Inside the cells there were some secondary or tertiary wall Savitri Novelina; Srihadi Agungpriyono; Yoshio Yamamoto; Chairun Nisa; Nabuo Kitamura; Junzo Yamada
Media Veteriner Vol. 6 No. 4 (1999): Media Veteriner
Publisher : Media Veteriner

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Three dimensional architecture of the sub epithelial connective tissue in the forestomach of the lesser mouse deer was studied by scanning electron microscopy after macerated with 10% NaOH. In general, the architecture of the connective tissue in the rumen and reticulum showed similar pattern, which was honeycomb like pattern. This pattern was observed in all portions of the forestomach. Primary wall bordered each cell of the honeycomb. Inside the cells there were some secondary or tertiary wall that connect to the primary ones. The primary wall in the rumen were leaflike shaped with narrow and irregular surface while those of the reticulum were low columnar shaped with convex surface. The honeycomb in the ruminal papillae showed similar pattern from the apical to the basal portion. On the contrary, cone-like primary wall without secondary or tertiary ones dominated the apical portion of the reticulum papillae. The sub epithelial connective tissue consisted of collagen fibers which were arranged and formed a network. The collagen fibers in the rumen were more densely distributed as compared to those of the reticulum. The differences observed may indicate a difference in function between the rumen and the reticulum in the digestive function of the lesser mouse deer.