Claim Missing Document
Check
Articles

Found 14 Documents
Search

Metode Penyelesaian Sengketa Batas Desa UPT Tambak Sari Kecamatan Poto Tano Kabupaten Sumbawa Barat Rasyid Ridha; Agus Kurniawan; Febrita Susanti; Sri Apriani Puji Lestari
Jurnal Planoearth Vol 4, No 1: Februari 2019
Publisher : Universitas Muhammadiyah Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (845.934 KB) | DOI: 10.31764/jpe.v4i1.877

Abstract

UPT Tambak Sari is one of the expansion villages in the sub- district of Poto Tano, which  has  problems  against  village  boundary  disputes  with  surrounding  villages,  thus  inhibiting the process of setting the village boundary to be definitive, therefore it is necessary to Settlement of the village boundary UPT Tambak Sari. The purpose of this research is to know  the  process  of  implementing  and  resolving  boundary  disputes  for  UPT  Tambak  Sari village.   The   method   used   is   a   qualitative   description   through   participatory   mapping approach es  as well  as  referring  to the  Indonesian  Ministry of  Home  Affairs  Regulation  No.  45 2016 of village boundaries determination and affirmation guidelines. The results obtained  from this research is the implementation of the boundary of village boundaries conducted in the  internal  Cartometris  village,  and  then  carried  out  the  boundary  settlement  deliberation  between  villages  with  the  exposure of  Toponimi  and  village  boundary  segments,  but weak Regulations and information sources relating to indicative village boundaries precipitate the boundary disputes between villages. In the village boundary determination process has also been  agreed  on  the  mechanisms  of  dispute  the  village  boundary,  the  mechanism  that agreed is the report of the village boundary dispute to the dispute resolution team was then  carried out mediation and Deliberation, if there is no agreement then will be in the process of  adjudication, in this process of dispute settlement of the village boundary UPT add Sari can be  resolved  at  the  mediation level  based  on  the  joint  decision  of  the  District  regent  of  Sumbawa The history of village formation and regulation.
KAJIAN LOKASI POS INDUK PEMADAM KEBAKARAN TERHADAP BENCANA KEBAKARAN DI KOTA MATARAM Fariz Primadi Hirsan; Baiq Harly Widayanti; Agus Kurniawan; Ardi Yuniarman; Sri Apriani Puji Lestari
Jurnal Planoearth Vol 3, No 2: Agustus 2018
Publisher : Universitas Muhammadiyah Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (789.542 KB) | DOI: 10.31764/jpe.v3i2.617

Abstract

Penelitian bertujuan mengidentifikasi kondisi eksisting pos induk pemadam kebakaran, tingkat kerawanan kebakaran dan penentuan alternatif solusi pemecahan masalah. Penelitian menggunakan metode deskriptif serta analisis deskriptif dan analisis jaringan. Hasil penelitian menunjukan kondisi Pos Induk Pemadam Kebakaran cukup memadai, baik dari aspek kelayakan fisik bangunan maupun kemampuan pelayanan. Frekuensi kejadian kebakaran tahun 2016, rata-rata terjadi 2 kasus setiap bulannya. Daerah rawan kebakaran secara umum didominasi oleh daerah yang memiliki tingkat resiko kebakaran sedang. Alternatif solusi masalah lokasi pos induk pemadam kebakaran yaitu penambahan jumlah infrastruktur pemadam kebakaran, seperti hidran, Alat Pemadam Api Ringan (APAR), Smoke Detector, Automatic Gurgoyle
Konsep Kampung Wisata Belanja Berkelanjutan Klaster Industri Kerajinan Mutiara, Emas dan Perak (MEP) di Kelurahan Karang Pule, Kecamatan Sekarbela, Kota Mataram Ima Rahmawati Sushanti; Agus Kurniawan
Jurnal Planoearth Vol 3, No 1: February 2018
Publisher : Universitas Muhammadiyah Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (888.044 KB) | DOI: 10.31764/jpe.v3i1.216

Abstract

Keberadaan klaster industri di Kota Mataram memberikan pengaruh sosial, ekonomi dan lingkungan terhadap kawasan permukiman sekitarnya (Sushanti, Ima R, 2015). Sesuai Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Mataram tahun 2011 – 2031 klaster industri MEP di Kelurahan Karang Pule, Kecamatan Sekarbela ditetapkan sebagai kawasan pariwisata belanja.  Tujuan penelitian adalah menentukan konsep kampung wisata belanja dalam rangka penataan klaster industri dan kawasan permukiman sekitarnya yang terpadu, secara fisik, ekonomi dan sosial berdasarkan komponen perancangan. Hasil  penelitian adalah konsep  kampung wisata belanja berkelanjutan yang layak, produktif dan partisipatif mengintegrasikan potensi klaster industri dan kawasan permukiman sekitarnya di Kelurahan Karang Pule, Kecamatan Sekarbela, Kota Mataram.
Analisis Kemampuan Daya Dukung Lahan Menggunakan Carring Capacity Ratio (CCR) di Kabupaten Dompu Febrita Susanti; Agus Kurniawan
Jurnal Planoearth Vol 2, No 1: Februari 2017
Publisher : Universitas Muhammadiyah Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (625.74 KB) | DOI: 10.31764/jpe.v2i1.839

Abstract

Penelitian daya dukung lahan ini diilakukan bertujuan untuk mengetahui kemampuan daya dukung pertanian terhadap lingkungannya. Jenis penelitina ini adalah penelitian deskriptif kuntitatif dengan menggunakan analisis carrying capacity ratio. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa sector pertanian mampu mendukung pertumbuhan daerah serta memenuhi kebutuhan pokok penduduk di Kabupaten Dompu. Empat kecamatan mempunyai nilai CCR mendekati anggka = 1, yaitu Kecamatan Woja, Kecamatan Kilo, Kecamaan Kempo dan Kecamatan Pekat yang artinnya bahwa lahan pertanian yang ada di setiap kecamatan tersebut memiliki daya dukung yang cukup tinggi terhadap aktifitas pembangunan seperti Kecamaan dengan nilai rasio daya dukung 1,7 yang berarti bahwa di setiap rumah tangga biasa memiliki lahan seluas 1,7 ha, artinya lebih besar 0,83 ha dari luas lahan rata-rata yang dimiliki oleh setiap rumah tangga petani. Kecamatan manggelewa memiliki rasio daya dukung sama dengan 1 (=1), yang berarti kecamatan tersebut masih memiliki keseimbangan antara kemampuan lahan dari  jumlah penduduknya
Identifikasi Pola Masa Bangunan di Permukiman Tradisional Masyarakat Adat Loang Godeq, Desa Loloan, Kecamatam Bayan, Kabupaten Lombok Utara Ardi Yuniarman; Tjatur Kukuh Surjanto; Agus Kurniawan
Jurnal Planoearth Vol 6, No 2: Agustus 2021
Publisher : Universitas Muhammadiyah Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31764/jpe.v6i2.6588

Abstract

Loang Godek merupakan kelompok permukiman adat masyarakat sasak yang berada di Desa Loloan Kecamatan Bayan Kabupaten Lombok Utara. Pada tahun sekitar 1970-an, permukiman adat Loang Godek terjadi bencana kebakaran yang meluluhlantahkan seluruh bangunan adat Loang Godek. Pada tahun 2018 di bulan Agustus Lombok Utara diguncang gempa bumi berkekuatan 7 skala Richter mengakibatkan bangunan-bangunan dengan konstruksi baru atau kekinianbanyak yang hancur dan bangunan tradisional dengan kosntruksi kayu banyak bertahan. Melihat fenomena ini sebagian masyarakat berusaha membangun kembali huniannya dengan gaya konstruksi tradisional diamana kontruksi bangunan yang dimaksud adalah pemilihan bahan-bahan kayu, karena terbukti bangunan tersebut lebih bisa bertahan. Penelitian ini merupakan penelitian kwalitatif deskriptif dengan teknik pendekatan purposif sampling dimana didasarkan atas ciri-ciri atau sifat-sifat tertentu yang dipandang mempunyai sangkut paut erat dengan ciri-ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya. Penelitian ini melihat bagaimana orientasi masa bangunan, susunan dan fungsi masa bangunan, jarak antar fungsi masa bangunan dan pola susunan masa bangunan di permukiman adat Loang Godek. Hasil penelitian ini adalah susunan masa bangunan pada permukinan Adat Loang Godek tersusun berpola sejajar membentuk sumbu garis lurus adri Daya (Gunung Rinjai) dan Lauq (arah ke laut) dimana terdapat 3 (tiga) jenis bangunan yang kesemuanya masuk dalam wilayah teritori adat Loang Godek.Abstract: Loang Godek is a group of traditional Sasak community settlements located in Loloan Village, Bayan District, North Lombok Regency. In the 1970s, the Loang Godek traditional settlement was hit by a fire that destroyed the entire Loang Godek traditional building. In 2018 in August, North Lombok was rocked by an earthquake measuring 7 on the Richter scale resulting in many buildings with new or contemporary construction being destroyed and many traditional buildings with wooden construction surviving. Seeing this phenomenon, some people are trying to rebuild their homes with traditional construction styles, where the construction of the building in question is the selection of wood materials, because it is proven that the building is more durable. This research is a descriptive qualitative research with a purposive sampling approach technique which is based on certain characteristics or traits that are considered to have a close relationship with the characteristics or characteristics of the population that have been known previously. This study looks at how the orientation of the building mass, the structure and function of the building mass, the distance between the functions of the building mass and the pattern of building mass structure in the Loang Godek traditional settlement. The results of this study are the arrangement of the buildings in the Loang Godek Customary Settlement arranged in a parallel pattern to form a straight line axis adri Daya (Mount Rinjai) and Lauq (towards the sea) where there are 3 (three) types of buildings, all of which are included in the Loang Godek customary territory.
Potensi dan Masalah Kawasan Pesisir Desa Sigarpenjalin Sebagai Kawasan Strategis Kabupaten Lombok Utara Ardi Yuniarman; Agus Kurniawan; Dodik Sutikno; Osy Insyan
Jurnal Planoearth Vol 6, No 1: Februari 2021
Publisher : Universitas Muhammadiyah Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31764/jpe.v6i1.4905

Abstract

Sektor pariwisata pada era otonomi daerah sekarang ini hanya semata-mata untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah. Fenomena ini sering terjadi di dalam pengembangan dan perencanaan kawasan terutama kawasan yang berada di wilayah pesisir, sehingga perlunya penelitian ini untuk mengkaji lebih dalam terhadap potensi dan masalah yang ada di Desa Singar Penjalin, sehingga pentingnya penelitian ini untuk melihat potensi dan masalah pada kondisi fisik kawasan baik secara fisik dasar maupun fisik binaan. Metodologi penelitiaan ini menggunakan pendekatan deskriptif kwalitatif. Dari hasil yang ditemukan bahwa Kawasan Desa Singgar Penjalin merupakan kawasan pintu masuk kawasan Administrasi Perkotaan Tanjung yang melintang dari luar menuju kawasan pusat pemerintahan dengan beberapa kegiatan pariwisata dan fasilitas penunjang seperti hotel, kafe dan lapangan Golf, sudah memiliki arah pengembangan sebagai kawasan pariwisata dalam peraturan daerahnya, topografi yang variatif berpotensi memberikan atraktif sebagai kawasan wisata serta jenis tanah yang cocok sebagai fungsi pertanian. Ketidak jelasan pola pengembangan kawasan terlihat banyaknya alis fungsi lahan yang besar, susahnya mengidentifikasi kawasan akibat dari kurang kuatnya penanda kawasan dan citra sebagai ciri khas kawasan,  pemanfaatan dan pembangunan fisik di area sempadan pantai yang merupakan kawasan lindung, serta akses yang masih kurang baik menuju kawasan wisata sepanjang pantai di Desa Sigar Penjalin.Abstract:  The tourism sector in the current era of regional autonomy is only to increase Regional Original Income. This phenomenon often occurs in regional development and planning, especially areas located in coastal areas, so the need for this research is to examine more deeply the potential and problems that exist in Singar Penjalin Village, so the importance of this research is to see the potential and problems in the physical condition of the area. both basic physical and built physical. This research methodology uses a qualitative descriptive approach. From the results, it was found that the Singgar Penjalin Village Area is the entrance area of the Tanjung Urban Administration area that crosses from the outside to the central government area with several tourism activities and supporting facilities such as hotels, cafes and golf courses, already has a development direction asa tourism area in its regional regulations. , the varied topography has the potential to provide attractiveness as a tourist area as well as suitable soil types as agricultural functions. The unclear pattern of regional development can be seen from the large number of eyebrows of land functions, the difficulty of identifying areas as a result of the lack of strong regional markers and images as regional characteristics, physical use and development in the coastal border area which is a protected area, and poor access to the area. along the coast in Sigar Penjalin Village. 
Sinergitas Jejaring Klaster MEP Sekarbela dalam Kerangka Sistem Inovasi Daerah Sri Apriani Puji Lestari; Agus Kurniawan; Rasyid Ridha
Journal of Regional and Rural Development Planning (Jurnal Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan) Vol. 3 No. 1 (2019): Journal of Regional and Rural Development Planning (Jurnal Perencanaan Pembangu
Publisher : P4W LPPM IPB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (348.364 KB) | DOI: 10.29244/jp2wd.2019.3.1.85-94

Abstract

Industrial cluster is one of the approaches used as an effort to develop economic activities within the framework of regional innovation systems. The cluster approach is expected to be able to stimulate innovation through sharing of information, experience and knowledge between actors, and encouraging increased linkages of expertise in cluster networks. This study aims to identify stakeholders involved and the extent of stakeholder relations in the Sekarbela pearl, gold and silver (MEP) industry cluster network within the framework of regional innovation systems. This study usedsurvey method with qualitative and quantitative descriptive approaches on secondary and primary data. Analysis conducted were descriptive qualitative analysis and social network analysis. Results shows that actors involved in the network cluster consisted of various elements, such as the central and local governments, private sector, financing institutions, academicians, and associations. Based on the measurement of betweenness centrality and closeness centrality, the Department of Industry, Cooperatives and SMEs of Mataram City, Local Development Planning Agency (Bappeda) of Mataram City, Mataram City Trade Office, NTB Province Cooperative and MSME Office, and the Ministry of Industry are liaison actors in a network chain that facilitates the dissemination of information in the network, as well as the ease and proximity to communicate with each other. The role of academics and funding institution inadequate and this affects the development of cluster innovation. More active role is required from various parties involved, as well as knowledge transfer and information sharing between actors in the cluster network, in order to create innovative and competitive products.
Identifikasi Lapisan Akuifer Menggunakan Resistivity Method 1-dimensi di Dusun Karang Bayan, Parampuan, Kabupaten Lombok Barat Melinda Dwi Erintina; Aji Syailendra Ubaidillah; Andi Faesal; Agus Kurniawan
Jurnal Ilmiah Giga Vol 25, No 2 (2022): Volume 25 Edisi 2 Tahun 2022
Publisher : Universitas Nasional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47313/jig.v25i2.1932

Abstract

This study aims to identify aquifer layer at Karang Bayan Village, Parampuan, Lombok Barat District. Aquifer layer is the layer that can store and bring the water because it has high rock porosity. The method used in this study was resistivity method with Schlumberger Configuration. This study used 2 measurement points, namely point 1 and point 2. Each of points has the value of (AB/2) = 300meter. Data were analysed and processed by using software Progress resulting the variation of resistivity value vertically. The result at point 1 shows the aquifer layer is at depth 86.30-128 meters and identified as sandstone with resistivity value 56.50 Ωm. The result at point 2 shows the aquifer layer is at depth 86-128 meter and identified as sandstone with resistivity value 20.28 Ωm.
PEMETAAN DELINEASI KAWASAN PERKOTAAN BERBASIS PARTISIPATIF Fariz Primadi Hirsan; Agus Kurniawan; Rasyid Ridha; Ardi Yuniarman
JMM (Jurnal Masyarakat Mandiri) Vol 6, No 5 (2022): Oktober
Publisher : Universitas Muhammadiyah Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31764/jmm.v6i5.10120

Abstract

Abstrak: Perkembangan kota yang dinamis selalu mengalami perubahan yang terakumulasi menjadi perubahan yang akan memberikan dampak bagi wilayah di sekitarnya. Dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kab. Bima, Wawo ditetapkan sebagai PKL (Pusat kegiatan Lokal). Akan tetapi, hingga saat ini, sebagai kawasan yang ditetapkan untuk fungsi pusat kegiatan lokal, Kecamatan Wawo belum memiliki kawasan yang ditetapkan sebagai wilayah perkotaan kecamatan. Tujuan dari dilakukannya pengabdian ini adalah, bagaimana masyarakat dan pranata kelembagaan yang ada di Kecamatan Wawo, memiliki andil dalam menentukan, batasan wilayah perkotaan di kecamatannya, serta diharapkan kegiatan ini dapat meningkatkan pemahaman masyarakat dalam pengelolaan dan perencanaan kawasan perkotaan di wilayahnya sendiri dimuali dengan kegiatan partisipatif pemetaan wilayah. Metode pengabdian yang dilakukan dengan pendekatan sosialisasi dan demonstrasi kegiatan terkait pemetaan partisipatif. Kegiatan dilakukan bersama dengan pemerintah wilayah Kecamatan Wawo, beserta seluruh perwakilan desa dilingkup kecamatan ini sebanyak 30 orang peserta, dan diakhir kegiatan dilakukan monitoring dan evaluasi dengan melakukan pengisian angkat pemahaman kepada peserta kegiatan. Dari kegiatan pengabdian yang dilakukan, dihasilkan kesepakatan bersama terkait penyepakatan batas wilayah perkotaan dan dituangkan dalam peta delineasi wilayah perkotaan Kecamatan Wawo.Abstract: The dynamic development of the city always experiences changes that accumulate into changes that will have an impact on the surrounding area. In the Bima Regency Spatial Plan, Wawo is designated as the Center for Local Activities. However, until now, as an area designated for the function of a local activity center, Wawo District does not yet have an area designated as a sub-district urban area. The purpose of this service is how the community and institutional institutions in Wawo District have a role in determining the boundaries of urban areas in their sub-districts and it is hoped that this activity can increase public understanding in the management and planning of urban areas in their own territory, starting with participatory regional mapping activities. The service method is carried out with a socialization approach and demonstration of activities related to participatory mapping. The activity was carried out together with the regional government of Wawo District, along with all village representatives in this sub-district as many as 30 participants, and at the end of the activity monitoring and evaluation were carried out by filling out understanding lifts to activity participants. From the service activities carried out, a mutual agreement was generated regarding the agreement on urban area boundaries and was stated in the delineation map of the urban area of Wawo District.
Model Konstruksi Ruang Kecamatan Sekarbela Berdasarkan Interaksi Ruang Menggunakan Near Neighbourhood Analysis & Space Syntax Fariz Primadi Hirsan; Agus Kurniawan; Ardi Yuniarman
Geodika: Jurnal Kajian Ilmu dan Pendidikan Geografi Vol 6, No 2 (2022): Desember 2022
Publisher : Program Studi Pendidikan Geografi Universitas Hamzanwadi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29408/geodika.v6i2.6080

Abstract

semakin meningkatnya kebutuhan ruang kekotaan mendorong perembetan sehingga mengakibatkan “desakan” pertumbuhan Kota Mataram, lahan-lahan yang ada di wilayah Kecamatan Sekarbela, berubah fungsi menjadi kawasan terbangun. Perubahan itu mengakibatkan susunan konstruksi ruang yang ada di Kecamatan Sekarbela, secara tidak langsung juga akan mengalami penyesuaian. Dalam kajian ini diharapkan dapat mengetahui dampak yang ditimbulkan oleh fenomena perubahan pemanfaatan ruang yang ada di Kecamatan Sekarbela, terhadap susunan konstruksi ruang yang ada, berdasarkan tingkat interaksi wilayah yang ada di Kecamataan Sekarbela. Metode dalam permodelan ini menggunakan pendekatan geografis dengan pendekatan menggunakan Analisis Tetangga Terdekat, dan akan dilakukan pengolahan dengan metode Space Syntax menggunakan program DepthMapX. Dari permodelan yang dilakukan diperoleh hasil bahwa dengan menggunakan analisis analisis tetangga terdekat, pola persebaran kawasan permukiman menunjukkan pola persebaran mengelompok, menyebabkan layanan public tidak merata, tidak sesimbang dan tidak efektif. Nilai interaksi wilayah yang diperoleh juga menunjukkan dominasi nilai yang kecil. Sedangkan permodelan ruang, dengan pendekatan Space Syntax, menunjukkan bahwa konfigurasi antar ruang yang ada di kecamatan Sekarbela relatif lemah, sehingga perlu adanya integrasi secara lebih kuat antar pusat-pusat layanan yang sudah eksis atau dengan menetapkan pusat pelayanan baru.