Hary Nugroho
Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya

Published : 9 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search
Journal : REKA GEOMATIKA

Identifikasi Daerah Prospek Panas Bumi dengan Menggunakan Teknik Pengindraan Jauh (Studi Kasus: Kecamatan Cisurupan, Kabupaten Garut) Nugroho, Hary; Fadhilah, Mohamad Farhan
REKA GEOMATIKA Vol 2018, No 1
Publisher : Institut Teknologi Nasional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (594.027 KB) | DOI: 10.26760/jrg.v2018i1.2661

Abstract

ABSTRAKPertambahan jumlah penduduk mengakibatkan meningkatnya kebutuhan akan energi. Sumber energi dari fosil semakin hari semakin menipis sehingga perlu ada upaya pencarian energi terbarukan. Salah satu potensi energi terbarukan yang banyak tersebar di Indonesia adalah energi panas bumi. Indonesia memiliki 40% potensi energi panas bumi dunia. Umumnya daerah prospek panas bumi berada pada daerah vulkanik yang dikelilingi oleh vegetasi rapat. Salah satu cara untuk mengetahui lokasinya adalah menggunakan metode pengindraan jauh. Teknologi pengindraan jauh ini dapat digunakan pada tahap awal identifikasi yang selanjutnya dapat didalami menggunakan teknik geofisika dan geokimia. Citra pengindraan jauh yang digunakan dilakukan analisis melalui suhu kecerahan atau brightness temperature untuk selanjutnya diintegrasikan dengan data kelurusan, struktur geologi, dan manifestasi panas bumi. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa daerah prospek panas bumi terletak di kawasan Gunung Papandayan yang mencakup Desa Sirnajaya, Karamatwangi, Cisurupan, Cisero, Cidatar, Sukatani, Cipaganti, dan Sukawargi. Daerah prospek terletak di dataran tinggi dengan suhu kecerahan yang beragam antara 12,8°C-42,8°C.Kata kunci: panas bumi, pengindraan jauh, suhu kecerahan, manifestasiABSTRACTPopulation growth has resulted in increased energy demand. Energy sources from fossils will soon run out, so we need renewable alternative energy sources. One of the potential renewable energy that is widely spread in Indonesia is geothermal energy. Indonesia has 40% of the world's geothermal energy potential. Generally, geothermal prospect areas are in volcanic areas surrounded by dense vegetation. How to find out the location, one of which is the application of remote sensing methods. This remote sensing technology can be used at the initial stage of identification which can then be explored using geophysical and geochemical techniques. The image was processed and analyzed to obtain brightness temperature. These results were then integrated with geological structure, and geothermal manifestations. The prospect area obtained is located in the area of Mount Papandayan which includes the villages of Sirnajaya, Karamatwangi, Cisurupan, Cisero, Cidatar, Sukatani, Cipaganti, and Sukawargi. This region is located in the highlands with brightness temperature varying between 12.8°C-42.8°C.Keywords: geothermal, remote sensing, brightness temperature, manifestation
Pemodelan Permukaan Digital Data Magnetik Survei Geofisika Udara menggunakan Metode Geostatistika untuk Ekplorasi Mineral (Daerah Studi: Wilayah Komopa, Papua) Nugroho, Hary; Sari, Dewi Kania; Hernawati, Rika
REKA GEOMATIKA Vol 2017, No 2
Publisher : Institut Teknologi Nasional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2078.726 KB) | DOI: 10.26760/jrg.v2017i2.1767

Abstract

ABSTRAKDalam interpretasi data, data hasil survei geofisika udara umumnya perlu diubah menjadi model permukaan digital atau digital terrain model (DTM). Hal ini sebagai langkah untuk memudahkan dalam memahami kondisi data secara keseluruhan. Untuk membuat DTM banyak metode yang dapat diterapkan. Salah satu di antaranya adalah dengan metode Geostatistika Kriging. Penerapan metode Geostatistika Kriging dapat menggunakan berbagai macam teknik di antaranya adalah teknik Simple Kriging dan Disjunctive Kriging. Dalam penelitian ini dilakukan pengolahan DTM untuk data magnetik dengan menggunakan kedua teknik ini dengan aproksimasi Gaussian Kernel dan Density Skew. Wilayah studi pada penelitian ini adalah wilayah Komopa, Kabupaten Painai, Provinsi Papua yang merupakan wilayah Kontrak Karya PT. Freeport Indonesia. Adapun data yang digunakan adalah data hasil survei geofisika udara yang dilakukan pada periode 1983-1984. Hasil pemodelan yang diperoleh dari kedua teknik tersebut selanjutnya dibandingkan dan diperoleh hasil bahwa teknik Disjunctive Kriging dengan aproksimasi Density Skew lebih baik daripada teknik Simple Kriging dengan aproksimasi Gaussian Kernels maupun Density Skew.Kata kunci: survei geofisika udara, magnetik, DTM, geostatistika, krigingABSTRACTIn data interpretation, airborne geophysical survey results generally need to be transformed into a digital terrain model (DTM). This is an effort to facilitate in understanding the condition of the whole of data. To make the DTM, many methods can be applied. One of them is Kriging geostatistical method. Application of Kriging geostatistical method can use various techniques such as Simple Kriging and Disjunctive Kriging technique. In this research DTM processing for magnetic data has been performed by using both of these techniques with Gaussian Kernel and Density Skew approximation. The study area in this study is the area of Komopa, Painai District, Papua Province which is the area of Work Contract of PT. Freeport Indonesia. The data used is the data of airborne geophysical survey conducted in the period 1983-1984. The modelling results from the two techniques were then compared and the results showed that the Disjunctive Kriging technique with Density Skew approximation is better than Simple Kriging techique with Gaussian Kernels and Density Skew approximation.Keywords: airborne geophysical survey, magnetic, DTM, geostatistics, kriging
Penentuan Tempat Pembuangan Akhir Sampah di Kabupaten Sumedang Menggunakan Pemodelan Spasial Nugroho, Hary; Firmansyah, Melan Nano
REKA GEOMATIKA Vol 2017, No 1
Publisher : Institut Teknologi Nasional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (333.556 KB) | DOI: 10.26760/jrg.v2017i1.1461

Abstract

ABSTRAK Jumlah penduduk Kabupaten Sumedang saat ini mencapai 1.125.125 jiwa dengan tingkat buangan sampah per hari pada tahun 2014 mencapai 3.270 m3. Adapun volume sampah yang tertangani per hari oleh pemerintah Kabupaten Sumedang melalui Badan Lingkungan Hidup baru mencapai 150 m3. Kondisi ini terjadi sebagai akibat akumulasi berbagai permasalahan penanganan sampah. Salah satu di antaranya adalah Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sampah. TPA yang saat ini digunakan, yaitu TPA di Kecamatan Cimalaka Desa Cibeureum Wetan, sudah tidak layak. Oleh karena itu perlu dilakukan pencarian lahan yang dapat dijadikan lokasi tempat pembuangan sampah akhir yang dapat menampung sampah dalam kurun waktu yang lama. Penentuan lokasi TPA baru harus mengikuti kriteria standar seperti yang tertulis dalam SNI No. 03-3241-1994 dan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 3/PRT/M/2013. Dalam penelitian ini, lokasi TPA terbaik ditentukan melalui analisis kesesuaian dengan menggunakan pemodelan spasial. Adapun parameter yang digunakan dalam pemodelan terdiri atas: jenis tanah, jenis batuan, tata guna lahan, kemiringan tanah, kepadatan lalu lintas, hidrogeologi, curah hujan, dan batas administrasi. Hasil pemodelan menunjukkan terdapat 45 titik sebaran lokasi yang berpotensi untuk dijadikan TPA Sampah dengan waktu pengoperasian lebih dari 5 tahun. Kata kunci: TPA Sampah, Pemodelan Spasial, SNI   ABSTRACT The population of Sumedang Regency currently reaches 1,125,125 people with waste disposal in 2014 reached 3,270 m3. The volume of waste which can be handled daily by the district government through the Environment Agency has only reached 150 m3. This condition occurs as a result of the accumulation of various problems of waste management. One of them is the Final Disposal Site (TPA) of Garbage. The TPA currently used, TPA in Cimalaka Village Cibeureum Wetan Village, is no longer feasible. Therefore it is necessary to search for the land that can be used as the location of the final waste disposal that can accommodate the waste in a long time. The determination of new TPA location must follow the standard criteria as written in SNI no. 03-3241-1994 and Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 3/PRT/M/2013. In this study, the best TPA sites were determined through conformity analysis using spatial modeling. The parameters used in this modelling includes soil type, rock type, land use, land slope, traffic density, hydrogeology, rainfall, and administrative boundaries. The modelling result shows that there are 45 spots of potential location to be used as TPA of garbage with operating time more than 5 years. Keywords: TPA Garbage, Spatial Modelling, SNI