Claim Missing Document
Check
Articles

Found 38 Documents
Search

LAJU DEKOMPOSISI AWAL SERASAH POHON Palaquium obovatum, Spathodea campanulata dan Calophyllum soulattri DI HUTAN BRON WAREMBUNGAN KABUPATEN MINAHASA Rumambi, Juwita F.; Langi, M. A.; Nurmawan, Wawan
EUGENIA Vol 24, No 3 (2018)
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35791/eug.24.3.2018.22791

Abstract

ABSTRACT The availability of nutrient inputs for soil fertility in forests is very important to preserve in an effort to anticipate a decrease in land productivity. Litter decomposition is a process of destruction of organic matter (litter) into nutrients available in the soil. This study aims to determine and compare the rate of decomposition of Palaqium obovatum, Spathodea campanulata, and Calophyllum soulattri litter in Bron Warembungan Forest, Minahasa Regency. This study was carried out on the leaf litter of Palaqium obovatum, Spathodea campanulata, and Calophyllum soulattri. The method of decomposition rate data collection using 36 litter bags placed randomly (with experiments using a completely randomized design (CRD) with two factors namely tree type and duration of decomposition) on the forest floor taken every week for four weeks, followed simultaneously with temperature measurements and humidity. The results showed that of the three main tree species in Bron Forest, the highest decomposition rate was shown by leaf litter of Spathodea campanulata with an average of 15.49% per week, followed by Palaquium obovatum (11.74% per week) and then Calophyllum soulattri ( 3.07% per week). The decomposition process in the three leaf litter took place very quickly in the first week which can also be associated with the results of measurements of water content in litter.Keywords: tropical rainforest, decomposition of litter, leaf litter
PENDIDIKAN KONSERVASI UNTUK SISWA SD DI KELURAHAN KLEAK KOTA MANADO TENTANG PENGENDALIAN BANJIR Fabiola B. Saroinsong; Wawan Nurmawan; Recky H. E. Sendouw
Jurnal Dinamika Pengabdian (JDP) Vol. 4 (2018): JURNAL DINAMIKA PENGABDIAN VOL. 4 NO. (EDISI KHUSUS) NOVEMBER 2018
Publisher : Departemen Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian UNHAS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20956/jdp.v4iK.5400

Abstract

Dalam kurun 3 tahun terakhir, terjadi beberapa banjir besar di wilayah Kota Manado. Tim Pelaksana PKM dan kedua Mitra yaitu SDN 36 dan SDN 70 menyepakati bahwa harus ada upaya pengendalian banjir dari berbagai pihak untuk menghindari dampak bencana yang ditimbulkan. Sementara, masih rendahnya tingkat pendidikan konservasi dari masyarakat menjadi salah satu kendala menggalang sikap, perilaku, dan partisipasi terkait pengendalian banjir. Pendidikan konservasi tentang pengendalian banjir diperlukan untuk menumbuhkembangkan pemahaman dan kesadaran masyarakat dalam hal ini siswa SD, sebagai generasi penerus bangsa, di bidang pengelolaan lingkungan, memotivasi mereka untuk memecahkan atau mencegah masalah lingkungan tertentu dalam hal ini banjir. Diharapkan melalui PKM ini kelompok siswa SD kedua sekolah (sasaran utama) serta guru dan mahasiswa yang dilibatkan (sasaran tambahan) bertambah pemahamannya tentang masalah banjir dan dapat mempraktekkan tindakan-tindakan praktis pengendalian banjir. PKM dilaksanakan di SDN 36 dan SDN 70 Kelurahan Kleak Kecamatan Malalayang Kotamadya Manado. Pelaksanaan pengabdian dilakukan dalam beberapa kegiatan sebagai berikut 1) Inventarisasi situasi lingkungan sekolah dan perilaku siswa berkaitan interaksi mereka dengan lingkungan hidup; 2) Penyusunan program bersama mitra; 3)  Penyiapan modul pengajaran, serta persiapan alat dan bahan demonstrasi dan praktek siswa; 4) Pelaksanaan kegiatan penyuluhan dalam bentuk diskusi dan demonstrasi dengan pelibatan kelompok siswa SD secara aktif; dan  5) Penyusunan laporan dan penulisan artikel untuk publikasi ilmiah.Keywords: Pendidikan konservasi, pengendalian banjir, pengelolaan lingkungan, manajemen penanggulangan kebencanaan, tindakan praktis konservasi.
Keanekaragaman Jenis Burung di Pulau Manado Tua Meilin S. Sidabutar; Johny S. Tasirin; Wawan Nurmawan
Silvarum Vol. 1 No. 2 (2022): Silvarum
Publisher : Fakultas Pertanian, Universits Sam Ratulangi, Manado

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (279.695 KB) | DOI: 10.35791/sil.v1i2.41314

Abstract

Pulau Manado Tua adalah salah satu pulau di Kota Manado yang termasuk dalam Taman Nasional Bunaken. Pulau Manado Tua memiliki panjang garis pantai 12 km dengan ketinggian 0-869 m dari permukaan laut dan memiliki keanekaragaman jenis fauna dan flora yang relatif tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keanekaragaman jenis burung yang ada di Pulau Manado Tua sebagai data dan informasi untuk merencanakan strategi konservasi untuk melindungi komunitas burung dan habitatnya. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2022 dengan menggunakan metode point count. Hasil penelitian menunjukkan kekayaan jenis burung di Manado Tua mencapai 41 jenis dari 17 famili. Kekayaan jenis tertinggi di puncak gunung (21 jenis) dan diikuti aspek utara (19), selatan (18), barat (18) dan timur (15). Indeks Shannon-Wiener adalah 2.76 dan indeks kemerataan 0.74. Kesamaan komunitas rata-rata satu sama lainnya yang tertinggi dimiliki aspek timur dan aspek utara. Jenis burung yang memiliki indeks nilai penting paling tinggi adalah gagak hutan (Corvus enca), walet sapi (Collocalia esculenta), pergam laut (Ducula bicolor), cabai panggul kelabu (Dicaeum celebicum), dan burung-madu kelapa (Anthreptes malacensis).
Keanekaragaman Jenis Burung di Hutan Produksi Terbatas Desa Iloheluma, Gorontalo Rifahmi Ibrahim; Wawan Nurmawan; Reynold P. Kainde
Silvarum Vol. 1 No. 2 (2022): Silvarum
Publisher : Fakultas Pertanian, Universits Sam Ratulangi, Manado

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (109.482 KB) | DOI: 10.35791/sil.v1i2.41318

Abstract

Burung adalah satwa yang memiliki kemampuan untuk terbang sehingga burung dapat ditemukan di berbagai habitat baik di hutan, lahan pertanian, semak belukar, daerah perkotaan, dan perairan. Mengetahui keanekaragaman jenis burung pada kawasan ini penting untuk melestarikan berbagai jenis burung yang di temukan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keanekaragaman jenis burung di Hutan Produksi Terbatas Desa Iloheluma dan menganalisis keanekaragaman jenis burung. Penelitian yang telah dilaksanakan pada bulan Agustus sampai September 2021 menggunakan metode IPA (Index Ponctualle de’Ambodance) waktu pengamatan untuk setiap titik selama 15 - 30 menit. Pegamatan dilakukan pada pagi pukul 06.00 - 09.00 dan sore pukul 15.00 – 18.00. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada 85 jenis burung dari 36 famili di Hutan Produksi Terbatas Desa Iloheluma. Dengan nilai indeks keanekaragaman H’= 2,86 dengan kriteria indeks keanekaragaman yang kategori sedang. Keanekaragaman pada tiap tutupan lahan, pada hutan sekunder memiliki nilai tertinggi dengan nilai H’= 2,96, hutan primer dengan nilai H’= 2,78, lahan pertanian dan semak belukar memiliki nilai H’= 2,38, dan lahan pertanian bercampur semak memiliki nilai terendah dengan nilai H’= 2,12. Terdapat 27 jenis (31,76%) burung endemik, 53 jenis (62,35%) burung penetap (resident), 3 jenis (3,53%) burung migran (visitor), dan  2 jenis (2,35%) burung diintroduksi (introduction). Selain itu ditemukan 17 jenis (20,00%) burung yang dilindungi, dan 4 jenis (4,70%) dengan status Vulnerable dan Near threantened.
Kajian Penggunaan Kayu Untuk Pembuatan Mebel di UD. Alisti Kecamatan Kalawat Kabupaten Minahasa Utara Orlando Z. Puasa; Reynold P. Kainde; Wawan Nurmawan
Silvarum Vol. 2 No. 1 (2023): Silvarum
Publisher : Fakultas Pertanian, Universits Sam Ratulangi, Manado

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (178.346 KB)

Abstract

Kayu merupakan salah satu sumber daya alam, yang memilki sifat yang sangat kompleks yang tidak dimiliki oleh bahan bangunan lainnya dan banyak digunakan oleh industri furniture. Industri mebel/furniture adalah salah satu industri yang memanfaatkan kayu dan mengelolah kayu menjadi kayu olahan dalam bentuk barang-barang furniture. UD. Alisti merupakan salah satu industri furniture yang mengelolah kayu hingga menjadi bahan mebel dengan produk-produk seperti kursi, lemari, kusen pintu dan jendela dan berbagai macam produk yang dapat dihasilkan dari kayu, untuk mengolah kayu tersebut membutuhkan komponen kayu dengan ukuran dan bentuk tertentu sesuai yang diinginkan. Oleh karena itu perlu adanya penelitian untuk mengetahui volume kayu terpakai untuk menghasilkan produk kayu siap pakai seperti meja, kursi, kusen, pintu dan lain-lain. Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan volume kayu yang dipakai untuk bahan baku pintu sebesar 57.024cm3 dengan rendemen produksi 70,52% dan untuk volume bahan baku produk kusen 123.552cm3 dengan persentase rendemen 62,74%  dan volume kayu untuk jendela dengan bahan baku sebesar 57.290cm3 dengan persentase rendemen 25,02%.
Inventarisasi Jenis Dan Sebaran Pohon Pakan Julang Sulawesi (Aceros cassidix) di Taman Hutan Raya Gunung Tumpa H.V. Worang, Sulawesi Utara Jonathan Runtu; Hard N. Pollo; Wawan Nurmawan
Silvarum Vol. 2 No. 1 (2023): Silvarum
Publisher : Fakultas Pertanian, Universits Sam Ratulangi, Manado

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (305.763 KB)

Abstract

Pada awalnya Gunung Tumpa merupakan kawasan hutan lindung yang kemudian melalui SK.434/Menhut-II/2013 tanggal 17 Juni 2013 berubah fungsi menjadi Taman Hutan Raya. Selanjutnya berdasarkan pada Keputusan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republic Indonesia Nomor SK.2364/Menhut-VII/KUH/2015 tanggal 28 mei 2015 Hutan Lindung Gunung Tumpa ditetapkan menjadi Taman Hutan Raya Gunung Tumpa (TAHURA) dengan luas 208, 81 Ha. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui jenis tumbuhan pakan julang sulawesi di kawasan Taman Hutan Raya Gunung Tumpa. Metode pengumpulan data yaitu data primer dan data sekunder. Data primer diambil di lapangan dengan cara observasi, pengamatan, dan pengukuran. Untuk jalur observasi dengan menggunakan cara eksplorasi dan perjumpaan dengan julang sulawesi didasarkan pada suara dan penglihatan langsung saat burung hinggap dan makan Sedangkan data sekunder diperoleh secara tidak langsung yakni dari studi pustaka sebagai acuan untuk mengetahui jenis pohon pakan. Data yang diperoleh pada hasil pengamatan akan dikelompokkan dan dibuat dalam bentuk tabel kemudian dianalisis secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan terdapat 15 individu pohon dari 5 famili tumbuhan yang digunakan julang sulawesi sebagai pohon singgah, pohon tidur, dan pohon pakan. Berdasarkan sebaran pohon Terdapat 6 jenis  pohon pakan, yang ditemukan berbuah ada 4 yaitu Ficus fistulosa, Ficus altissima, Cananga odorata dan Ficus tinctoria. sisanya yang tidak berbuah Ficus benjamina, Dracontomelon dao.
Keanekaragaman Jenis Tumbuhan Obat Di Desa Elusan Kabupaten Minahasa Selatan Aldo Lanes; Wawan Nurmawan; Hard N. Pollo
Silvarum Vol. 2 No. 1 (2023): Silvarum
Publisher : Fakultas Pertanian, Universits Sam Ratulangi, Manado

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (316.08 KB)

Abstract

Tujuan penelitian ini untuk mengidentifikasi jenis-jenis tumbuhan obat yang ada di Desa Elusan Kecamatan Minahasa Selatan beserta pemanfaatannya. Metode yang digunakan yaitu wawancara dan observasi lapangan. Pemilihan informan yang digunakan dalam observasi yaitu menggunakan teknik Snowball sampling. Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa terdapat 24 jenis tumbuhan dari 16 famili yang dimanfaatkan sebagai obat tradisional. Anggota famili yang paling banyak dijumpai adalah Euphorbiaceae dan Zingiberaceae masing-masing 4 jenis. Herba merupakan habitus terbanyak yang dimanfaatkan sebanyak 11 jenis, dan bagian daun paling banyak digunakan untuk diolah menjadi obat. Sumber perolehan tumbuhan umumnya ditemukan di pekarangan (16 jenis), cara pengolahan dengan cara direbus paling banyak dilakukan (16 jenis) dan manfaat dari tumbuhan obat dapat menyembuhkan berbagai macam penyakit seperti, sakit perut, sakit gigi, kolesterol, lambung, diare dan sakit belakang.
Peran Kelompok Masyarakat Pengelola Wisata Mangrove Trail Tiwoho Taman Nasional Bunaken Anggreyni Runtunuwu; Fabiola B. Saroinsong; Wawan Nurmawan
AGRI-SOSIOEKONOMI Vol. 18 No. 3 (2022)
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (129.612 KB) | DOI: 10.35791/agrsosek.v18i3.44678

Abstract

This study aims to determine the role of community groups managing the Tiwoho Mangrove Trail tourism in Tiwoho Village, Wori District, North Minahasa Regency. The study was conducted in March 2022. The method used in this study is the purposive sampling method. The sample taken was 35 respondents, the data source used primary and secondary data and was analyzed descriptively through the presentation of descriptions, images, and tables. The results of the study indicate the role of the management group in the planning stage, namely planning a work program for the construction of the Tiwoho Mangrove Trail, then in the implementation stage, namely building Mangrove Trail Tiwoho tourism and holding mangrove conservation activities and complementing the supporting facilities in tourist attractions, then in the utilization stage the group utilizes the community, government and related agencies to support the needs of the Tiwoho Mangrove Trail tour. There is no Original Village Income (VOI) yet but the Tiwoho Mangrove Trail tour has a good impact on the village and the surrounding community. All members of the group play an active role in the management of the Tiwoho Mangrove Trail tour. The role of the community group managing the Mangrove Trail Tiwoho tourism starting from planning, implementing and utilizing is well carried out.
KONDISI BIOFISIK GUNUNG TUMPA SEBAGAI TAMAN HUTAN RAYA (TAHURA) Marwan M. Wowor; Martina A. Langi; Fabiola B. Saroinsong; Wawan Nurmawan
COCOS Vol. 4 No. 2 (2014)
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35791/cocos.v4i2.3776

Abstract

ABSTRACTMount Tumpa represents one of area of water forest (catchment area) what is remained in TownManado specified initially as protected forest of at date of 28 April 1932 broadly 215 ha, nowadayspursuant to SK.434/MENHUT-II/2013 of is date of 17 June 2013 have changed over the status becomethe Great Forest Garden ( TAHURA) broadly 296 ha. This research target to learn the last conditionbiofisik of Mount Tumpa. Biological condition includes the flora, and fauna, while physical conditionincludes to landscadearea facility, and also areatiliy . Method used in flora perception of exist in GreatForest Garden of Mount Tumpa that is band have check to systematically of the size 20 x 20 m2. Florasurvey conducted at 9 dots in Great Forest Garden of Mount Tumpa. Data presented in the form oftabulation, is hereinafter descriptive by analysed. There are 59 flora type in Great Forest Garden areaof Mount Tumpa. Most dominant flora type is Spathodea campanulata, followed by Arenga pinnata, andGarcinia sp. Great Forest Garden of Mount Tumpa own the fascination wisata in the form of beautifulviews wich are scattered in several places.Keywords : condition biofisik of mount tumpa, as great forest garden
PEMANFAATAN TUMBUHAN OBAT DI DESA RUMOONG, RUMOONG ATAS II, TUMALUNTUNG, TUMALUNTUNG I KECAMATAN TARERAN KABUPATEN MINAHASA SELATAN Yosmin Wakur; Maria Y.M.A. Sumakud; Euis F.S. Pangemanan; Wawan Nurmawan
COCOS Vol. 5 No. 2 (2014)
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35791/cocos.v5i2.5603

Abstract

ABSTRACTThe use of traditional medical plants has been long time by our ancestors and waspassed from generation to generation. This research was on uses of medicinal plants fortraditional medicine in South Minahasa Tontemboan tribe. The data were collected throughinterview using question. The repondensts was traditional healers (Batra). Based on theresults recorded 26 medical plant species from 18 families consisting of 11 types ofherbaceous shrubs 10 species, 5 species trees was used to cure various diseases.Keywords : Traditional, medicine, plants, species, herbaceous shrubs, trees