Lili Agustina
Pendidikan Guru Sekolah Dasar STKIP PGRI Banjarmasin

Published : 18 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 18 Documents
Search

Syntactical interference of Katigan language to Indonesian language in SMP Negeri 1 at Katingan Tengah regency at Central Kalimantan Irni Cahyani; Lili Agustina
English Vol 1 No 1 (2017): December 2017
Publisher : Politeknik Negeri Bali

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (123.781 KB)

Abstract

Syntactical interference of Language of Katingan to Indonesian in Katingan Tengah School at Katingan Tengah regency has been a focus of some language research recently. The research was aimed at recognizing and identifying interference in second language acquisition. The term interference refers to two different linguistic phenomena, namely psychological interference and sociolinguistic interference. Psychological interference refers to the influence of old habits as a result of learning something against something being studied[1]. While sociolinguistic interference refers to the interaction of the language, such as loan or word change. Factors that cause interference is the factor of contact language and language skills. Interference is caused by language contact factors in bilingual societies and an unsteady language mastery factor in second language learners or foreign language learners [2]. This is in accordance with the teacher's opinion that there are still errors in the language, whether it's talking and writing activities. That's what makes researchers interested in doing this. Based on the above problems, it can be identified some points, namely the influence of the first language habit of Katingan in using a second language, Indonesian language, language skills that have not been steady in the second language learning and errors in the language, because of the influence of the first language. The result of research on the syntactic interference aspects of Katingan language to Indonesian language was found in two types of syntactic interference which was contained in oral and written language of students of SMPN 1 Katingan Tengah, such as: (1) Interference phrase to Indonesian language and (2) Interference sentence to Indonesian language.
Pemerolehan Sintaksis Anak Usia 2 Tahun Lili Agustina; Noor Indah Wulandari
Tunas: Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar Vol 6 No 1 (2020): Tunas: Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Publisher : Institute for Research and Community Services Universitas Muhammadiyah Palangkaraya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33084/tunas.v6i1.2072

Abstract

Proses pemerolehan bahasa setiap anak tidaklah seragam. Hal ini terlihat ada anak yang sangat aktif berbicara yang memiliki banyak pembendaharaan kata dan sebaliknya juga ada anak yang masih pasif pada usia tertentu yang mengakibatkan kurangnya kosakata yang diucapkan oleh anak. Salah satu akuisisi atau pemerolehan bahasa pada anak adalah sintaksis. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif deskriptif. Penelitian ini mendeskripsikan data yang dikumpulkan berupa pemerolehan sintaksis yang dibagi menjadi dua tahap, yaitu dua kata dan tiga kata atau lebih. Data penelitian ini adalah kalimat yang diucapkan oleh Zahra yang berusia 2 tahun. Dalam pengumpulan data, peneliti menggunakan teknik rekam dan catat. Berdasarkan penelitian ini dapat disimpulkan bahwa kalimat yang paling banyak ditemukan adalah kalimat imperatif dibandingkan kalimat deklaratif maupun interogatif. Kalimat imperatif yang diucapkan oleh Zahra mengisyaratkan bahwa anak pada usia ini lebih banyak meminta kepada orang di sekitarnya. Kalimat imperatif yang dituturkan jenisnya beragam. Hal ini terlihat pada makna kalimat yang diucapkan berdasarkan konteksnya. Kalimat imperatif yang diucapkan bersifat meminta, mengajak dan memohon secara halus. Hal ini ditandai dengan penggunaan kata mau, ayo, tolong dan menyuruh secara langsung.
SITUASI DIGLOSIA PADA PENUTUR BAHASA NGAJU DI KECAMATAN KATINGAN TENGAH KABUPATEN KATINGAN KALTENG (DIGLOSIA SITUATION ON THE NGAJU LANGUAGE SPEAKERS IN KATINGAN REGENCY CENTRAL KATINGAN SUBDISTRICT OF CENTRAL KALIMANTAN) Lili Agustina dan Zulkifli
JURNAL BAHASA, SASTRA DAN PEMBELAJARANNYA Vol 4, No 2 (2014): JURNAL BAHASA, SASTRA DAN PEMBELAJARANNYA (JBSP)
Publisher : Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (179.607 KB) | DOI: 10.20527/jbsp.v4i2.3693

Abstract

Situasi Diglosia pada Penutur Bahasa Ngaju di Kecamatan Katingan Tengah KabupatenKatingan Kalteng. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bahasa yang digunakan dan untukmengetahui situasi diglosia pada penutur bahasa Ngaju di Kecamatan Katingan Tengah KabupatenKatingan Kalteng. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif deskriptif,dengan menggunakan metode deskriptif. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalahobservasi, wawancara, kepustakaan, teknik rekam/simak dan teknik catat. Data tentang diglosiadilihat dari tujuh ranah, yakni ranah keluarga, ranah pergaulan, ranah transaksi jual beli, ranahagama, ranah pemerintahan, ranah pendidikan, dan ranah profesi/pekerjaan. Selain itu juga, data204diperoleh dari pemilihan bahasa, seperti di editorial surat kabar, siaran berita, dan sastra rakyat.Berdasarkan temuan penelitian menunjukan bahwa penutur bahasa Ngaju merupakan bilingualdan multilingual. Hal ini terlihat dengan beragamnya bahasa yang digunakan dan penguasaandari masing-masing penutur bahasa Ngaju. Hasil penelitian berdasarkan ranah keluarga dan ranahpergaulan dengan teman sesuku, menunjukan bahwa masih dominannya penutur menggunakanbahasa Ngaju, dalam ranah transaksi jual beli, terlihat bahwa bahasa Banjar lebih dominan. Fungsibahasa Banjar sebagai bahasa transaksi jual beli di Kecamatan Katingan Tengah Kabupaten Katingan.Dalam ranah agama, khususnya kebaktian di Gereja terbentuk situasi triglosik (penggunaan bahasaNgaju dan bahasa Indonesia seimbang), sedangkan khotbah di Masjid lebih dominan menggunakanbahasa Indonesia sebagai bahasa tinggi (T). Ranah pemerintahan, ranah pendidikan dan ranahprofesi, situasi diglosia yang terjadi adalah lebih dominan menggunakan bahasa Indonesia sebagairagam bahasa tinggi (T), walaupun terjadi diglosia yang kurang mantap pada ranah pendidikanyang dituturkan pelajar penutur Ngaju akibat penguasaan bahasa Indonesia yang masih kurangmantap. Pemilihan bahasa yang digunakan dalam editorial surat kabar dan siaran berita menggunakanbahasa Indonesia sebagai ragam bahasa tinggi (T), sedangkan sastra rakyat lebih dominanmenggunakan bahasa Ngaju (R) walaupun terdapat juga menggunakan bahasa Indonesia.Kata-kata kunci: diglosia, ranah, bahasa ngaju
KEMAMPUAN PENGUCAPAN PIRANTI MORFOLOGI ANAK TUNAGRAHITA KELAS VII SMP LB BANJARMASIN Lili Agustina Irni Cahyani
JURNAL BAHASA, SASTRA DAN PEMBELAJARANNYA Vol 9, No 1 (2019): JURNAL BAHASA, SASTRA, DAN PEMBELAJARANNYA (JBSP)
Publisher : Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (378.435 KB) | DOI: 10.20527/jbsp.v9i1.6252

Abstract

AbstractThe Ability to Pronounce Morphological Devices Mentally Retarded Children at TheSeventh Grade Students of SMP LB Banjarmasin. This study focuses on pronunciationof morphological devices, namely affixation, source reduplication in SMP LBBanjarmasin.This study used qualitative descriptive method. The data collected wasbased on the actual environment and in the situation as it was the ability to pronouncementally retarded children. Data collection started from observation, recording,interviewing, and library techniques. Sources of the data study were mild mentallyretarded children. Based on the result of the study, it can be concluded that topronounce affixtion of students of SMP LB Banjarmasin seen in using prefix me-, ber-,ter-, pe-, di-, sufix -an, -kan, and confix me-kan, ke-an. Mentally retarded children oftenadd phonemes when speaking, as in prefks men- became meng, prefix ber- becamebeng, and mentally retarded children often removed phonemes when speaking as prefixme(N)- became me-. The reduplication abilty found was reduplication in the form ofintact repetition, partial reduplication and basic affixed reduplication. The ability tocomposition mild mentally retarded chldren pronounces in using composition such asbahasa Indonesia, naik kelas, salat jumat, musim hujan, musim panas, and makansiang. But, there were some of mild mentally retarded children who did not usecomposition correctly such as pak gulu, lumah sakit, tanah ail, ail mata, kelas kepala,keleta api, melimpah luah, halta benda, jalan laya, olang tua, padang lumput, and halilibul. The ability to pronounce mild retarded children when they were affixed,duplicated, and composed by morphophonemic process including changes n phoneme/r/ became phoneme /l/ caused by mild retarded children experiencing obstacles whenreciting phoneme /r/.Key words: pronounce, morphological, tunagrahita2AbstrakKemampuan Pengucapan Piranti Morfologi Anak Tunagrahita Kelas VII SMP LBBanjarmasin. Penelitian ini memfokuskan kemampuan pengucapan piranti morfologi,yaitu afiksasi, reduplikasi komposisi pada siswa SMP LB Banjarmasin. Penelitian inimenggunakan metode kualitatif deskriptif. Data yang dikumpulkan berdasarkan darilingkungan yang sebenarnya dan dalam situasi apa adanya, yaitu kemampuanpengucapan anak berketerbelakangan mental (tunagrahita). Pengambilan data dimulaidari teknik observasi, rekaman, wawancara, pencatatan dan teknik kepustakaan.Sumber data penelitian adalah anak tunagrahita ringan. Berdasarkan hasil penelitiandapat disimpulkan bahwa kemampuan pengucapan afikasasi siswa SMP LBBanjarmasin terlihat dalam menggunakan prefiks me-, ber-,ter-, pe-, di- sufiks -an, -kan, dan konfiks me-kan, ke-an. Anak tunagrahita sering melakukan penambahanfonem ketika berbicara, seperti pada prefiks men- menjadi meng, prefiks ber- menjadibeng, serta anak tunagrahita ringan sering melakukan penghilangan fonem ketikaberucap, seperti prefiks me(N)- menjadi me-. Kemampuan reduplikasi yang ditemukanadalah reduplikasi berupa pengulangan utuh, reduplikasi sebagian, dan reduplikasidasar berafiks. Kemampuan komposisi anak tunagrahita ringan tepat mengucapkandalam menggunakan komposisi, yaitu bahasa Indonesia, naik kelas, salat jumat, musimhujan, musim panas, dan makan siang. Namun, ada sebagian anak tunagrahita ringanyang tidak tepat menggunakan komposisi seperti pak gulu, lumah sakit, tanah ail, ailmata, kelas kepala, keleta api, melimpah luah, halta benda, jalan laya, olang tua,padang lumput, dan hali libul. Kemampuan pengucapan anak tunagrahita ringan ketikaberafiksasi, bereduplikasi, dan berkomposisi yang dilakukan dengan prosesmorfofonemik, meliputi perubahan fonem /r/ menjadi fonem /l/ yang disebabkan anaktunagrahita ringan mengalami hambatan ketika melafalkan fonem /r/.Kata-kata kunci: pengucapan, morfologi, tunagrahita
INTERFERENSI BAHASA KATINGAN LISAN DAN TULISAN DI SMP KATINGAN TENGAH KABUPATEN KATINGAN KALIMANTAN TENGAH (INTERFERENCE OF SPOKEN AND WRITTEN KATINGAN LANGUAGE IN SMP KATINGAN TENGAH KATINGAN DISTRICT CENTRAL KALIMANTAN) Irni Cahyani Lili Agustina
JURNAL BAHASA, SASTRA DAN PEMBELAJARANNYA Vol 7, No 2 (2017): JURNAL BAHASA, SASTRA DAN PEMBELAJARANNYA (JBSP)
Publisher : Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (391.522 KB) | DOI: 10.20527/jbsp.v7i2.4421

Abstract

Interferensi Bahasa Katingan Lisan dan Tulisan di SMP Katingan Tengah Kabupaten KatinganKalimantan Tengah. Adapun yang menjadi masalah dalam penelitian ini ialah transfer negatif lebihdikenal dengan istilah interferensi dalam pemerolehan bahasa kedua. Istilah interferensi mengacu padadua fenomena linguistik yang berbeda, yaitu interferensi psikologis dan interferensi sosiolinguistik.Menurut Dulay, et. Al (dalam Rafiek, 2007:139) bahwa interferensi psikologis mengacu kepadapengaruh kebiasaan lama sebagai hasil mempelajari sesuatu terhadap sesuatu yang sedang dipelajari.Sedangkan interferensi sosiolinguistik mengacu pada interaksi bahasa, misalnya pinjaman atau alihsandi. Faktor yang menyebabkan terjadinya interferensi adalah faktor kontak bahasa dan faktorkemampuan berbahasa. Interferensi disebabkan oleh faktor kontak bahasa pada masyarakat bilingualdan faktor penguasaan bahasa yang belum mantap pada pembelajar bahasa kedua atau pembelajarbahasa asing (Rafiek, 2007:138). Hal ini sesuai dengan pendapat guru bahwa masih terdapat kesalahandalam berbahasa, baik itu kegiatan berbicara dan kegiatan tulis-menulis. Hal itu yang membuatpeneliti tertarik untuk melakukan ini. Berdasarkan masalah di atas dapat diidentifikasi, yaitu pengaruhkebiasaan bahasa pertama, yaitu bahasa Katingan dalam menggunakan bahasa kedua, yaitu bahasaIndonesia, faktor kemampuan berbahasa yang belum mantap pada pembelajaran bahasa kedua danmasih terdapat kesalahan dalam berbahasa, karena pengaruh bahasa pertama, yaitu bahasa Katingan.Hasil penelitian aspek interferensi fonologi bahasa Katingan dalam berbahasa Indonesia dalampenelitian adalah lebih banyak tentang bunyi vokoid dan kontoid. Berdasarkan penelitian yang telahdilakukan dalam penelitian ini, ditemukan bentuk interferensi fonologi, yaitu 1) interferensi vokoid /e/BK terhadap /e/ BI, 2) interferensi vokoid /o/ BK terhadap /u/, 3) Interferensi vokoid /e/ BK terhadap/e/ BI. Aspek interferensi morfologi bahasa Katingan dalam bahasa Indonesia. Morfologi biasanyamembahas tentang proses afiksasi, reduplikasi dan komposisi meliputi interferensi afiks me- dalambahasa Indonesia, interferensi afiks ba- dalam bahasa Indonesia, interferensi afiks ke- dalam bahasaIndonesia, interferensi afiks ber- dalam bahasa Indonesia, interferensi afiks in- dalam bahasa Indonesia,interferensi afiks me- dalam bahasa Indonesia, interferensi afiks –ng dalam bahasa Indonesia. Jugameliputi aspek interferensi sintaksis seperti interferensi frasa dan interferensi kalimat.Kata-kata kunci: interferensi, bahasa katingan, lisan, tulisan
Kearifan Lokal Dalam ”1001 Peribahasa Banjar Pilihan” Karya Aliansyah Jumbawuya Fitriawati Fitriawati; Lili Agustina
Lentera: Jurnal Ilmiah Kependidikan Vol 16 No 2 (2021)
Publisher : STKIP PGRI Banjarmasin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (534.741 KB)

Abstract

Penelitian ini mengkaji tentang peribahasa Banjar berupa bentuk-bentuk kearifan lokal dalam 1001 Peribahasa Banjar Pilihan. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan antropologi sastra yang menganalisis manusia dengan budaya dalam masyarakat dengan berbagai aspek warisan budaya masa lalu, salah satunya adalah kearifan lokal. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif analitik. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah peribahasa yang berjudul 1001 Peribahasa Pilihan karya Aliansyah Jumbawuya. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dokumentasi dan observasi teks. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh beberapa simpulan, yaitu bentuk-bentuk kearifan lokal dalam 1001 Peribahasa Banjar Pilihan karya Aliansyah Jumbawuya meliputi empat aspek, yakni: a) kearifan lokal berupa pandangan hidup (filosofi); b) kearifan lokal berupa sikap hidup sosial; c) kearifan lokal berupa nasihat; dan d) kearifan lokal berupa kebiasaan perilaku sehari-hari dalam pergaulan sosial.
Analisis Semiotik dalam Kumpulan Cerpen Air Mata Ibuku dalam Semangkuk Sup Ayam Lili Agustina
STILISTIKA: Jurnal Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya Vol 2 No 1 (2017): Stilistika: Jurnal Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya
Publisher : STKIP PGRI Banjarmasin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (66.189 KB) | DOI: 10.33654/sti.v2i1.378

Abstract

Karya sastra dalam kajian semiotika menitikberatkan pada sistem tanda-tanda atau kumpulan tanda-tanda. Sebuah karya sastra dapat menyajikan tanda-tanda yang dapat dilihat dari pemakaian bahasa yang digunakan. Tanda-tanda yang ada pada karya sastra harus diungkap untuk mengetahui pesan yang ingin disampaikan oleh pengarang. Dengan semiotik, pembaca dapat menangkap pesan atau maksud dari cerpen yang berjudul “Air Mata Ibuku dalam Semangkuk Sup Ayam” yang tidak ditampilkan pengarang secara jelas. Pada saat membaca, seseorang akan menginterpretasikan dengan cara yang berbeda berdasarkan pemahaman pembaca tersebut. Namun, semua itu dapat dibatasi oleh adanya pemahaman dalam konvensi bahasa, sastra, dan budaya. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan semiotik, yaitu membahas tanda-tanda dalam cerpen yang berjudul “Air Mata Ibuku dalam Semangkuk Sup Ayam”. Metode penelitian yang digunakan kualitatif deskriptif. Data yang terkumpul diklasifikasikan atau dikelompok-kelompokan menurut jenis, sifat, atau kondisinya, setelah datanya lengkap, kemudian dibuat kesimpulan. Sebuah karya sastra dapat menyajikan tanda-tanda yang dapat dilihat dari pemakaian bahasa yang digunakan.Bertolak dari pandangan bahwa semua yang terdapat dalam karya sastra merupakan lambang-lambang atau kode-kode yang mempunyai arti/makna tertentu. Arti/makna tertentu di sini berkaitan erat dengan sistem masyarakat. Berdasarkan hasil penelitian, ditemukan dalam cerpen ini terdapat beberapa kode, yaitu kode teka-teki, simbolis, aksian, dan budaya untuk membantu menginterpretasikan cerpen yang berjudul “Air Mata Ibuku dalam Semangkuk Sup Ayam”
Bentuk Tindak Tutur Persuasi Perawat dan Pasien di Puskesmas Banua Lawas Kabupaten Tabalong Johan Arifin; Lili Agustina
STILISTIKA: Jurnal Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya Vol 2 No 2 (2017): Stilistika: Jurnal Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya
Publisher : STKIP PGRI Banjarmasin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (171.967 KB) | DOI: 10.33654/sti.v2i2.402

Abstract

Pengungkapan tuturan dan tujuan dalam peristiwa berbahasa berbeda-beda. Dalam Puskesmas, tuturan antara perawat dan pasien untuk mengungkapkan maksud di balik tuturan dan memperlihatkan tindakan-tindakan. Penelitian ini bertujuan untuk mendiskripsikan fungsi tindak tutur dalam tuturan perawat dan pasien di puskesmas Banua Lawas dan mendeskripsikan bentuk persuasi yang digunakan perawat dan pasien di puskesmas Banua Lawas. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif. Sumber data penelitian ini adalah tuturan perawat dan pasien, tuturan antara perawat dan pasien di puskesmas Banua Lawas Kabupaten Tabalong, dan dokumen tertulis berupa transkip tuturan antartokoh dalam tuturan perawat dan pasien puskesmas Banua Lawas. Pengumpulan data tersebut diperoleh dengan menggunakan metode simak dan diikuti dengan teknik lanjutan: teknik simak bebas libat cakap dan teknik catat. Hasil penelitian ini adalah tuturan perawat dan pasien di puskesmas Banua Lawas Kabupaten Tabalong perawat menggunakan persuasi. Bentuk persuasi yang digunakan ialah rasionalisasi sebanyak 4 tuturan, identifikasi sebanyak tiga tuturan, sugesti sebanyak dua tuturan, konformitas sebanyak 4 tuturan, kompensasi sebanyak dua tuturan, penggantian sebanyak dua tuturan, dan proyeksi sebanyak satu tuturan
Faktor Penentu Alih Kode dalam Transaksi Jual Beli di Pasar Tumbang Samba Katingan Tengah Kalteng Lili Agustina; Johan Arifin
STILISTIKA: Jurnal Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya Vol 3 No 1 (2018): Stilistika: Jurnal Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya
Publisher : STKIP PGRI Banjarmasin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (185.313 KB) | DOI: 10.33654/sti.v3i1.507

Abstract

Penelitian yang berjudul Faktor Penentu Alih Kode dalam Transaksi Jual Beli di Pasar Tumbang Samba Katingan Tengah Kalteng bertujuan untuk melakukan analisis data faktor-faktor penentu yang mempengaruhi alih kode yang dilakukan antara penjual dan pembeli dengan mengaitkan kondisi ilmiah. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif. Ada dua jenis data dalam penelitian ini yakni (1) tuturan yang berisi realisasi variasi bahasa yang digunakan oleh penjual dan pembeli dalam melakukan transaksi jual beli dan (2) berupa catatan deskriptif. Catatan deskriptif memberi gambaran tentang faktor penentu terjadinya alih kode yang terjadi antara penjual dan pembeli. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini, yakni pengamatan langsung, wawancara, teknik penyimakan yakni teknik simak bebas libat cakap, selain itu juga teknik rekam dan teknik catat di lapangan. Beragamnya bahasa yang digunakan dalam dalam proses transaksi jual beli di Pasar Banjar Kecamatan Katingan Kabupaten Katingan Kalteng ini sehingga menimbulkan terjadinya alih kode. Faktor penentu terjadinya alih kode dalam transaksi jual beli di Pasar Tumbang Samba Katingan Tengah Kalteng, yaitu (a) pembeli dan penjual sudah saling kenal, (b) menyesuaikan dengan bahasa pembeli, (c) agar mendapatkan harga murah, (d) adanya orang ketiga, (e) adanya pembeli lain, (f) pembeli terkejut dengan harga yang ditawarkan, (g) penjual ingin berpura-pura kepada pembeli, (h) perasaan jengkel penjual kepada pembeli, dan (i) penjual ingin menekankan
Pendidikan Karakter dalam Buku Banjar Negeri Harum 1001 Gurindam Karya Haji Iberamsyah Barbary Litha Luthfiyanti; Lili Agustina; Isna Kasmilawati
STILISTIKA: Jurnal Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya Vol 4 No 1 (2019): Stilistika: Jurnal Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya
Publisher : STKIP PGRI Banjarmasin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (210.015 KB) | DOI: 10.33654/sti.v4i1.968

Abstract

Sebuah karya sastra yang baik adalah karya sastra yang dapat mempengaruhi pembaca sehingga menjadi manusia yang lebih baik. Begitu pula dengan buku Banjar Negeri Harum 1001 Gurindam karya Haji Iberamsyah Barbary yang penuh dengan pesan kebaikan. Berdasarkan rumusan masalah, tujuan penelitian ini untuk. Mengetahui dan mendeskripsikan pendidikan karakter yang terdapat dalam buku Banjar Negeri Harum 1001 Gurindam Karya Haji Iberamsyah Barbary. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dokumen. Dokumen yang digunakan adalah buku Banjar Negeri Harum 1001 gurindam karya Haji Iberamsyah Barbary. Data dari penelitian ini adalah isi dari gurindam yang terdiri dari 1001 ayat. Teknik pengumpulan data menggunakan dokumen dengan literatur sebagai dokumen dalam penelitian ini. Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis mengalir. Pada penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pendidikan karakter dalam buku Banjar Negeri Harum 1001 Gurindam Karya Haji Iberamsyah Barbary terdapat 18 karakter, yaitu: 1) religius, 2) jujur, 3) toleransi, 4) disiplin, 5) kerja keras, 6) kreatif, 7) mandiri, 8) demokratis, 9) rasa ingin tahu, 10) semangat kebangsaan atau nasionalisme, 11) cinta tanah air, l2) menghargai prestasi, 13) komunikatif, 14) cinta damai, 15) gemar membaca, 16) peduli lingkungan, 17) peduli sosial, 18) tanggung jawab