Claim Missing Document
Check
Articles

Found 20 Documents
Search

Implementasi E-Learning dan Komitmen Profesional Afektif Guru Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Sekolah Menengah Atas Di Papua Selatan Wea, Donatus; Wula, Paulina
Jurnal Masalah Pastoral Vol 9 No 2 (2021): JUMPA (Jurnal Masalah Pastoral)
Publisher : Sekolah Tinggi Katolik Santo Yakobus Merauke

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Tujuan penelitian ini adalah menganalisis pengaruh implementasi e-learning dan komitmen professional afektif guru terhadap peningkatan prestasi belajar siswa sekolah menengah atas di Papua Selatan. Data primer diperoleh melalui kuesioner yang dibagikan kepada 60 guru yang berkarya di sekolah-sekolah lanjutan atas yang tersebar di daerah pedalaman dan pinggiran kota di Papua Selatan. Tiga hipotesis diuji dengan analisis structural equation model (SEM) dan terbukati signifikan. Temuan penelitian ini menyimpulkan bahwa prosentase yang tertinggi untuk variabel yang berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa adalah komitmen professional afektif guru. Pengaruh variable implementasi e-learning terhadap prestasi belajar siswa lebih rendah dibandingkan dengan komitmen professional afektif guru. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, yakni kondisi geografis Papua Selatan dengan tingkat kesulitan yang cukup tinggi, keterbatasan media komunikasi, sikap dan tanggapan para guru serta siswa terhadap penggunaan e-learning, kondisi ekonomi keluarga, ruang lingkup penggunaan media komunikasi dan rumitnya pengelolaan e-learning. Meskipun pengaruh e-learning terhadap prestasi belajar siswa lebih rendah jika dibandingkan dengan komitmen professional afektif guru, tetapi tetap menunjukkan pengaruh yang positif.
Upaya Meningkatkan Kinerja dan Kompetensi Guru Pendidikan Agama Katolik di Papua Donatus Wea
Jurnal Penelitian Pendidikan Agama Katolik Vol 1 No 1 (2021): Jurnal Penelitian Pendidikan Agama Katolik Edisi Maret 2021
Publisher : Perkumpulan Perguruan Tinggi Agama Katolik Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52110/jppak.v1i1.8

Abstract

The purpose of this study was to determine the effect of recruitment and awareness of vocations as Catholic religious education teachers on teacher performance in schools with competence as an mediation variable. Primary data was collected through questionnaires to 51 Catholic religious education teachers in the archdiocese of Merauke. Five hypotheses were tested by multiple linear regression analysis. The results of the study showed that five hypotheses proved significant. This finding indicates that the highest percentage of variables that influence directly or indirectly on teacher performance in schools is competence. Recruitment and awareness of the special vocation as a Catholic religion teacher also had a positive effect on performance but with a lower percentage. This indicates that competence plays a dominant role in improving the performance of Catholic religious education teacher in schools. These findings also serve as input for school administrators to apply the procedures for recruitment and selection of candidates of Catholic religious education teachers according to what is regulated in the Code of Canon Law 1983.The recruitment process is quite specific, providing enormous opportunities for obtaining Catholic religious education teachers who really aware of the special vocation and have sufficient competence. Existing aspects will affect the performance as a teacher when actively involved in teaching and educating children in school.
KEKERASAN SIMBOLIK DI MIMBAR SABDA: PELECEHAN TERHADAP KELUHURAN LITURGI EKARISTI Yan Yusuf Subu; Donatus Wea
Jurnal Masalah Pastoral Vol 10 No 2 (2022): JUMPA (Jurnal Masalah Pastoral)
Publisher : Sekolah Tinggi Katolik Santo Yakobus Merauke

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji dan menemukan bukti bahwa kekerasan simbolik di mimbar sabda merupakan salah satu bentuk pelecehan terhadap keluhuran liturgi ekaristi. Data primer diperoleh melalui observasi dan wawancara yang dibagikan kepada 10 informan yang adalah anggota paroki yang tersebar di dua paroki di kawasan pinggiran kota Merauke (Wendu dan Kuper). Hasil pengolahan data, dengan menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif, menunjukkan bahwa kekerasan simbolik kerap dilakukan oleh otoritas Gereja di mimbar sabda, tanpa disadari, dan berdampak pada pelecehan terhadap keluhuran liturgi ekaristi yang merupakan satu kesatuan yang integral yang dimulai dengan ritus pembuka dan berakhir dengan ritus penutup. Apalagi liturgi sabda, yang berpusat di mimbar sabda, merupakan persiapan amat penting untuk masuk ke dalam perayaan misteri keselamatan yang dipuncaki oleh liturgi ekaristi, yang berpusat di atas altar suci. Selain melecehkan keluhuran liturgi ekaristi, kekerasan simbolik oleh otoritas Gereja di mimbar sabda juga membawa dampak terhadap ketidaknyamanan umat secara batiniah ketika mengikuti perayaan ekaristi dan juga terhadap imam itu sendiri sebagai pemimpin perayaan ekaristi. Temuan ini menyadarkan setiap otoritas Gereja untuk menggunakan mimbar sabda sesuai dengan fungsinya yang kudus. Selain itu, imam sebagai peimpin liturgi ekaristi perlu berhati-hati dan bijaksana dalam menggunakan kata-kata untuk menjelaskan sabda Allah kepada umat beriman melalui homili di mimbar sabda supaya dapat dimengerti dan dipraktekkan dalam kehidupan mereka setiap hari.
ANTESEDEN DAN KONSEKUENSI KETERLIBATAN OTORITAS GEREJA DALAM SELEKSI PADA PENINGKATAN MOTIVASI BERPRESTASI DAN KINERJA GURU PAK PAPUA SELATAN Donatius Wea S. Turu; Berlinda S. Yunarti
Fokus Ekonomi : Jurnal Ilmiah Ekonomi Vol 17, No 2: Desember 2022
Publisher : STIE Pelita Nusantara Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.34152/fe.17.2.507 - 529

Abstract

The purpose of this study was to analyze the influence of the involvement of Church authorities in the selection of spiritual intelligence, achievement motivation and performance of Catholic religious education teachers. Primary data was obtained through questionnaires distributed to 70 Catholic religious education teachers spread across the Merauke archdiocese (which includes Merauke, Boven Digoel and Mappi regencies). There are five hypotheses that need to be tested using Structural Equation Model (SEM) analysis as a tool to see the relationship between variables using AMOS software. Measurement of variables using a Likert scale of 1 to 5, with a score of Disagree (Score 1) to Strongly Agree (score 4). The results of the study will show whether the five hypotheses are proven to have a positive and significant effect or vice versa. The results of this study are a very meaningful contribution to the Church Authority (local church leaders) and to Catholic religious education teachers.
Determinant Spiritual School Well-Being Factors of Happiness and Job Satisfaction for Teachers in Central Kalimantan Fransiskus Janu Hamu; Donatus Wea; Honorata Ratnawati Dwi Putranti
Jurnal Kependidikan: Jurnal Hasil Penelitian dan Kajian Kepustakaan di Bidang Pendidikan, Pengajaran dan Pembelajaran Vol 8, No 4 (2022): December
Publisher : Universitas Pendidikan Mandalika (UNDIKMA)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33394/jk.v8i4.6195

Abstract

This study aims to analyze the value of happiness and job satisfaction of teachers in Central Kalimantan. Besides that, this study will examine the effect of work for happiness, job satisfaction, the meaning of work, and work engagement on job satisfaction and happiness. The quantitative approach used AMOS software to test the hypothesis by taking a sample of 156 teachers in Central Kalimantan. The research instrument used a measurement scale questionnaire in this study. This study's results indicated that reading and writing literacy could develop prophetic character education for elementary school students.When teachers feel satisfied and happy in their jobs, they tend to pay more attention to the quality of their work and are more committed to students and the institution and have higher retention rates, generally being more productive. The meaning of all this is that teachers have strategic value by improving the quality of work and being more committed to educational institutions.
Faktor-Faktor yang Memperngaruhi Kinerja Akademik Mahasiswa : Analisis Structural Equation Model Fransiskus Janu Hamu; Donatus Wea; Nerita Setiyaningtiyas
Jurnal Paedagogy Vol 10, No 1: Jurnal Paedagogy (January 2023)
Publisher : Universitas Pendidikan Mandalika

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33394/jp.v10i1.6473

Abstract

This study aims to determine and explore the factors influencing student academic performance at St. Yakobus Merauke. This study used a quantitative approach with a probability sampling method to obtain information and data from respondents. Primary data was collected from 149 students, and data analysis techniques used structural equation model (SEM) analysis with AMOS 26.00 software. The results of this study indicated that the factors of social responsibility, student-teacher relationships, and student satisfaction had a significant effect on student academic performance. In addition, some elements must be considered, namely the ability of soft skills. This ability is related to the ability to cooperate with other people, interact with lecturers, build better communication relationships, and create a conducive and positive classroom climate which plays an important role in making the teaching and learning process more effective and efficient.
INFLUENCE CULTURE ORGANIZATION AND PROMOTION POSITION TO TURNOVERS INTENTION EMPLOYEE ON PT. PETRO DYNAMICS AWARD Donatus Wea; Amsar Amsar
Jurnal Ekonomi Vol. 12 No. 01 (2023): Jurnal Ekonomi, 2023 Periode Januari - Maret
Publisher : SEAN Institute

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Asset company which Very valuable is source power man (HR), which also have ability to mobilize other resources. Companies must be able to understand the needs employee so that employee feel that company notice every his employees. Matter this relate with culture organization as well as promotion which done by company. If Employees feel that the organizational culture in the company is not good, and career paths are unclear it will affect the productivity of the company, so that the turnover intention rate increases employees will be experienced by the company. The population in this study are all employees of PT. Petro Dynamics Award from all departments. Saturated sampling is a deep sampling method this study and the number of samples In this study, there were 53 employees. Collection method data using a questionnaire that has been tested for reliability and validity. This research shows results that: (1) culture organization in a manner significant affect turnover intention , (2) promotion Position significantly affects turnover intention , (3) organizational culture and promotion in a manner significant influence turnovers intention .
Sahkah Perkawinan Yang Diteguhkan Oleh Seorang Pendeta Protestan Donatus Wea
Jurnal Masalah Pastoral Vol 2 No 1 (2013): Jurnal Masalah Pastoral (JUMPA)
Publisher : STK St. Yakobus Merauke

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.60011/jumpa.v2i1.12

Abstract

Kecenderungan untuk tidak mengikuti dan menerapkan sebagaimana mestinya setiap regulasi tentang perkawinan yang justru menjadi pedoman dan acuan demi validitas perkawinan itu, yang selanjutnya terarah dan bermuara pada bonum comune sebuah komunitas keluarga, semakin menggejala. Hal ini dilatarbelakangi oleh banyak alasan, misalnya karena kurangnya pemahaman yang tepat dari masing-masing pihak terhadap setiap produk aturan perkawinan, atau dengan tahu dan mau melanggarnya, lantaran tidak ada lagi jalan alternatif yang dapat dipilih untuk keluar dari permasalahan yang dihadapi. Salah satu bentuk pelanggaran, yang tidak lagi disebut kasuistik, adalah peneguhan perkawinan oleh pendeta di gereja protestan, khususnya perkawinan campur beda Gereja. Seluhur dan sewajar apapun alasan yang dikemukakan oleh pasangan, bahkan sekalipun dalam situasi darurat bahaya mati, tidak dapat membuat sah perkawinan yang diteguhkan itu, jika tidak mendapat dispensasi dari otoritas gerejawi yang berwenang, sebagaimana diatur dalam norma kan. 1078–1080 (dalam situasi normal adalah wewenang uskup diosesan, dan dalam situasi luar biasa dapat diberikan oleh pastor paroki, para imam dan diakon yang mendapat delegasi dan bapak pengakuan). Bentuk peneguhan perkawinan yang iregulir ini (karena cacat forma) bertentangan dengan ketentuan normatif yang diatur dalam kan. 1108, yang menetapkan bahwa perkawinan dikatakan valid jika diteguhkan di hadapan petugas resmi Gereja dan dua orang saksi. Di luar dari ketentuan forma canonica (dalam arti menggunakan forma yang lain), yang didukung dengan tidak adanya dispensasi, perkawinan yang telah diteguhkan itu menjadi tidak sah sejak awal. Menghadapi fakta invaliditas perkawinan para anggotanya, Gereja tidak tinggal diam. Solusi yuridis, yang membantu pasangan untuk kembali ke rel aturan yang sebenarnya, diberikan oleh Gereja yakni pengesahan perkawinan dengan penyembuhan pada akar (sanatio in radice). Hal ini didasari oleh jiwa dari setiap produk hukum yang diterapkan dalam Gereja yakni kasih yang diejawantahkan dalam tujuan setiap produk hukum Gereja yakni keselamatann jiwa-jiwa.
Pemakaman Gerejawi: Penghormatan Terhadap Keluhuran Tubuh Manusia (Kan. 1176 – 1185) Donatus Wea
Jurnal Masalah Pastoral Vol 3 No 1 (2014): Jurnal Masalah Pastoral (JUMPA)
Publisher : STK St. Yakobus Merauke

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.60011/jumpa.v3i1.16

Abstract

Mengapa seseorang yang sudah dibaptis menjadi katolik, dan kemudian dengan alasan yang wajar dan dapat dipertanggungjawabkan memeluk agama lain, tidak dapat dilayani pemakaman secara katolik, padahal mayoritas anggota keluarganya beragama katolik? Mengapa Gereja katolik tidak melayani penguburan jenazah yang bukan katolik secara gerejawi atas permintaan keluarga yang katolik; bukankah keluarga yang katolik berhak untuk dilayani permintaannya, karena mereka adalah juga anggota jemaat? Mengapa Gereja katolik tidak mengizinkan misa requiem bagi anggotanya yang meninggal karena bunuh diri, padahal semasa hidupnya si meninggal tersebut sungguh-sungguh memberi kesaksian sebagai orang katolik yang baik? Itulah sederetan pertanyaan, yang dilontarkan oleh orang katolik sendiri, perihal kebijakan Gereja katolik terhadap pemakaman para anggotanya. Pertanyaan-pertanyaan itu ada yang bertujuan untuk mendapat kejelasan informasi seputar pemakaman gerejawi (karena memang tidak semua umat katolik memahami dengan baik hal ikhwal yang berkaitan dengan pemakaman gerejawi), ada juga yang mengekspresikan ketidakpuasan, kekecewaan dan kritik atas aturan yang ditetapkan oleh otoritas Gereja katolik, yang oleh sebagian kalangan dinilai terlalu kaku, legalistis dan ketinggalan zaman. Pertanyaan-pertanyaan dengan modus yang bervariasi itu perlu ditanggapi dan disikapi oleh otoritas Gereja dengan berpijak pada aturan-aturan baku yang berlaku resmi di dalam Gereja. Tulisan sederhana ini mencoba mengklarifikasi secara yuridis, apa yang menjadi perdebatan dan pergumulan di kalangan umat bahkan jika tidak diarahkan secara benar dapat menimbulkan ambiguitas bagi umat katolik sendiri, baik menyangkut aturan-aturan maupun praksis pastoralnya.
Program Sm3t Dan Ppg Sebagai Persyaratan Bagi Para Calon Guru Untuk Mengikuti Rekrutmen Dan Seleksi Sebagai Pegawai Negeri Sipil Di Indonesia Donatus Wea
Jurnal Masalah Pastoral Vol 4 No 1 (2016): Jurnal Masalah Pastoral (JUMPA)
Publisher : STK St. Yakobus Merauke

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.60011/jumpa.v4i1.25

Abstract

Setiap negara memiliki regulasi tersendiri dalam merekrut dan menyeleksi para calon guru untuk menjadi Pegawai Negeri Sipil PNS. Demikian halnya dengan Indonesia. Selama sekian tahun (mulai dari masa orde lama hingga reformasi) Indonesia menerima para calon guru untuk menjadi pegawai negeri sipil melalui proses rekrutmen dan seleksi yang kurang ketat dan ada yang mengabaikan aturan baku yang berlaku, sehingga masih dijumpai guru-guru yang berstatus PNS yang kurang berkualitas di sekolah-sekolah, mulai dari jenjang pendidikan dasar hingga pada jenjang pendidikan menegah atas. Kondisi ini membawa dampak yang lebih lanjut terhadap kualitas pengetahuan yang harus dimiliki oleh para peserta didik dan prestasi belajar mereka. Realitas ini mendorong pemerintah melalui instansi dan pejabat yang terkait untuk menemukan suatu model persiapan sebelum para calon guru mengikuti proses rekrutmen dan seleksi untuk menjadi PNS. Adapun model yang sudah disosialisasikan dan diterapkan selama beberapa tahun terakhir ini di bawah koordinasi kementerian pendidikan dan kebudayaan dan hasilnya cukup signifikan adalah dalam bentuk suatu program yang disebut program SM3T dan PPG. Program SM3T dan PPG menjadi persyaratan bagi para calon guru untuk mengikuti rekrutmen dan seleksi sebagai PNS.