Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search
Journal : Teknotan: Jurnal Industri Teknologi Pertanian

REKAYASA BERAS ANALOG BERBAHAN BAKU NON BERAS Marsetio -; Bambang Nurhadi; Saripah Hudaya
Teknotan: Jurnal Industri Teknologi Pertanian Vol 1, No 2 (2007)
Publisher : Fakultas Teknologi Industri Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Beras analog adalah beras yang dibuat dari bahan bukan beras, tersusun dari serealia bukan beras, kacang-kacangan dan umbi-umbian dengan komposisi gizi mendekati beras. Pada penelitian ini bahan yang digunakan berasal dari jagung, sorgum, kedelai, kacang hijau, singkong, dan garut.Penelitian dilakukan melalui metode eksperimnetal dengan perlakuan 7 formula beras analog yaitu : F1 = Garut-Kedelai-Jagung (72 : 5,5 : 22,5), F2 = Garut-Kedelai-K.Hijau (80 : 10 : 10), F3 = Garut-Kedelai-Jagung (55,5 : 10 : 34,5), F4 = Singkong-Kedelai-Jagung (67,8 : 22,2 : 10), F5 = Singkong-Kedelai-K.Hijau (71 : 10 : 19), F6 = Sorgum-Garut-K. Hijau (76 : 10 : 14), dan F7 = Sorgum-Garut-K. Hijau (10 : 14,6 : 75,4). Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Keteknikan Pengolahan Pangan Jurusan Teknologi Industri Pangan Fakultas Teknologi Industri Pertanian Universitas Padjadjaran.Hasil penelitian menunjukkan bahwa beras analog mentah yang disusun dari Singkong-Kedelai-Jagung (67,8 : 22,2 : 10) merupakan formula terbaik walaupun tingkat kesukaan terhadap warna antara agak suka - suka, aroma antara agak suka – kurang suka, dan tekstur antara agak suka – biasa. Setelah dmasak menjadi nasi, tingkat kesukaan tersebut mengalami kenaikan. Hanya saja, kesukaan terhadap teksturnya ternyata masih lebih rendah dibanding dengan formula beras analog yang disusun dari formula F5 (singkong kedelai-kacang hijau = 71 : 10 : 19). Beras analog (F4) ini mengandung energi 347 Kalori, protein 6,06 %, lebih rendah dari protein beras sebesar 7,4 %, lemak 0,61 %, serat kasar 5,19 %. Asam amino pembatasnya adalah metionin dan sistin. Secara fisika, beras analog masih berbentuk silinder (seperti pelet/pakan ikan). Kata kunci: Beras analog, Formula, Sifat fisika dan kimia, Nilai kesukaan
Pengaruh Jumlah Bahan Baku serta Waktu Ekstraksi terhadap Karakteristik dan Umur Simpan Ekstrak Stevia Cair Zulfaa Irbah Zain; Sarifah Nurjanah; Bambang Nurhadi
Teknotan: Jurnal Industri Teknologi Pertanian Vol 14, No 2 (2020): TEKNOTAN, Desember 2020
Publisher : Fakultas Teknologi Industri Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/jt.vol14n2.5

Abstract

Kebutuhan akan bahan tambahan pemanis semakin meningkat seiring dengan pertumbuhan industri pangan. Salah satu jenis pemanis alami yang belum banyak dikembangkan adalah Stevia rebaudiana Bertonii. Daun stevia dapat diekstrak dengan air. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh formulasi ekstraksi yang menghasilkan karakteristik ekstrak paling baik. Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap dengan faktor rasio bahan baku:pelarut (b/v) dan faktor waktu ekstraksi. Daun stevia dikeringkan pada suhu 55℃ selama 5 jam dan diekstrak menggunakan water bath pada suhu 95℃ dengan air sebagai pelarut. Variasi perlakuan rasio bahan baku:pelarut yang digunakan sebesar 1:25, 1:30, dan 1:35 (b/v), dengan variasi waktu ekstraksi sebesar 20, 30, dan 40 menit. Karakteristik yang diamati diantaranya adalah total padatan terlarut, kecerahan, kadar steviosida, dan kemanisan dengan metode uji ranking. Selain itu dilakukan pula pengujian tingkat kemanisan terhadap gula pasir dengan metode magnitude estimation dan pengujian umur simpan dengan sensory shelf-life estimation. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ekstraksi dengan perlakuan rasio bahan baku:pelarut 1:25 (b/v) dan waktu ekstraksi 40 menit menghasilkan karakteristik paling baik dengan nilai total padatan terlarut sebesar 2oBrix, nilai kecerahan sebesar 8,52, kadar steviosida sebesar 2,82%, dan nilai rata-rata kemanisan sebesar 3,33. Pada penelitian ini diketahui bahwa ekstrak stevia memiliki tingkat kemanisan 120 kali dari gula pasir, serta umur simpan 12,531 hari.
PENGARUH KADAR AIR AWAL BAWANG DAN KUALITAS MINYAK GORENG TERHADAP SERAPAN MINYAK OLEH BAWANG MERAH (ALLIUM CEPA L) GORENG Bambang Nurhadi; Mohammad Djali; Robi Andoyo
Teknotan: Jurnal Industri Teknologi Pertanian Vol 1, No 1 (2007)
Publisher : Fakultas Teknologi Industri Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh kadar air awal bawang dan kualitas minyak goreng terhadap serapan minyak oleh bawang merah goreng. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari hingga Agustus 2006. Penelitian ini dilakukan dengan rancangan kelompok  acak lengkap dengan dua factor (kadar air awal dan kualitas minyak goring) dan replikasi sebanyak dua kali digunakan dalam penelitian ini.  Penurunan kadar air bawang merah selama proses penggorengan terjadi melalui mekanisme difusi dan dimodelkan terbaik dengan persamaan eksponensial orde satu 3,8247e-0.0044t  dengan nilai R kuadrat sebesar 0,957. Karakteristik fisik dan kimia minyak yang telah digunakan beberapa kali mengalami perubahan. Semakin sering minyak yang digunakan, semakin tinggi bilangan peroksida, bilangan asam, sementara itu semakin rendah titik asap minyak tersebut. Kadar air awal bawang merah memberikan pengaruh yang nyata terhadap minyak yang terserap oleh bawang merah goreng. Semakin rendah kandungan air awal bawang maka makin sedikit minyak yang terserap oleh bawang merah goreng. Tetapi pengaruh kualitas minyak yang digunakan tidak menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap minyak terserap oleh bawang merah goreng. Kata kunci: Kadar air, kualitas minyak, penyerapan minyak, bawang goreng, model eksponensial
KARAKTERISTIK OPAK DARI CAMPURAN BERAS-SORGUM PUTIH GENOTIPE 1.1. (SORGHUM BICOLOR (L) MOENCH) DARI BERBAGAI LAMA PENYOSOHAN ABRASIF DAN BERAS KETAN PUTIH (ORYZA SATIVA GLUTINOSA) Carmencita Tjahjadi; Bambang Nurhadi; Tino Mutiarawati; Anas -; Kiki Dwijayanti
Teknotan: Jurnal Industri Teknologi Pertanian Vol 4, No 1 (2010)
Publisher : Fakultas Teknologi Industri Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Biji sorgum memiliki kulit yang terikat erat oleh endosperma, karena itu ia perlu disosoh dulu sebelum digunakan sebagai bahan pensubstitusi beras ketan dalam pembuatan opak. Tingkat penyosohan biji sorgum akan menentukan kualitas opak yang dihasilkan. Penelitian menggunakan metode eksperimen dengan Rancangan Acak Kelompok (RAK) pola faktorial yang terdiri dari dua faktor, yaitu: lama penyosohan biji sorgum putih Genotipe 1.1 (1 menit, 1,5 menit dan 2 menit) dan rasio nasi sorgum putih Genotipe 1.1 bebas embryonic disc dengan nasi ketan putih (40%:60%, 50%:50% dan 60%:40%) serta 3 ulangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa lama penyosohan biji sorgum 1 menit dan rasio nasi sorgum putih Genotipe 1.1 bebas embryonic disc dengan nasi ketan putih 60%:40% menghasilkan opak dengan karakteristik yang terbaik yaitu kadar air adonan 66,05% (b.b.), kadar air opak mentah 7,80% (b.b.), kadar air opak matang 4,05% (b.b.), kekerasan 1,04 kg, volume pengembangan 217,78%, kesukaan terhadap warna, citarasa, kerenyahan, kenampakan keseluruhan biasa dan kehalusan permukaan agak suka, kadar protein 4,02% (b.b.), kadar lemak 5,66% (b.b.), kadar abu 3,72% (b.b.), kadar serat kasar 2,52% (b.b.), kadar karbohidrat 82,55% (b.b.) dan rendemen 36,26%. Kata kunci: Sorgum, Lama penyosohan, Rasio gandum sosoh dan beras ketan
OPTIMASI DAN KARAKTERISASI PIGMEN BRAZILIN TERENKAPSULASI DARI KAYU SECANG (Caesalpinia sappan Linn) Tensiska -; Bambang Nurhadi; Feka Yasmita Pratama
Teknotan: Jurnal Industri Teknologi Pertanian Vol 5, No 1 (2011)
Publisher : Fakultas Teknologi Industri Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pigmen brazilin dari kayu secang (Caesalpinia sappan Linn) dapat bermanfaat sebagai pewarna makanan. Ekstrak kayu secang yang dikeringbekukan tidak stabil terhadap nilai pH, suhu dan pemanasan, sinar ultraviolet, oksidator dan reduktor, serta logam. Produksi bubuk pigmen brazilin dari kayu secang menggunakan teknik mikroenkapsulasi merupakan alternatif yang dapat mengatasi permasalahan tersebut, karena bentuk bubuk lebih praktis untuk diaplikasikan, dan umur simpannya lebih panjang. Serbuk kayu secang diekstrak dengan air mendidih dan dicampur dengan 1 % Na-EDTA 0,001 M. Bahan penyalut yang digunakan untuk mikroenkapsulasi ekstrak pigmen brazilin ini adalah gum arab 1 %. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah Metode Eksperimental dengan dua kali ulangan dan selanjutnya hasil percobaan dianalisis secara deskriptif. Bubuk pigmen brazilin terenkapsulasi tersebut, selanjutnya diketahui karakteristiknya terhadap berbagai nilai pH, dalam suhu pengolahan, dan dalam beberapa sistem pangan. Hasil penelitian menunjukkan, larutan pigmen brazilin kayu secang memberikan warna merah pada pH 7, dan 7,5. Perlakuan pasteurisasi (74oC selama 17 menit) dan sterilisasi (121oC selama 4 detik) menurunkan intensitas warna merah. Pigmen brazilin yang dilarutkan dalam air mampu larut sempurna dan memberikan warna merah yang pekat pada konsentrasi 1 %.Kata kunci: Pigmen brazilin, Inkapsulasi, Gum arab