Claim Missing Document
Check
Articles

Found 21 Documents
Search

KARAKTERISTIK OPAK DARI CAMPURAN BERAS-SORGUM PUTIH GENOTIPE 1.1. (SORGHUM BICOLOR (L) MOENCH) DARI BERBAGAI LAMA PENYOSOHAN ABRASIF DAN BERAS KETAN PUTIH (ORYZA SATIVA GLUTINOSA) Carmencita Tjahjadi; Bambang Nurhadi; Tino Mutiarawati; Anas -; Kiki Dwijayanti
Teknotan: Jurnal Industri Teknologi Pertanian Vol 4, No 1 (2010)
Publisher : Fakultas Teknologi Industri Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Biji sorgum memiliki kulit yang terikat erat oleh endosperma, karena itu ia perlu disosoh dulu sebelum digunakan sebagai bahan pensubstitusi beras ketan dalam pembuatan opak. Tingkat penyosohan biji sorgum akan menentukan kualitas opak yang dihasilkan. Penelitian menggunakan metode eksperimen dengan Rancangan Acak Kelompok (RAK) pola faktorial yang terdiri dari dua faktor, yaitu: lama penyosohan biji sorgum putih Genotipe 1.1 (1 menit, 1,5 menit dan 2 menit) dan rasio nasi sorgum putih Genotipe 1.1 bebas embryonic disc dengan nasi ketan putih (40%:60%, 50%:50% dan 60%:40%) serta 3 ulangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa lama penyosohan biji sorgum 1 menit dan rasio nasi sorgum putih Genotipe 1.1 bebas embryonic disc dengan nasi ketan putih 60%:40% menghasilkan opak dengan karakteristik yang terbaik yaitu kadar air adonan 66,05% (b.b.), kadar air opak mentah 7,80% (b.b.), kadar air opak matang 4,05% (b.b.), kekerasan 1,04 kg, volume pengembangan 217,78%, kesukaan terhadap warna, citarasa, kerenyahan, kenampakan keseluruhan biasa dan kehalusan permukaan agak suka, kadar protein 4,02% (b.b.), kadar lemak 5,66% (b.b.), kadar abu 3,72% (b.b.), kadar serat kasar 2,52% (b.b.), kadar karbohidrat 82,55% (b.b.) dan rendemen 36,26%. Kata kunci: Sorgum, Lama penyosohan, Rasio gandum sosoh dan beras ketan
OPTIMASI DAN KARAKTERISASI PIGMEN BRAZILIN TERENKAPSULASI DARI KAYU SECANG (Caesalpinia sappan Linn) Tensiska -; Bambang Nurhadi; Feka Yasmita Pratama
Teknotan: Jurnal Industri Teknologi Pertanian Vol 5, No 1 (2011)
Publisher : Fakultas Teknologi Industri Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pigmen brazilin dari kayu secang (Caesalpinia sappan Linn) dapat bermanfaat sebagai pewarna makanan. Ekstrak kayu secang yang dikeringbekukan tidak stabil terhadap nilai pH, suhu dan pemanasan, sinar ultraviolet, oksidator dan reduktor, serta logam. Produksi bubuk pigmen brazilin dari kayu secang menggunakan teknik mikroenkapsulasi merupakan alternatif yang dapat mengatasi permasalahan tersebut, karena bentuk bubuk lebih praktis untuk diaplikasikan, dan umur simpannya lebih panjang. Serbuk kayu secang diekstrak dengan air mendidih dan dicampur dengan 1 % Na-EDTA 0,001 M. Bahan penyalut yang digunakan untuk mikroenkapsulasi ekstrak pigmen brazilin ini adalah gum arab 1 %. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah Metode Eksperimental dengan dua kali ulangan dan selanjutnya hasil percobaan dianalisis secara deskriptif. Bubuk pigmen brazilin terenkapsulasi tersebut, selanjutnya diketahui karakteristiknya terhadap berbagai nilai pH, dalam suhu pengolahan, dan dalam beberapa sistem pangan. Hasil penelitian menunjukkan, larutan pigmen brazilin kayu secang memberikan warna merah pada pH 7, dan 7,5. Perlakuan pasteurisasi (74oC selama 17 menit) dan sterilisasi (121oC selama 4 detik) menurunkan intensitas warna merah. Pigmen brazilin yang dilarutkan dalam air mampu larut sempurna dan memberikan warna merah yang pekat pada konsentrasi 1 %.Kata kunci: Pigmen brazilin, Inkapsulasi, Gum arab
Dampak Pemberian Mikroenkapsulasi Minyak Ikan dalam Pakan terhadap Kolesterol Darah dan Performa pada Domba Ganesha Ade Riemas; Iman Hernaman; Diky Ramdani; Bambang Nurhadi
Jurnal Agripet Vol 21, No 1 (2021): Volume 21, No. 1, April 2021
Publisher : Agricultural Faculty

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17969/agripet.v21i1.16627

Abstract

ABSTRAK. Tujuan penelitian ini untuk mengukur seberapa besar pengaruh minyak ikan yang sudah terenkapsulasi terhadap kolesterol darah dan performa pada Domba. Penelitian telah dilakukan di Sub Unit Pelayanan Pengembangan Pembibitan Ternak Domba dan Kambing (SUPPPTDK) Bunihayu, Subang pada tanggal 20 Januari 2020 sampai 27 Maret 2020. Sebanyak 18 ekor domba Ekor Tipis jantan dengan bobot 15,99±0,98 kg dialokasikan ke dalam 3 perlakuan secara acak. Domba tersebut diberi ransum perlakuan yang disuplementasi dengan mikroenkapsulasi minyak ikan sebanyak 0% (P0), 2,5% (P1), dan 5% (P2). Data yang terkumpul dilakukan analisis ragam dan bila hasil berbeda nyata maka dilanjutkan dengan uji Duncan. Hasil menunjukkan bahwa mikroenkapsulasi minyak ikan dapat menurunkan kolesterol darah (P0,05), namun tidak berpengaruh nyata terhadap pertambahan bobot badan, konsumsi dan konversi ransum (P0,05). Penurunan kadar kolesterol terjadi pada kelompok domba dengan perlakuan mikroenkapsulasi sebanyak 2,5% (P1) dan mikroenkapsulasi 5% (P2). Kadar kolesterol darah masing-masing perlakuan berturut-turut adalah 100,70 mg/dl (P0); 96,20 mg/dl (P1); dan 78,76 mg/dl (P2). Rataan yang terbaik pada pertambahan bobot badan, konsumsi bahan kering harian, dan konversi ransum terdapat pada P2 yaitu 63,96 g/hari, 574,13 g/hari, dan 9,08. Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa mikroenkapsulasi minyak ikan dapat menurunkan kolesterol darah, dengan penurunan tertinggi pada pemberian 5%.  (The impact of microencapsulation fish oil in feed on blood cholesterols and performance on sheep) ABSTRAK. This study measured the effect of encapsulated fish oil on blood cholesterol and sheep performance. The study was conducted at the Bunihayu Sheep and Goat Breeding Services Bunihayu, Subang on January 20, 2020 to March 27, 2020. A total of 18 male thin-tailed sheep 15.99±0.98 kg were allocated randomly into 3 treatments. The sheep were given feed supplemented with fish oil microencapsulation of 0% (P0), 2.5% (P1), and 5% (P2). The data were collected and analyzed by analysis of variance and, if the result is significantly different, continued by Duncan's test. The results showed that fish oil microencapsulation decreased blood cholesterol levels (P0.05). However, it did not affect body weight gain, consumption, and feed conversion (P0.05). Decreased levels of cholesterol occurred in the group of sheep with 2.5% microencapsulation (P1) and 5% microencapsulation (P2). Blood cholesterol levels of each treatment were 100.70 mg/dl (P0); 96.20 mg/dl (P1); and 78.76 mg/dl (P2), respectively. Averagely, the highest body weight gain, dry matter intake and feed conversion were found in P2 as much as 63.96 g/day, 574.13 g/day, and 9.08, respectively. The results can be concluded that microencapsulation of fish oil can reduce blood cholesterol, with the highest decrease at the level of 5%.
Production of Denatured Whey Protein Concentrate at Various pHfrom Wastewater of Cheese Industry Robi Andoyo; Anindya Rahmana Fitri; Ratih Siswanina Putri; Efri Mardawati; Bambang Nurhadi; Nandi Sukri; Rudi Saprudin Darwis
agriTECH Vol 41, No 2 (2021)
Publisher : Faculty of Agricultural Technology, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (223.126 KB) | DOI: 10.22146/agritech.55439

Abstract

Wastewater produced from cheese industry is rich in biological component such as whey protein, fat and lactose. Whey protein is the residual liquid of cheese making process with a high protein efficiency ratio. The wastewater source used in this study was whey liquid from cheese processing industry located at West Java, Indonesia. Conversion of soluble whey protein into whey protein microparticle is required to produce food with nutritional value that can be adjusted to the needs of the specific target with high digestibility and palatability. Whey protein was collected by separation technique through heat treatment at specific condition. This was done by changing the heat treatment condition and pH of the samples. Changing the pH of the samples before heat treatment affect the ionic strength of the whey protein hence, altering the properties of the concentrate. This study aims to produce whey protein concentrate heated at various pH level and to observe physicochemical and functional properties of the concentrates. The method used in this research was a descriptive method conducted on three treatments and two replications namely whey protein concentrate production in a pH condition 6.4; 6.65; and 7.0. The parameters observed were physicochemical and functional properties. Furthermore, the result showed that there were decrease in protein content, along with the increasing pH before heat treatment. Microstructure image (SEM) showed a finer particles with the increasing pH. Meanwhile, solubility of the rehydrated samples tends to increase along with the increasing pH. The measurement of functional properties of the samples showed that denatured whey protein produced at different pH before heat treatment have different water holding capacity and a tendency to form bonds between protein particles thereby increasing the viscosity value. These physicochemical and functional properties were suitable for denatured whey protein to be used as a texture controller in whey protein based-food production.
ANTIOXIDANT ACTIVITIY OF ADLAY EXTRACT (Coix lachryma-jobi L.) WITH DIFFERENT SOLVENT Tensiska Tensiska; Bambang Nurhadi; Endah Wulandari; Yushini Ayu Laras Ratri
Jurnal Agroindustri Vol 10, No 1 (2020)
Publisher : BPFP Faperta UNIB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31186/j.agroindustri.10.1.1-11

Abstract

Adlay is a minor cereal which utilization is not optimal in Indonesia. Adlay grains have natural antioxidants in the form of phenolic compounds and flavonoids found in bran, husk, and testa. Purpose of this study was to determine the type of  adlay bran extraction solvent that produced the highest antioxidant activity. The study used an experimental method with a randomized block design (RBD) consisting of 3 treatments that were repeated 4 times, namely extraction with (1) ethanol solvent; (2) n-hexane solvent; and (3) ethanol solvent then the waste is extracted again with hexane solvent. The extract obtained was analyzed for its antioxidant activity by DPPH method, total phenol, total tocopherol and yield. The results showed extracts from ethanol solvents produced the highest antioxidant activity where IC50 values were 771.73 ppm, but categorized as antioxidants with very weak activity. The extraction of adlay bran with ethanol solvent resulted in a yield of 1.91%, total phenol of 0.92%, and total tocopherol 0.09 mg / mL 
Karakteristik Antioksidan dan Organoleptik Produk Aquaresin Bumbu Rendang pada Berbagai Rasio Ektrak Rempah Bambang Nurhadi; Daniel Abdiputra Gunawan; Siti Nurhasanah; Heni Radiani Arifin
Jurnal Aplikasi Teknologi Pangan IN PRESS
Publisher : Faculty of Animal and Agricultural Sciences, Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17728/jatp.11975

Abstract

Rendang merupakan salah satu makanan khas dari Minangkabau yang cukup terkenal di berbagai daerah di Indonesia bahkan dunia. Aquaresin rendang menjadi salah satu produk turunan dari rendang, yang mudah diaplikasikan dalam industri pangan karena sifatnya yang mudah larut dalam air serta tinggi kandungan senyawa aktif. Aquaresin rendang terdiri dari campuran oleoresin dan minyak atsiri hasil dari proses ekstraksi rempah bumbu rendang. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan formulasi aquaresin bumbu rendang yang dapat menghasilkan karakteristik antioksidan dan organoleptik terbaik dengan perbedaan rasio campuran oleoresin (Ole) dan essential oil (EO). Metode penelitian ini menggunakan metode eksperimental dengan analisis deskriptif dan statistik. Penelitian ini terdiri dari proses pembuatan aquaresin bumbu rendang, analisis rendemen, analisis aktivitas antioksidan dan uji organoleptik. Rendemen oleoresin dan minyak atsiri bumbu rendang sebesar 24,31% dan 1,65%. Analisa aktivitas antioksidan menggunakan metode penangkapan radikal bebas 1,1-difenil-2-pikrihidazil (DPPH) menghasilkan nilai IC50 masing-masing sebesar 43,40; 44,63; 41,60; dan 33,00 ppm. Sampel D (Ole 5% + EO 20%) memiliki aktivitas antioksidan terkuat dengan nilai IC50 sebesar 33 ppm. Uji organoleptik panelis semi terlatih menggunakan metode uji hedonik, mutu hedonik, dan deskriptif dengan atribut mutu aroma, rasa, warna, after taste, dan intensitas pedas menunjukkan bahwa, sampel C (Ole 10% + EO 15%) menjadi yang terbaik. Rendang is one of the typical foods from Minangkabau which is quite famous in various regions in Indonesia and even the world. Rendang aquaresin is one of the derivative products of rendang, which is easy to apply in the food industry because of its water-soluble properties and high content of active compounds. Rendang aquaresin consists of a mixture of oleoresin and essential oils resulting from the extraction process of rendang spices. This study aims to obtain aquaresin formulation of rendang seasoning that can produce the best antioxidant and organoleptic characteristics with different ratios of oleoresin and essential oil mixtures. This research method uses an experimental method with descriptive and statistical analysis. This research consisted of the process of making rendang spice aquaresin, yield analysis, antioxidant activity analysis and organoleptic testing. The yield of oleoresin and essential oil of rendang seasoning was 24.31% and 1.65%, respectively. Analysis of antioxidant activity using the free radical scavenging method 1,1-diphenyl-2-pichrihidazil (DPPH) resulted in IC50 values of 43.40; 44.63; 41.60; and 33.00 ppm. Sample D has the strongest antioxidant activity with an IC50 value of 33 ppm. Organoleptic test of semi-trained panelists using hedonic, hedonic quality, and descriptive test methods with attributes of aroma, taste, color, after taste, and spicy intensity showed that sample C was the best.
KAJIAN KARAKTERISTIK TEKSTUR (TEXTURE PROFIL ANALYSIS) DAN ORGANOLEPTIK DAGING AYAM ASAP BERBASIS TEKNOLOGI ASAP CAIR TEMPURUNG KELAPA Rossi Indiarto; Bambang Nurhadi; Edy Subroto
Jurnal Teknologi Hasil Pertanian Vol 5, No 2 (2012)
Publisher : Universitas Sebelas Maret (UNS)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (656.43 KB) | DOI: 10.20961/jthp.v0i0.13562

Abstract

Daging ayam asap merupakan salah satu makanan yang banyak diminati masyarakat karena aroma dancitarasa yang khas. Umumnya daging ayam asap dilakukan dengan pengasapan tradisional. Sejak dikenalteknologi asap cair pengolahan daging ayam asap dapat dilakukan dengan lebih praktis dan aman denganpenambahan asap cair. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui katakteristik fisik Texture Profile Analysis (TPA)dan organoleptik daging ayam asap dengan penambahan asap cair R1 dan R2. Metode penelitian yang digunakanadalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 2 faktor yaitu konsentrasi asap cair 1%, 3%, 5%, 7% danperlakuan asap cair (R1 dan R2). Hasil penelitian menunjukkan penambahan konsentrasi asap cair dapatmeningkatkan secara signifikan hardness R1 7% dan R2 3%, springiness R1 3% dan R2 5%, cohesiveness R1 danR2 masing- masing 5%, gumminess R2 3%, 5%, chewiness R1 dan R2 masing- masing 5% serta resilience R2 5%.Panelis cenderungan lebih menyukai daging ayam asap dengan penambahan R1 dibandingkan denganpengasapan menggunakan smoke cabinet untuk parameter warna, citarasa, after taste dan penambahan R2 untukparameter aroma, warna, citarasa dan after taste. Secara umum penambahan asap cair R1 dan R2 konsentrasi 3%paling disukai oleh panelis.
Kajian Karakteristik Fisik Nanokomposit Film yang diperkuat dengan Nanopartikel Seng Oksida Heni Radiani Arifin; Muhamad Djali; Bambang Nurhadi; Almira Vania P.
Prosiding Industrial Research Workshop and National Seminar Vol 12 (2021): Prosiding 12th Industrial Research Workshop and National Seminar (IRWNS)
Publisher : Politeknik Negeri Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (373.942 KB)

Abstract

Kajian Karakteristik Fisik Nanokomposit Film yang diperkuat dengan Nanopartikel Seng Oksida
PREFERENSI WANITA USIA SUBUR TERHADAP MADU LEBAH TANPA SENGAT SEBAGAI KANDIDAT PRODUK ANTIEMESIS Fajar Abhirama Akhsanul Ikhsan; Bambang Nurhadi; Mahani Mahani
Jurnal Pangan dan Agroindustri Vol. 10 No. 3: July 2022
Publisher : Department of Food Science and Biotechnology, Faculty of Agriculture Technology, Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/ub.jpa.2022.010.03.4

Abstract

Ibu hamil memiliki gangguan mual dan muntah (emesis), yang membuat nafsu makan menurun dan secara tidak langsung mengurangi asupan gizi untuk janin. Salah satu bahan pangan yang dapat betindak sebagai antiemesis adalah madu. Madu memiliki karakteristik sensori yang dipengaruhi sifat fisikokimia, hal ini dapat memengaruhi preferensi ibu hamil dalam menentukan madu yang disukai. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui preferensi Wanita Usia Subur (WUS) dalam memilih madu Lebah Tanpa Sengat sebagai kandidat produk antiemesis. Metode yang dilakukan adalah pengujian organoleptik dengan uji hedonik menggunakan panelis WUS sebagai model dari ibu hamil. Untuk sampel madu yang digunakan berasal dari berbagai wilayah di Indonesia seperti Sulawesi Selatan, Banten, Bogor, Kalimantan Timur, Jawa Timur, Kalimantan Barat, dan Bengkulu. WUS memiliki preferensi tertinggi pada madu lebah Tetragonula biroi yang berasal dari Bogor dengan karakteristik fisikokimia seperti kadar air sebesar 28.79 ± 0.31%, tingkat keasaman sebesar 118.76 ± 5.08 ml NaOH 1N/kg, , kadar gula pereduksi sebesar 29.22 ± 5.11%, kadar HMF sebesar 79.75 ± 1.77 mg/kg.
PROFIL SPESIES LEBAH DAN TANAMAN PAKAN, SERTA KORELASI KADAR TOTAL FENOL DAN WARNA MADU DARI BERBAGAI JENIS MADU DI INDONESIA Mahani, Mahani; Berliana, Annisa Putri; Nurhadi, Bambang
Jurnal Sains dan Teknologi Pangan Vol 7, No 4 (2022): Jurnal Sains dan Teknologi Pangan
Publisher : JURUSAN ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN, UNIVERSITAS HALU OLEO

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (768.099 KB) | DOI: 10.33772/jstp.v7i4.27484

Abstract

ABSTRACTIndonesia has various types of honey which are influenced by the high diversity of bee species and food sources. This diversity causes the characteristics and chemistry of honey to vary. This study aims to determine the effect of bee species and feed sources on the total phenol content and color of various types of honey in Indonesia. The research method used is the total phenol content test using the Folin Ciocalteu method and the color test using a colorimeter. The results obtained in fresh honey that the highest phenol content was A. cerana from North Sumatra was 1,760 mg GAE/g with a dark honey color, while the lowest total phenol content in fresh honey was G. thoracica from West Sumatra at 0,543 mg GAE/g. with a light-yellow honey color. The data of this study indicate that the higher the total phenol content in honey, the darker the color of the honey.Keywords: Bee, Phenol, Honey, Feed, Color.ABSTRAKIndonesia memiliki beragam jenis madu yang dipengaruhi oleh tingginya keragaman spesies lebah dan sumber pakan. Keberagaman tersebut menyebabkan karakteristik dan kimiawi madu berbeda-beda. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh spesies lebah dan sumber pakan terhadap kadar total fenol dan warna dari berbagai jenis madu di Indonesia. Metode penelitian yang digunakan adalah uji kadar total fenol menggunakan Metode Folin Ciocalteu dan uji warna menggunakan alat kolorimeter. Hasil yang diperoleh pada madu segar kadar fenol teringgi ialah A. cerana dari Sumatera Utara sebesar sebesar 1,760 mg GAE/g dengan warna madu tergolong gelap, sedangkan kadar total fenol terendah pada madu segar ialah G. thoracica dari Sumatera Barat sebesar 0,543 mg GAE/g dengan warna madu kuning terang. Data penelitian ini menunjukkan bahwa semakin tinggi kadar total fenol pada madu, maka semakin gelap warna madu.Kata kunci: Fenol, Lebah, Madu, Pakan, Warna