Nurmainah Nurmainah
Fakultas Kedokteran Universitas Tanjungpura Pontianak

Published : 11 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 11 Documents
Search

The Risk of Atherosclerotic Cardiovascular Disease among Hyperlipidaemia Patients and Appropriateness of Statin Therapy Iskandar, Maharani F.; Nurmainah, Nurmainah; Susanti, Ressi
Pharmacology and Clinical Pharmacy Research Vol 3, No 1
Publisher : Universitas Padjadjaran, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (308.963 KB) | DOI: 10.15416/pcpr.v3i1.16452

Abstract

Patients with hyperlipidaemia is at increased risk of developing atherosclerotic cardiovascular disease (ASCVD). The use of appropriate statin therapy is important to obtain optimal health outcomes. However, there was limited information regarding the risk of ASCVD among Indonesian hyperlipidaemia population and the appropriateness of statin therapy given to these patients. This study aimed to assess the ASCVD risks among the patients and evaluate the use of statin therapy at hospitalized hyperlidaemia patients. This cross sectional study used medical records as data source. This study was conducted at one hospital in Pontianak, Indonesia during Januari-June 2017. We included 50 subjects. The 10-year risk of ASCVD was assessed using ASCVD pooled cohort risk assessment equation (PCRAE). The results showed that 66% of the included subjects had a relatively high risk of developing ASCVD. Subjects with high risk of ASCVD received inappropriate statin therapy. High intensity statin should be given to these patients. In conclusion, large proportion of the subjects were at high risk of developing ASCVD. Nevertheless, inappropriate statin therapy were given to these patients. Improvement in medication practice should be done to prevent complication and increase quality of health outcomes.Keywords: ASCVD, dyslipidemia, statin
Profil Mean Arterial Pressure dan Tekanan Darah pada Pasien Hipertensi Krisis dengan Kombinasi Amlodipin Angelina, Ria; Nurmainah, Nurmainah; Robiyanto, Robiyanto
Indonesian Journal of Clinical Pharmacy Vol 7, No 3 (2018)
Publisher : Indonesian Journal of Clinical Pharmacy

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (523.582 KB) | DOI: 10.15416/ijcp.2018.7.3.172

Abstract

Berdasarkan pedoman pengobatan hipertensi krisis, pengobatan hipertensi emergensi menggunakan antihipertensi parenteral sedangkan hipertensi urgensi menggunakan antihipertensi oral. Tujuannya agar tercapai penurunan Mean Arterial Pressure (MAP) di bawah 25% dan tekanan darah sistolik/diastolik (TDS/TDD) di bawah atau sama dengan 160/100 mmHg. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan penurunan MAP dan TDS/TDD setelah 24 jam pemberian amlodipin oral dengan berbagai kombinasi pada pasien hipertensi krisis. Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan rancangan potong lintang (cross-sectional) yang bersifat deskriptif. Pengumpulan data dilakukan secara retrospektif berdasarkan data rekam medis pasien hipertensi krisis rawat inap di RSUD Sultan Syarif Mohamad Alkadrie Kota Pontianak periode Januari 2016–Desember 2017. Sampel yang diperoleh sebanyak 38 pasien. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pasien hipertensi emergensi yang menggunakan amlodipin secara oral dengan kombinasi antihipertensi lainnya memiliki nilai MAP setelah 24 jam sebesar 24% dan beberapa pasien hipertensi emergensi menunjukkan pencapaian MAP-nya sebesar 32%. Namun demikian, penurunan TDS/TDD setelah 24 jam mencapai di bawah atau sama dengan 160/100 mmHg. Penggunaan amlodipin oral dengan berbagai kombinasi terapi antihipertensi lainnya pada pasien hipertensi urgensi menunjukkan pencapaian MAP berkisar 20–23%. Sementara itu, TDS/TDD setelah 24 jam mencapai sekitar dan di bawah 160/100 mmHg. Penggunaan amlodipin secara oral dengan kombinasi antihipertensi lainnya pada pasien hipertensi emergensi belum mampu menunjukkan penurunan MAP sesuai yang diinginkan. Di sisi lain, penanganan hipertensi urgensi dengan menggunakan amlodipin oral dengan berbagai kombinasi terapi antihipertensi lainnya menunjukkan pencapaian penurunan MAP sesuai dengan pedoman pengobatan hipertensi krisis.Kata kunci: Amlodipin, hipertensi krisis, mean arterial pressure, tekanan darah Mean Arterial Pressure and Blood Pressure Profile in Hypertensive Crises Patients with Amlodipine Therapy CombinationAbstractBased on treatment guidelines of crisis hypertension, emergency hypertensive treatment uses parenteral antihypertensive whereas urgency hypertensive uses oral antihypertensive. The goal is to achieve a drop in Mean Arterial Pressure (MAP) below 25% and systolic/diastolic blood pressure (SBP/DBP) below or equal to 160/100 mmHg. This study aimed to describe the decrease in MAP and SBP/DBP after 24 hours of oral amlodipine administration with various combinations in patients with crisis hypertension. This research was an observational research with cross-sectional design which was descriptive. Data collection was done retrospectively based on medical record data of hypertensive crisis patients that hospitalized at RSUD Sultan Syarif Mohamad Alkadrie Pontianak City from January 2016 until December 2017. The samples obtained were 38 patients. Results from the study showed that emergency hypertension patients who used oral amlodipine with other antihypertensive combinations had 24-hour MAP values of 24% and some emergency hypertension patients showed a MAP attainment of 32% with decreased SBP/DBP after 24 hours reached under 160/100 mmHg. The use of oral amlodipine amlodipine with other antihypertensive combinations in urgency hypertensive patients showed an achievement of 20–23% reduction in MAP with decreased SBP/DBP after 24 hours under 160/100 mmHg. The use of oral amlodipine with other antihypertensive combinations in emergency hypertensive patients did not show a desirable reduction in MAP. Treatment of urgency hypertensive by using oral amlodipine with various combinations of other antihypertensive therapies showed a decrease in MAP according to crisis hypertension treatment guidelines.Keywords: Amlodipine, blood pressure, hypertensive crises, mean arterial pressure
EVALUASI IMPLEMENTASI PENGADAAN OBAT BERDASARKAN SISTEM KATALOG ELEKTRONIK (E-CATALOGUE) DI KABUPATEN SINTANG TAHUN 2015 Hermiana, Aida; Robiyanto, Robiyanto; Nurmainah, Nurmainah
Farmasains : Jurnal Ilmiah Ilmu Kefarmasian Vol 4 No 2 (2017)
Publisher : Universitas Muhammadiyah Prof. DR. HAMKA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (491.838 KB) | DOI: 10.22236/farmasains.v4i2.294

Abstract

Pengadaan obat berdasarkan Katalog Elektronik di Kabupaten Sintang telah berjalan sejak tahun 2013 namun memiliki beberapa permasalahan sehingga perlu dilakukan evaluasi mengenai implementasi kebijakan tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi implementasi pengadaan obat berdasarkan Katalog Elektronik di Kabupaten Sintang tahun 2015 dimulai dari perencanaan kebutuhan, pengadaan hingga realisasi kebutuhan obat puskesmas. Desain penelitian berupa survey deskriptif dengan metode pengumpulan data primer dengan wawancara mendalam serta pengumpulan data sekunder melalui Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO) puskesmas. Informan merupakan petugas pengelola obat di 3 puskesmas di Kabupaten Sintang serta Kepala Seksi Farmasi dan Alat Kesehatan di Dinas Kesehatan. Hasil penelitian menunjukkan proses perencanaan dan pengadaan obat berdasarkan Katalog Elektronik telah berjalan baik dengan persentase 100% dan 90%. Tahun 2015 tidak semua jenis obat dan perbekalan terealisasi namun jenisnya sudah sesuai dengan yang telah dipesan oleh puskesmas. Realisasi kebutuhan obat di Kabupaten Sintang tahun 2015 meningkat dibandingkan tahun sebelumnya dengan persentase ketersediaan terkecil sebesar 66,67% sedangkan pada tahun 2014 sebesar 36,76%.
EVALUASI PENGGUNAAN STATIN UNTUK PENCEGAHAN RISIKO KARDIOVASKULAR ATEROSKLEROSIS PADA PASIEN DISLIPIDEMIA DENGAN DIABETES MELITUS TIPE 2 Isandora, Yesica; Nurmainah, Nurmainah; Riza, Hafrizal
Jurnal Mahasiswa Farmasi Fakultas Kedokteran UNTAN Vol 4, No 1 (2019): Jurnal Farmasi Kalbar
Publisher : Jurnal Mahasiswa Farmasi Fakultas Kedokteran UNTAN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Lini pertama pengobatan dislipidemia adalah statin untuk pencegahan risiko penyakit Atherosclerotic Cardiovascular Disease (ASCVD). Penggunaan statin pada pasien dislipidemia dengan komorbid diabetes melitus tipe 2 masih belum tepat, sehingga berisiko tinggi terjadinya ASCVD. Penelitian ini untuk mengetahui persentase ketepatan penggunaan statin berdasarkan perbedaan risiko ASCVD dan jenis statin yang digunakan pada penderita dislipidemia dengan diabetes melitus tipe 2 di RSUD Sultan Syarif Mohamad Alkadrie Pontianak. Penelitian observasional menggunakan rancangan potong lintang bersifat deskriptif. Pengumpulan data cara retrospektif yaitu data rekam medik, data laboratorium, dan data resep obat pasien rawat jalan dislipidemia dengan diabetes melitus tipe 2 di RSUD Sultan Syarif Mohamad Alkadrie Pontianak periode Januari – Juni 2019. Sampel yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi sebanyak 47 pasien. Penelitian ini menunjukkan bahwa pasien dislipidemia dengan diabetes melitus tipe 2 yang memiliki risiko ASCVD < 7,5 % sebanyak 31,91 % dengan penggunaan statin 27,65 % tepat, 4,25 % tidak tepat. Pasien dengan risiko ASCVD ?7,5% sebanyak 68,08 %, penggunaan statin masih belum tepat. Jenis statin yang digunakan pada penelitian ini yaitu simvastatin 10 mg dan 20 mg, serta atorvastatin 20 mg. Kesimpulan dari penelitian ini pasien dengan risiko tinggi ASCVD mendapatkan statin dengan dosis yang tidak tepat berdasarkan pedoman ACC/AHA 2013.
Kajian Tingkat Pengetahuan dan Perilaku Swamedikasi Batuk Pada Mahasiswa Kesehatan Saputra, Pinsensius Boni; Rizkifani, Shoma; Nurmainah, Nurmainah
Jurnal Mahasiswa Farmasi Fakultas Kedokteran UNTAN Vol 5, No 1 (2021): Jurnal Farmasi Kalbar
Publisher : Jurnal Mahasiswa Farmasi Fakultas Kedokteran UNTAN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Swamedikasi biasanya dilakukan oleh mahasiswa untuk mengatasi penyakit ringan yang sering dialami contohnya batuk. Tingkat pengetahuan swamedikasi pada mahasiswa kesehatan tergolong dalam kategori baik. Namun masih terdapat penelitian yang menunjukkan pengetahuan yang baik belum tentu mempunyai perilaku yang baik dalam melakukan swamedikasi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat pengetahuan dan perilaku swamedikasi batuk pada mahasiswa kesehatan. Metode : Penelitian ini merupakan jenis penelitian observasional bersifat deskriptif. Pengambilan sampel dengan teknik quota sampling dan pengumpulan data dilakukan dengan menyebarkan kuesioner dalam bentuk google form kepada mahasiswa kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Tanjungpura. Sampel yang digunakan sebanyak 302 responden. Penelitian ini dilakukan pada bulan November-Desember 2020. Hasil dan kesimpulan : responden paling banyak berjenis kelamin perempuan (79,470 %) dengan usia 19 tahun (35,430%) dan semester III (34,437 %). Pada penelitian ini responden memperoleh obat batuk paling banyak dari apotek tanpa resep dokter (59,934 %) dengan obat OBH Combi® menjadi pilihan obat yang paling sering dikonsumsi (34,437 %). Selanjutnya, dari 302 responden terdapat 213 (70,529 %) responden memiliki tingkat pengetahuan yang baik dan 295 (97,682 %) responden memiliki perilaku yang positif.
EVALUASI PENATALAKSANAAN TERAPI PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) PADA PASIEN ANAK DI INSTALASI RAWAT INAP RSUD SULTAN SYARIF MOHAMAD ALKADRIE TAHUN 2019 Meriska, Nisa; Susanti, Ressi; Nurmainah, Nurmainah
Jurnal Mahasiswa Farmasi Fakultas Kedokteran UNTAN Vol 5, No 1 (2021): Jurnal Farmasi Kalbar
Publisher : Jurnal Mahasiswa Farmasi Fakultas Kedokteran UNTAN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Demam berdarah dengue (DBD) disebabkan oleh infeksi virus dengue untuk itu dalam pengobatannya hanya diperlukan terapi suportif sebagai pengganti cairan tubuh dan terapi simtomatis seperti pemberian paracetamol untuk mengatasi demam dan tidak memerlukan antibiotik apabila tidak ada infeksi sekunder ataupun mengalami sindrom syok dengue (SSD). Penggunaan obat dan dosis yang tidak sesuai pada anak dapat memperburuk penyakit DBD yang diderita sehingga merupakan urgensi diperlukannya suatu pengkajian dan evaluasi terhadap pola penatalaksanaan DBD. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik pada pasien DBD serta evaluasi penatalaksanaan terapi pada pasien DBD. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan rancangan potong lintang yang bersifat deskriptif. Pengumpulan data berdasarkan data rekam medis yang dilakukan dengan teknik accidental sampling. Sampel yang memenuhi kriteria inklusi dalam penelitian ini berjumlah 30 pasien. Hasil penelitian ditemukan karakteristik pasien laki-laki sebanyak 40% dan perempuan sebanyak 60%. Rentang usia pasien yang terlibat dalam penelitian ini berusia 2-5 tahun (33,33%) dan 6-12 tahun (66,67%). Evaluasi penatalaksanaan terapi penyakit DBD pada anak yaitu tepat pasien (100%), tepat indikasi (93,33%), tepat obat (93,33%), dan tepat dosis (86,67%). Kesimpulan dari penelitian ini adalah pasien yang paling banyak mengalami DBD berjenis kelamin perempuan (60%) dengan rentang usia paling banyak 6-12 tahun (66,67%) dan untuk tatalaksana terapi penyakit DBD sudah tepat pasien, tepat indikasi, tepat obat, dan tepat dosis.
RESEARCH ON KNOWLEDGE AND BEHAVIOR LEVEL IN SELF-MEDICATION OF GASTRITIS AMONG MEDICAL STUDENTS Oi, San; Rizkifani, Shoma; Nurmainah, Nurmainah
Jurnal Mahasiswa Farmasi Fakultas Kedokteran UNTAN Vol 4, No 1 (2019): Jurnal Farmasi Kalbar
Publisher : Jurnal Mahasiswa Farmasi Fakultas Kedokteran UNTAN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Self-medication is a process that is carried out to deal with complaints and minor ailments that are often experienced. Gastritis is a mild disease that can be self-medicated by individuals. The level of self-medicated knowledge among health students is in a good category. However, good knowledge does not always show good behavior in doing self-medication. The purpose of this study was to analyze the relationship between the level of knowledge and gastritis selfmedication behavior in health students. Methods : This type of study is an descriptive observational study with a cross-sectional study design. The sampling technique used was quota sampling. The data analysis used was the Spearman Rank correlation test with a confidence level of 95%. Results and Conclusions : Most respondents were 19 years old (34.769%), female gender (81.788%), third semester (34.438%). The most frequently consumed drug is Promag® (62.914%), and the most often visited place to get an gastritis drug is a pharmacy (58.278%). The level of knowledge possessed by health students was classified as good, namely as many as 186 respondents (61.590%) and positive gastritis self-medication behavior as many as 229 respondents (75.828%).
Analisis Hubungan Penggunaan Obat Antiepilepsi terhadap Risiko Jatuh pada Pasien Geriatri Rawat Jalan di Klinik Saraf RSUD Sultan Syarif Mohamad Alkadrie Pontianak Sariyani, Maya; Nurmainah, Nurmainah; Susanti, Ressi
Jurnal Mahasiswa Farmasi Fakultas Kedokteran UNTAN Vol 5, No 1 (2021): Jurnal Farmasi Kalbar
Publisher : Jurnal Mahasiswa Farmasi Fakultas Kedokteran UNTAN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penggunaan obat antiepilepsi dapat meningkatkan risiko jatuh karena efek samping seperti ataksia, sedasi, kebingungan, pusing, dan penglihatan kabur. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis hubungan usia, jenis kelamin, dan komorbid terhadap risiko jatuh pada geriatri. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan rancangan cross-sectional yang bersifat analitik. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara purposive sampling. Data yang digunakan merupakan basis data elektronik pasien geriatri rawat jalan di klinik saraf selama periode Januari hingga Desember 2019 yang menggunakan obat antiepilepsi. Analisis data dilakukan menggunakan SPSS versi 16.0 dengan uji chi-square. Hasil: Penelitian ini menunjukkan bahwa persentase usia 60-69 tahun lebih banyak sebesar 72,5% dimana wanita lebih mendominasi dengan jumlah sebesar 54,1% dibanding pria sebesar 45,9%, dan geriatri tanpa komorbid lebih banyak sebesar 88,7% dibanding geriatri yang memiliki komorbid sebesar 11,3%. Analisis statistik menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara usia (p=0,001), jenis kelamin (p=0,001), dan komorbid (p=0,001) dengan risiko jatuh. Kesimpulan: Terdapat hubungan yang bermakna antara usia, jenis kelamin, dan komorbid terhadap peningkatan risiko jatuh pada geriatri. Kata kunci: fall risk medicine, geriatri, obat antiepilepsi, risiko jatuh
Studi Karakteristik Peresepan Obat Antidiabetik Oral di Apotek Kota Pontianak Ronaldo, Ronaldo; Rizkifani, Shoma; Nurmainah, Nurmainah
Jurnal Mahasiswa Farmasi Fakultas Kedokteran UNTAN Vol 5, No 1 (2021): Jurnal Farmasi Kalbar
Publisher : Jurnal Mahasiswa Farmasi Fakultas Kedokteran UNTAN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Diabetes melitus umumnya disertai komplikasi sehingga obat-obat yang diberikan cenderung polifarmasi. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian dengan rancangan potong lintang yang berifat deskriptif. Data resep diambil secara retrospektif dengan menggunakan resep pasien diabetes melitus di Apotek di Kota Pontianak selama tahun 2019. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik purposive sampling. Data yang diambil dari resep adalah nama obat, jumlah obat, aturan pakai obat, jenis kelamin, dan usia. Hasil: Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan sebanyak 204 resep yang memenuhi kriteria inklusi. Karakteristik berdasarkan jenis kelamin yaitu laki-laki 40,69% dan perempuan 59,31%, karakteristik berdasarkan usia yaitu pasien diabetes dengan usia ? 60 tahun sebanyak 33,82%, dan karakteristik berdasarkan jumlah obat yaitu polifarmasi minor 62,25% dan mayor 38,75%. Kesimpulan: Penelitian ini menunjukkan bahwa pasien hipertensi didominasi oleh jenis kelamin perempuan, usia ? 60 tahun, dan jenis polifarmasi minor (2-4obat). Kata kunci: Antidiabetik oral, Karakteristik, Resep.
ANALISIS HUBUNGAN POLIFARMASI DAN BIAYA PENGGUNAAN OBAT RISIKO JATUH PADA PASIEN GERIATRI DI KLINIK SARAF RSUD DR SOEDARSO PONTIANAK Afrilla, Dian; Nurmainah, Nurmainah; Susanti, Ressi
Jurnal Mahasiswa Farmasi Fakultas Kedokteran UNTAN Vol 5, No 1 (2021): Jurnal Farmasi Kalbar
Publisher : Jurnal Mahasiswa Farmasi Fakultas Kedokteran UNTAN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Jatuh merupakan salah satu masalah kesehatan serius pada pasien geriatri. Salah satu faktor risiko terjadinya jatuh adalah jumlah penggunaan obat risiko jatuh atau Fall Risk Medicine (FRM). Disisi lain, berdampak pada beban biaya kesehatan yang harus ditanggung oleh rumah sakit. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan rata-rata biaya penggunaan obat risiko jatuh berdasarkan polifarmasi obat dan karakteristik pasien geriatri di klinik saraf RSUD dr. Soedarso Pontianak. Penelitian merupakan jenis penelitian observasional menggunakan rancangan penelitian potong lintang (cross sectional) yang bersifat deskriptif. Pengumpulan data bersifat retrospektif yaitu menggunakan basis data elektronik. Populasi penelitian ini adalah seluruh pasien geriatri di Klinik Saraf RSUD dr.Soedarso Pontianak selama periode Januari–Desember 2019. Jumlah sampel yang memenuhi kriteri inklusi sebanyak 2.109 pasien. Analisis data dilakukan uji independent sample t-test. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pasien geriatri yang berkunjung ke klinik saraf cenderung pasien wanita sebanyak 51,26%, lansia muda dengan usia 60-69 tahun sebanyak 71,22%, dan penggunaan <5 obat (non polifarmasi) sebanyak 94,12%. Analisis independent sample t-test menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara usia kelompok non polifarmasi (sig 2-tailed = 0,000) dan jumlah obat (sig 2-tailed = 0,000) terhadap rata-rata biaya penggunaan obat risiko jatuh dan tidak terdapat hubungan yang bermakna antara jenis kelamin (sig 2-tailed = 0,124 dan 0,697) dan usia kelompok polifarmasi (sig 2-tailed = 0,618 dan 0,786) terhadap rata-rata biaya penggunaan obat risiko jatuh pasien geriatri. Kesimpulan dari penelitian ini adalah usia pada kelompok non polifarmasi dan jumlah obat memiliki hubungan bermakna dengan besarnya biaya penggunaan obat jatuh pada geriatri.