Claim Missing Document
Check
Articles

Found 40 Documents
Search

PENGARUH KOMPOSISI Mg DAN SiC TERHADAP SIFAT KEKERASAN KOMPOSIT AlSi-SiC YANG DIBUAT DENGAN PROSES SEMI SOLID STIR CASTING -, Suyanto; -, Sulardjaka; Nugroho, Sri
Prosiding SNATIF Vol 1, No 1 (2014): Prosiding Seminar Nasional Teknologi dan Informatika
Publisher : Prosiding SNATIF

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak  Penelitian ini dilakukan untuk menjawab permasalahan pada pembuatan AMC dengan proses pengecoran, yaitu sulitnya percampuran matriks Al cair dan partikel SiC, dispersi SiC yang tidak homogen, serta permukaan SiC yang tidak terbasahi oleh matriks cair. Al7Si digunakan sebagai bahan matriks, dan partikel SiC digunakan sebagai penguat dengan persentase 5%, 7,5%, dan 10%.  Mg 1% ditambahkan untuk meningkatkan wettability. Semi solid stir casting dilakukan untuk mempermudah percampuran antara matriks dengan partikel penguat. Dengan metode tersebut, partikel SiC berhasil terdispersi secara merata dalam matriks Al7Si. Kekerasan  meningkat seiring dengan penambahan persentase SiC. Kekerasan tertinggi sebesar 75,2 HRB dicapai dengan penambahan Mg 1% dan SiC 10%. Kekerasan meningkat 37% dibandingkan dengan  kekerasan awal matriks Al7Si sebesar  55,1 HRB. Kata kunci: AMC, kekerasan,  SiC, stir casting
PENGARUH TiB TERHADAP KEKERASAN KOMPOSIT AlSiMg YANG DIPERKUAT SERBUK SiC Hermawati, Lilin; -, Sulardjaka; Nugroho, Sri
Prosiding SNATIF Vol 1, No 1 (2014): Prosiding Seminar Nasional Teknologi dan Informatika
Publisher : Prosiding SNATIF

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak Aluminium merupakan salah satu logam yang banyak digunakan dalam industry.Aluminium memiliki sifat ringan, tahan terhadap korosi dan mudah dibentuk. Namun  aluminium memiliki kekerasan yang rendah. Metode Metal Matrix Composite (MMC) merupakan  salah satu metode yang digunakan untuk meningkatkan sifat mekanik suatu logam.   SiC  merupakan bahan yang banyak dipergunakan sebagai penguat.  SiC memiliki kelebihan disbanding  material keramik lainnya, yaitu mudah berikatan dengan aluminium dan tidak menyebabkan oksidasi pada logam aluminium. Penelitian ini meneliti pengaruh  persen berat TiB 0,5%, 1%, 1,5% dan aluminium yang diperkuat SiC 5%. Untuk mengetahui sifat fisis dan mekanis pada komposit AlSiMg-TiB-SiC dilakukan beberapa pengujian, yaitu uji densitas, porositas, kekerasan dan struktur mikro. Perhitungan porositas menunjukkan nilai porositas tertinggi terdapat pada persen berat SiC 0,5% sebesar 4,97%. Hasil uji kekerasan tertinggi pada persen berat SiC 1,5% sebesar 78.39 HRB Hasil pengujian menunjukkan bahwa sifat mekanis meningkat seiring dengan peningkatan persentase serbuk TiB sampai 1,5% Kata Kunci : Metal Matrix Composite, Pengadukan semisolid, Stir Casting, Wetabilitty
PENGARUH PERSENTASE BERAT SiC TERHADAP SIFAT MEKANIS PADUAN Al-Si- Mg-TiB YANG DIPERKUAT SERBUK SiC -, Mujiono; -, Sulardjaka; Nugroho, Sri
Prosiding SNATIF Vol 1, No 1 (2014): Prosiding Seminar Nasional Teknologi dan Informatika
Publisher : Prosiding SNATIF

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak  Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjawap permasalahan pada pembuatan MMC dengan proses pengecoran, yaitu sulitnya percampuran matriks Al cair dan partikel SiC, dispersi SiC yang tidak homogen, serta permukaan SiC yang tidak terbasahi oleh matriks cair. Proses pengecoran dilakukan dengan mengunakan stir casting,  Al7Si digunakan sebagai bahan matriks, dan partikel SiC digunakan sebagai penguat dengan persentase 2,5%, 5 % dan 7,5 %. Mg 1 % ditambahkan untuk meningkatkan wettability dan penambahan 1 % TiB sebagai grain refinance atau penghalus butir untuk meningkatkan kekuatan. Semi solid stir casting dilakukan untuk mempermudah percampuran antara matriks dengan partikel penguat. Dengan metode tersebut, partikel SiC berhasil terdispersi secara merata dalam matrik Al7Si. Butiran menjadi lebih kecil dan halus akibat penambahan 1 % TiB sehingga mampu meningkatkan kekuatan MMC dan  penambahan Mg 1 % dapat meningkatkan wettability serta kekerasan MMC. Kekerasan juga  meningkat seiring dengan penambahan persentase SiC. Kekerasan tertinggi sebesar 82 HRB dicapai dengan penambahan Mg 1 % dan penambahan  1 % TiB  serta SiC 7,5 %. Kekerasan  meningkat sangat signifikan yaitu 41 % dibandingkan dengan kekerasan awal matriks Al7Si sebesar  55,1 HRB.   Kata kunci: kekerasan, MMC, SiC, stir casting
THE EFFECT OF ALLOY ELEMENTS ON FATIGUE STRENGTH OF GRAY CAST IRON AT ROOM AND HIGH TEMPERATURE Sulardjaka, Sulardjaka; Atmaja, Sugeng Tirta; Nugroho, Sri; Adnan, F; Cahyono, A. D.
ROTASI Vol 15, No 1 (2013): VOLUME 15, NOMOR 1, JANUARI 2013
Publisher : Departemen Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (362.857 KB) | DOI: 10.14710/rotasi.15.1.23-28

Abstract

Gray cast iron is quite poor in terms of fatigue resistance due to its typical microstructure of distributed graphite lamellas in a pearlite matrix. The objective of this research to improve mechanical properties and fatigue strength gray cast iron (GCI) at high temperature by adding the alloy elements such as: nickel (Ni), molybdenum (Mo), copper (Cu) and chromium (Cr). The mechanical characterization that has been done is tensile test and hardness tesst. The tensile test was conducted based on ASTM E8 standard. The hardess test of GCI was test by Brinell Hardness Test methods based on ASTM E10. Fatigue test was performed on continuous radius fatigue specimens based on JIS Z 2774 standard with cyclic loading frequency of 50 Hz and load ratio R = -1. The fatigue test has been done at room temperature and at temperature 300oC. The results of this experiments show that alloy elements such as : nickel (Ni), molybdenum (Mo), copper (Cu) and chromium (Cr) increase the hardness and tensile strength of Gray cast iron. Nickel results finer graphite grain and improve fatigue strength of Gray cast iron at high temperature.
KARAKTERISASI PROSES PEMBUATAN AXLE BOTTOM BRACKET THREE PIECES PADA SEPEDA Nugroho, Sri; Aryo, Aryo
ROTASI VOLUME 14, NOMOR 4, OKTOBER 2012
Publisher : Departemen Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (514.413 KB) | DOI: 10.14710/rotasi.14.4.1-7

Abstract

Dengan berkembangnya olah raga dalam bersepeda menuntut para pengguna untuk mengganti komponen dari sepeda yang telah rusak. Salah satu komponen yang sering kali diganti dalam penggunaannya yaitu poros dari engkol sepeda. Sehingga salah satu komponen penting dalam sistem penggerak sepeda ini dijadikan komponen utama dalam sepeda. Yaitu axle bottom bracket adalah poros yang menghubungkan kedua engkol pada sepeda sehingga dapat berputar secara bebas. Untuk itu penulis melakukan penelitian dan analisa.Pengujian yang dilakukan adalah pengujian komposisi kimia, pengujian kekerasan mikro vickers dan pengujian mikrografi. Pengujian komposisi kimia bertujuan untuk mengetahui elemen elemen penyusun dari material, pengujian kekerasan mikro Vickers bertujuan untuk mengetahui kekerasan dan kekuatan bahan. Pengujian mikrografi bertujuan untuk dapat mengetahui struktur dari suatu logam dengan memperjelas batas-batas butir logam.Setelah mendapatkan hasil dari pengujian kemudian dilakukan analisa hasil pengujian.Berdasarkan uji komposisi kimia untuk axle cotter termasuk dalam baja SAE 1020 mempunyai kandungan karbon (C) antara (0.18-0.23)% dan untuk axle nut termasuk dalam baja SAE 1023 mempunyai kandungan karbon(C) antara (0.22-0.0.28)% pada axle bolt termasuk dalam baja SAE 1527 mempunyai kandungan karbon (C) antara (0.22-0.29)%. Menurut tabel metal handbook nilai kekerasan steel 1020 sebesar 121 HB (123.3 HV). Untuk steel 1023 sebesar 116 HB (128 HV) untuk steel 1527 sebesar 149 HB (153.3 HV) hal ini terjadi karena adanya proses carburizing waktu pembuatannya. Berdasarkan uji struktur mikro fasa pada axle bolt dan axle nut yaitu martensite dan axle cotter fasanya ferit dan perlit sehingga berdasarkan dari beberapa pengujian standar yang dilakukan karakteristik ketiga material axle tersebut dapat menahan beban yang diterima.
KARAKTERISASI PAHAT BUBUT HIGH SPEED STEEL (HSS) BOEHLER TIPE MOLIBDENUM (M2) DAN TIPE COLD WORK TOOL STEEL (A8) Nugroho, Sri; Senoaji, Hendrikus Kedo
ROTASI Volume 12, Nomor 3, Juli 2010
Publisher : Departemen Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1052.651 KB) | DOI: 10.14710/rotasi.12.3.19-26

Abstract

Pengujian keausan tepi merupakan salah satu cara untuk mengukur umur pahat. Pengetahuan tentang umur pahat dapat memberi informasi agar proses pembubutan dapat dilakukan secara efektif. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membandingkan bohler jenis molybdenum dan cold work tool steel berdasarkan keausan dan umur pahat. Penelitian ini menggunakan pahat yang memiliki merk sama tetapi harganya berbeda. Pahat menggunakan BOHLER MO RAPID EXTRA 1200 dengan ukuran 3/8 x 4”, yang dibeli Rp. 125.000,00 untuk jenis molybdenum dan Rp. 26.000,00 untuk jenis cold work tool steel. Material benda kerja menggunakan baja ST40. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa umur pahat bohler jenis molybdenum yang paling panjang pada kecepatan potong rendah (Vc = 19,99 m/min) yaitu 102 menit (dial indicator) / 101 menit (pixel), dan umur pahat yang paling pendek pada kecepatan potong tinggi (Vc = 30,65 m/min) yaitu 43 menit (dial indicator) / 37,5 menit (pixel). Umur pahat HSS buatan Taiwan yang paling panjang pada kecepatan potong rendah (Vc = 19,99 m/min) yaitu 83 menit (dial indicator) / 81,5 menit (pixel), dan umur pahat yang paling pendek pada kecepatan potong tinggi (Vc = 30,65 m/min) yaitu 34 menit (dial indicator) / 27,5 menit (pixel). Penelitian ini menyimpulkan bahwa pahat bohler jenis molybdenum dengan harga yang lebih mahal tetapi memiliki umur pahat yang lebih lama dari pahat bohler jenis cold work tool steel
ANALISIS KEGAGALAN IMPELLER SLURRY PUMP DI SEBUAH INDUSTRI KAOLIN Nugroho, Sri
ROTASI Volume 11, Nomor 3, Juli 2009
Publisher : Departemen Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (244.204 KB) | DOI: 10.14710/rotasi.11.3.23-27

Abstract

Pompa sentrifugal di sebuah industri kaolin direncanakan mempunyai umur antara 1-2 tahun operasi. Pompa ini berfungsi untuk memindahkan slurry sebagai bahan dasar kaolin yang memiliki pH 3-4. Ditemukan kasus di mana beberapa pompa mempunyai umur hanya sampai 6 bulan operasi. Kemungkinan penyebab kasus ini antara lain kesalahan pemilihan material impeller pompa, kesalahan spesifikasi pompa, kesalahan operasi, dan sebagainya. Belum ada upaya dari perusahaan tersebut untuk mencari penyebab kegagalan ini. Penelitian ini dilakukan dengan melakukan pengamatan pada kondisi lingkungan kerja dari pompa slurry, pengujian terhadap slurry, pengamatan secara visual pada kondisi impeller yang mengalami kegagalan serta melakukan pengujian pada material impeller yang mengalami kegagalan. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa kesalahan pemilihan material impeller menjadi penyebab kegagalan impeller pada industri kaolin ini.
Analisis Pengaruh Modifikasi Gerakan Pahat pada Proses Permesinan Rumah Poci Komponen Dies Drawing Pedal Brake dengan Software Inventor CAM Iskandar, Norman; Raharjo, Fuad Arief; Nugroho, Sri
ROTASI Vol 21, No 3 (2019): VOLUME 21, NOMOR 3, JULI 2019
Publisher : Departemen Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (502.845 KB) | DOI: 10.14710/rotasi.21.3.173-180

Abstract

Pedal Brake adalah komponen otomotif untuk pijakan kaki pada sistem pengereman pada kendaraan roda tiga. Untuk membuat pedal brake diperlukan adanya dies berupa dies drawing pedal brake. Salah satu komponen dari dies tersebut adalah yang dinamakan komponen rumah poci. Rumah Poci terbuat dari material baja ST-42 yang berfungsi sebagai landasan utama dan wadah dari semua komponen die bawah pada dies drawing pedal brake. Proses permesinan yang dapat dilakukan untuk membuat rumah poci adalah proses milling dimana terdapat tiga proses permesinan yaitu proses pembuatan profil, pembuatan pocket dan pembuatan lubang (drill). Salah satu tipe mesin yang digunakan untuk memproduksi rumah poci adalah mesin CNC Hermle UWF 721H. Proses permesinan yang efektif dan efisien diperlukan untuk menjamin produk yang berkualitas dengan biaya produksi beserta waktu produksi yang minimal. Penelitian ini mengkaji proses pembuatan rumah poci menggunakan software InventorCAM untuk mengetahui waktu permesinan, plotting dan kode pemrograman (G-Code) mesin CNC yang selama ini digunakan apakah sudah optimal secara biaya dan perhitungan waktu. Selanjutnya dilakukan proses optimasi dengan memodifikasi tahapan pemrograman untuk mencari program yang lebih efisien dan efektif. Dari hasil simulasi menunjukkan bahwa hasil modifikasi proses permesinan CNC rumah poci dengan mengubah gerakan pembuatan profil dan pembuatan lubang (drill) diperoleh waktu yang lebih singkat yaitu menjadi 209,44 menit dimana sebelum dimodifikasi sebesar 240,41 menit. Dari sudut pembiayaan dengan mengambil tarif jasa dari salah satu perusahaan di Kota Semarang dimana tarifnya adalah sebesar Rp. 200.000/jam maka, rumah poci yang diproduksi sebelum dilakukan modifikasi program memerlukan biaya jasa sebesar Rp. 801.400,- dan setelah dilakukan modifikasi biaya yang diperlukan berkurang menjadi sebesar Rp. 698.150,-.
ANALISIS KEBOCORAN PIPA REFORMER DI SEBUAH PERUSAHAAN PETROKIMIA Nugroho, sri; Rusnaldy, Rusnaldy
ROTASI Vol 16, No 2 (2014): VOLUME 16, NOMOR 2, APRIL 2014
Publisher : Departemen Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (737.971 KB) | DOI: 10.14710/rotasi.16.2.27-31

Abstract

Primary Reformer adalah suatu alat yang dioperasikan pada suhu 600-800oC dan tekanan 30-40 kg/cm2. Alat ini berbentuk tube yang berfungsi untuk memecahkan gas hidrokarbon menjadi hidrogen. Primary reformer dibuat material yang berbeda, pada flange menggunakan material baja karbon dan pada top tube menggunakan material baja tahan karat. Kedua material tersebut disambung dengan menggunakan las GTAW (Gas Tungsten arc Welding) dengan filler metal inconel 82. Namun ditemukan kobocoran antara sambungan flange dengan material baja karbon dan weld metal yang menggunakan filler metal inconel 82. Hal ini diduga karena adanya dark band pada weld metal di batas fusi material baja karbon yang terbentuk akibat temperatur operasi. Masalah yang terjadi ini mengakibatkan terjadinya disbonding atau lepasnya weld metal pada base metal.
ANALISA PENGARUH POSISI KELUARAN NOSEL PRIMER TERHADAP PERFORMA STEAM EJECTOR MENGGUNAKAN CFD Utomo, Tony Suryo; Nugroho, Sri; Yohana, Eflita
ROTASI VOLUME 13, NOMOR 2, APRIL 2011
Publisher : Departemen Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (463.725 KB) | DOI: 10.14710/rotasi.13.2.22-26

Abstract

Steam ejector refrigerasi merupakan sistem refrigerasi dengan memanfaatkan panas buangan sebagai inputnya. Steam ejector berperan sebagai pengganti kompresor pada siklus kompresi uap. Steam ejector refrigerasi memiliki COP (Coefficient of Performance) yang rendah, sehingga perlu dilakukan penelitian untuk mengoptimalkan kinerja dari steam ejector. Kinerja steam ejector dapat dilihat dari besarnya nilai entrainment ratio yaitu perbandingan laju aliran massa suction dengan laju aliran massa motive. Peningkatan nilai entrainment ratio pada steam ejector dapat meningkatkan COP dari sistem refrigerasi tersebut. Dalam penelitian ini, Computational Fluid Dynamics (CFD) digunakan untuk memprediksi fenomena aliran dan performansi steam ejector. Simulasi dilakukan dengan memodifikasi posisi keluaran nosel primer yaitu jarak nosel dengan constant-area section steam ejector. Jarak nosel dengan constant-area (throat) section steam ejector divariasikan dari 0.1 sampai 5 kali diameter constant-area section. Hasil simulasi menunjukkan performansi optimum diperoleh pada jarak nosel antara 1.5 sampai 4 kali diameter constant-area section. Semakin besar diameter throat nosel maka nilai entrainment ratio semakin menurun.