Lili Agustina
Pendidikan Guru Sekolah Dasar STKIP PGRI Banjarmasin

Published : 16 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search
Journal : JURNAL BAHASA, SASTRA DAN PEMBELAJARANNYA

INTERFERENSI BAHASA KATINGAN LISAN DAN TULISAN DI SMP KATINGAN TENGAH KABUPATEN KATINGAN KALIMANTAN TENGAH (INTERFERENCE OF SPOKEN AND WRITTEN KATINGAN LANGUAGE IN SMP KATINGAN TENGAH KATINGAN DISTRICT CENTRAL KALIMANTAN) Irni Cahyani Lili Agustina
JURNAL BAHASA, SASTRA DAN PEMBELAJARANNYA Vol 7, No 2 (2017): JURNAL BAHASA, SASTRA DAN PEMBELAJARANNYA (JBSP)
Publisher : Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (391.522 KB) | DOI: 10.20527/jbsp.v7i2.4421

Abstract

Interferensi Bahasa Katingan Lisan dan Tulisan di SMP Katingan Tengah Kabupaten KatinganKalimantan Tengah. Adapun yang menjadi masalah dalam penelitian ini ialah transfer negatif lebihdikenal dengan istilah interferensi dalam pemerolehan bahasa kedua. Istilah interferensi mengacu padadua fenomena linguistik yang berbeda, yaitu interferensi psikologis dan interferensi sosiolinguistik.Menurut Dulay, et. Al (dalam Rafiek, 2007:139) bahwa interferensi psikologis mengacu kepadapengaruh kebiasaan lama sebagai hasil mempelajari sesuatu terhadap sesuatu yang sedang dipelajari.Sedangkan interferensi sosiolinguistik mengacu pada interaksi bahasa, misalnya pinjaman atau alihsandi. Faktor yang menyebabkan terjadinya interferensi adalah faktor kontak bahasa dan faktorkemampuan berbahasa. Interferensi disebabkan oleh faktor kontak bahasa pada masyarakat bilingualdan faktor penguasaan bahasa yang belum mantap pada pembelajar bahasa kedua atau pembelajarbahasa asing (Rafiek, 2007:138). Hal ini sesuai dengan pendapat guru bahwa masih terdapat kesalahandalam berbahasa, baik itu kegiatan berbicara dan kegiatan tulis-menulis. Hal itu yang membuatpeneliti tertarik untuk melakukan ini. Berdasarkan masalah di atas dapat diidentifikasi, yaitu pengaruhkebiasaan bahasa pertama, yaitu bahasa Katingan dalam menggunakan bahasa kedua, yaitu bahasaIndonesia, faktor kemampuan berbahasa yang belum mantap pada pembelajaran bahasa kedua danmasih terdapat kesalahan dalam berbahasa, karena pengaruh bahasa pertama, yaitu bahasa Katingan.Hasil penelitian aspek interferensi fonologi bahasa Katingan dalam berbahasa Indonesia dalampenelitian adalah lebih banyak tentang bunyi vokoid dan kontoid. Berdasarkan penelitian yang telahdilakukan dalam penelitian ini, ditemukan bentuk interferensi fonologi, yaitu 1) interferensi vokoid /e/BK terhadap /e/ BI, 2) interferensi vokoid /o/ BK terhadap /u/, 3) Interferensi vokoid /e/ BK terhadap/e/ BI. Aspek interferensi morfologi bahasa Katingan dalam bahasa Indonesia. Morfologi biasanyamembahas tentang proses afiksasi, reduplikasi dan komposisi meliputi interferensi afiks me- dalambahasa Indonesia, interferensi afiks ba- dalam bahasa Indonesia, interferensi afiks ke- dalam bahasaIndonesia, interferensi afiks ber- dalam bahasa Indonesia, interferensi afiks in- dalam bahasa Indonesia,interferensi afiks me- dalam bahasa Indonesia, interferensi afiks –ng dalam bahasa Indonesia. Jugameliputi aspek interferensi sintaksis seperti interferensi frasa dan interferensi kalimat.Kata-kata kunci: interferensi, bahasa katingan, lisan, tulisan
KEMAMPUAN PENGUCAPAN PIRANTI MORFOLOGI ANAK TUNAGRAHITA KELAS VII SMP LB BANJARMASIN Lili Agustina Irni Cahyani
JURNAL BAHASA, SASTRA DAN PEMBELAJARANNYA Vol 9, No 1 (2019): JURNAL BAHASA, SASTRA, DAN PEMBELAJARANNYA (JBSP)
Publisher : Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (378.435 KB) | DOI: 10.20527/jbsp.v9i1.6252

Abstract

AbstractThe Ability to Pronounce Morphological Devices Mentally Retarded Children at TheSeventh Grade Students of SMP LB Banjarmasin. This study focuses on pronunciationof morphological devices, namely affixation, source reduplication in SMP LBBanjarmasin.This study used qualitative descriptive method. The data collected wasbased on the actual environment and in the situation as it was the ability to pronouncementally retarded children. Data collection started from observation, recording,interviewing, and library techniques. Sources of the data study were mild mentallyretarded children. Based on the result of the study, it can be concluded that topronounce affixtion of students of SMP LB Banjarmasin seen in using prefix me-, ber-,ter-, pe-, di-, sufix -an, -kan, and confix me-kan, ke-an. Mentally retarded children oftenadd phonemes when speaking, as in prefks men- became meng, prefix ber- becamebeng, and mentally retarded children often removed phonemes when speaking as prefixme(N)- became me-. The reduplication abilty found was reduplication in the form ofintact repetition, partial reduplication and basic affixed reduplication. The ability tocomposition mild mentally retarded chldren pronounces in using composition such asbahasa Indonesia, naik kelas, salat jumat, musim hujan, musim panas, and makansiang. But, there were some of mild mentally retarded children who did not usecomposition correctly such as pak gulu, lumah sakit, tanah ail, ail mata, kelas kepala,keleta api, melimpah luah, halta benda, jalan laya, olang tua, padang lumput, and halilibul. The ability to pronounce mild retarded children when they were affixed,duplicated, and composed by morphophonemic process including changes n phoneme/r/ became phoneme /l/ caused by mild retarded children experiencing obstacles whenreciting phoneme /r/.Key words: pronounce, morphological, tunagrahita2AbstrakKemampuan Pengucapan Piranti Morfologi Anak Tunagrahita Kelas VII SMP LBBanjarmasin. Penelitian ini memfokuskan kemampuan pengucapan piranti morfologi,yaitu afiksasi, reduplikasi komposisi pada siswa SMP LB Banjarmasin. Penelitian inimenggunakan metode kualitatif deskriptif. Data yang dikumpulkan berdasarkan darilingkungan yang sebenarnya dan dalam situasi apa adanya, yaitu kemampuanpengucapan anak berketerbelakangan mental (tunagrahita). Pengambilan data dimulaidari teknik observasi, rekaman, wawancara, pencatatan dan teknik kepustakaan.Sumber data penelitian adalah anak tunagrahita ringan. Berdasarkan hasil penelitiandapat disimpulkan bahwa kemampuan pengucapan afikasasi siswa SMP LBBanjarmasin terlihat dalam menggunakan prefiks me-, ber-,ter-, pe-, di- sufiks -an, -kan, dan konfiks me-kan, ke-an. Anak tunagrahita sering melakukan penambahanfonem ketika berbicara, seperti pada prefiks men- menjadi meng, prefiks ber- menjadibeng, serta anak tunagrahita ringan sering melakukan penghilangan fonem ketikaberucap, seperti prefiks me(N)- menjadi me-. Kemampuan reduplikasi yang ditemukanadalah reduplikasi berupa pengulangan utuh, reduplikasi sebagian, dan reduplikasidasar berafiks. Kemampuan komposisi anak tunagrahita ringan tepat mengucapkandalam menggunakan komposisi, yaitu bahasa Indonesia, naik kelas, salat jumat, musimhujan, musim panas, dan makan siang. Namun, ada sebagian anak tunagrahita ringanyang tidak tepat menggunakan komposisi seperti pak gulu, lumah sakit, tanah ail, ailmata, kelas kepala, keleta api, melimpah luah, halta benda, jalan laya, olang tua,padang lumput, dan hali libul. Kemampuan pengucapan anak tunagrahita ringan ketikaberafiksasi, bereduplikasi, dan berkomposisi yang dilakukan dengan prosesmorfofonemik, meliputi perubahan fonem /r/ menjadi fonem /l/ yang disebabkan anaktunagrahita ringan mengalami hambatan ketika melafalkan fonem /r/.Kata-kata kunci: pengucapan, morfologi, tunagrahita
SITUASI DIGLOSIA PADA PENUTUR BAHASA NGAJU DI KECAMATAN KATINGAN TENGAH KABUPATEN KATINGAN KALTENG (DIGLOSIA SITUATION ON THE NGAJU LANGUAGE SPEAKERS IN KATINGAN REGENCY CENTRAL KATINGAN SUBDISTRICT OF CENTRAL KALIMANTAN) Lili Agustina dan Zulkifli
JURNAL BAHASA, SASTRA DAN PEMBELAJARANNYA Vol 4, No 2 (2014): JURNAL BAHASA, SASTRA DAN PEMBELAJARANNYA (JBSP)
Publisher : Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (179.607 KB) | DOI: 10.20527/jbsp.v4i2.3693

Abstract

Situasi Diglosia pada Penutur Bahasa Ngaju di Kecamatan Katingan Tengah KabupatenKatingan Kalteng. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bahasa yang digunakan dan untukmengetahui situasi diglosia pada penutur bahasa Ngaju di Kecamatan Katingan Tengah KabupatenKatingan Kalteng. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif deskriptif,dengan menggunakan metode deskriptif. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalahobservasi, wawancara, kepustakaan, teknik rekam/simak dan teknik catat. Data tentang diglosiadilihat dari tujuh ranah, yakni ranah keluarga, ranah pergaulan, ranah transaksi jual beli, ranahagama, ranah pemerintahan, ranah pendidikan, dan ranah profesi/pekerjaan. Selain itu juga, data204diperoleh dari pemilihan bahasa, seperti di editorial surat kabar, siaran berita, dan sastra rakyat.Berdasarkan temuan penelitian menunjukan bahwa penutur bahasa Ngaju merupakan bilingualdan multilingual. Hal ini terlihat dengan beragamnya bahasa yang digunakan dan penguasaandari masing-masing penutur bahasa Ngaju. Hasil penelitian berdasarkan ranah keluarga dan ranahpergaulan dengan teman sesuku, menunjukan bahwa masih dominannya penutur menggunakanbahasa Ngaju, dalam ranah transaksi jual beli, terlihat bahwa bahasa Banjar lebih dominan. Fungsibahasa Banjar sebagai bahasa transaksi jual beli di Kecamatan Katingan Tengah Kabupaten Katingan.Dalam ranah agama, khususnya kebaktian di Gereja terbentuk situasi triglosik (penggunaan bahasaNgaju dan bahasa Indonesia seimbang), sedangkan khotbah di Masjid lebih dominan menggunakanbahasa Indonesia sebagai bahasa tinggi (T). Ranah pemerintahan, ranah pendidikan dan ranahprofesi, situasi diglosia yang terjadi adalah lebih dominan menggunakan bahasa Indonesia sebagairagam bahasa tinggi (T), walaupun terjadi diglosia yang kurang mantap pada ranah pendidikanyang dituturkan pelajar penutur Ngaju akibat penguasaan bahasa Indonesia yang masih kurangmantap. Pemilihan bahasa yang digunakan dalam editorial surat kabar dan siaran berita menggunakanbahasa Indonesia sebagai ragam bahasa tinggi (T), sedangkan sastra rakyat lebih dominanmenggunakan bahasa Ngaju (R) walaupun terdapat juga menggunakan bahasa Indonesia.Kata-kata kunci: diglosia, ranah, bahasa ngaju