Tino Mutiarawati Onggo
Unknown Affiliation

Published : 5 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

Pertumbuhan, hasil dan kualitas tomat cv. Marta-9 pada berbagai sistem budidaya dalam rumah plastik di dataran medium Jatinangor Onggo, Tino Mutiarawati; Sumadi, Sumadi; Fauziah, R.
Kultivasi Vol 14, No 1 (2015)
Publisher : Fakultas Pertanian UNPAD

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (151.591 KB)

Abstract

Penanaman tomat dalam rumah plastik dengan sistem budidaya hidroponik, meng-0hasilkan buah dengan kuantitas dan kualitas baik serta dapat dilakukan secara kontinu, namun kekurangan sistem tersebut adalah bahan kimia yang digunakan untuk hara tanaman mahal, sehingga perlu dicarikan sistem budidaya alter-natif yang dapat mengimbangi hasil dan kualitas hasil sistem hidroponik. Tujuan dilaku-kannya penelitian ini adalah untuk mempelajari berbagai sistem budidaya tanaman tomat dalam rumah plastik yang dapat diaplikasikan di dataran medium dengan biaya yang lebih murah serta menguji jumlah batang produksi yang dapat menghasilkan pertumbuhan dan hasil tanaman serta kualitas tomat yang baik. Penelitian dilakukan dari bulan Juni sampai dengan Oktober 2013 di rumah plastik Laboratorium Kultur Terkendali Fakultas Pertanian Universitas Padja-djaran, dengan ketinggian tempat  730 m di atas permukaan laut.Percobaan dilakukan dengan Rancangan Acak Kelompok (RAK) pola faktorial yang terdiri dari dua faktor dan empat ulangan. Faktor pertama adalah sistem budidaya yang terdiri dari tiga taraf (hidroponik, semi hidroponik dan non hidroponik) dan faktor kedua adalah jumlah batang produksi yang terdiri dari dua taraf (batang tunggal dan batang ganda). Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terjadi pengaruh interaksi antara sistem budidaya dan jumlah batang produksi terhadap pertumbuhan, hasil dan kualitas hasil tomat cv. Marta-9. Sistem budidaya semi hidroponik dan non hidroponik menghasilkan pertumbuhan tanaman yang lebih rendah dicirikan dengan tinggi tanaman, diameter batang,serta ukuran daun yang lebih rendah dibanding sistem budidaya hidroponik. Tingginya jumlah buah yang terkena blossom end rot pada sistem budidaya semi dan non hidroponik berimbas pada jumlah buah dan bobot buah per tanaman yang lebih rendah serta persentase bobot buah kualitas A yang lebih rendah dibandingkan sistem budidaya hidroponik. Perlakuan batang tunggal menghasilkan tanaman dengan tinggi tanaman serta ukuran daun yang lebih besar dibanding penggunaan batang produksi ganda, namun baik perlakuan batang tunggal atau ganda menghasilkan persentase jumlah dan bobot buah layak pasar serta persentase bobot dan jumlah buah kualitas A yang sama. Kata kunci : Hidroponik ∙ Non hidroponik ∙ Semi hidroponik ∙ Jumlah batang produksi ∙ Tomat kultivar Marta-9
Pengaruh penambahan arang sekam dan ukuran polybag terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman tomat kultivar ‘Valouro’ hasil sambung batang Onggo, Tino Mutiarawati; Kusumiyati, Kusumiyati; Nurfitriana, A.
Kultivasi Vol 16, No 1 (2017)
Publisher : Fakultas Pertanian UNPAD

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (164.419 KB)

Abstract

Tanaman tomat beef merupakan komoditas hortikultura bernilai ekonomi tinggi yang peka terhadap penyakit tular-tanah. Penerapan teknologi sambung batang dilakukan untuk melindungi tanaman dari serangan penyakit tersebut sehingga dapat menghasilkan buah dengan kualitas yang optimal. Penanaman dalam polybag dimaksudkan agar rumah plastik dapat digunakan untuk penanaman tomat secara kontinyu. Arang sekam sebagai salah satu bahan pembenah tanah diaplikasikan untuk perbaikan tanah Inceptisol Jatinangor. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan komposisi penambahan bahan pembenah arang sekam dan ukuran polybag yang berpengaruh dalam meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman tomat beef kultivar Valouro hasil sambung batang. Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus 2015 sampai Januari 2016 di dalam rumah plastik Laboratorium Kultur Terkendali, Fakultas Pertanian, Universitas Padjadjaran, Jatinangor.Penelitian ini menggunakan metode Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktorial yang terdiri atas dua faktor dan tiga ulangan. Faktor pertama yaitu ukuran polybag: 30cm x 35cm, 35cm x 35cm, dan 35cm x 40cm; faktor kedua yaitu penambahan bahan pembenah arang sekam: tanpa penambahan (kontrol), 10% (v/v) arang sekam, dan 20% (v/v) arang sekam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terjadi interaksi antara perlakuan ukuran polybag dan penambahan arang sekam terhadap semua parameter pengamatan. Ukuran polybag terbesar (35cm x 40cm) berpengaruh meningkatkan tinggi tanaman dan persentase jumlah dan bobot buah kualitas A sebaliknya menurunkan persentase jumlah dan bobot buah kualitas C, sedangkan pada penambahan arang sekam 20% (v/v) diameter batang menjadi lebih kecil.Kata kunci : tomat beef, pertumbuhan, hasil, kualitas buah
Respon pertumbuhan dan hasil panen rebung periode pertama lima kultivar asparagus pada berbagai konsentrasi larutan garam Sanchenia, Zalora; Onggo, Tino Mutiarawati; Sutari, Wawan
Kultivasi Vol 16, No 3 (2017)
Publisher : Fakultas Pertanian UNPAD

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (891.075 KB) | DOI: 10.24198/kltv.v16i3.14440

Abstract

Rebung asparagus (Asparagus officionalis L.) termasuk salah satu sayuran yang bernilai ekonomi tinggi di dunia juga di Indonesia. Kultivar asparagus yang ditanam di Indonesia umumnya merupakan kultivar introduksi dari daerah subtropis, sehingga pertumbuhan dan produksinya di Indonesia kurang optimal. Indonesia memiliki suhu dan kelembaban yang cukup tinggi sehingga dapat menyebabkan serangan berbagai penyakit pada tanaman asparagus. Aplikasi larutan garam pada media tanam mampu mengendalikan penyakit akar sehingga asparagus akan tumbuh dengan baik. Percobaan bertujuan mengetahui pengaruh konsentrasi larutan garam dan kultivar asparagus yang cocok untuk dataran medium Jatinangor supaya diperoleh pertumbuhan dan hasil rebung asparagus yang baik. Percobaan dilaksanakan di Laboratorium Kultur Terkendali Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran Jatinangor Kabupaten Sumedang pada ketinggian tempat sekitar 730 mdpl, sejak bulan Januari sampai Juli 2016. Penanaman dilakukan di bawah naungan plastik transparan. Rancangan percobaan menggunakan Rancangan Petak Terbagi (RPT) atau Split-Plot Design dengan dua ulangan. Petak utama adalah kultivar asparagus yang terdiri dari lima taraf yaitu kultivar Atlas F1, De Paoli F1, Jing Green F1, San Knight F1 dan Jaleo. Anak petak adalah konsentrasi larutan garam yang terdiri dari tiga taraf yaitu 1 g/L, 2 g/L dan 3 g/L. Hasil percobaan menunjukkan tidak terdapat hubungan yang saling mempengaruhi antara lima kultivar asparagus dan konsentrasi larutan garam terhadap pertumbuhan, hasil dan kualitas rebung. Pertumbuhan dan kualitas rebung asparagus dari lima kultivar yang di uji tidak berbeda nyata. Kultivar Atlas dan Jaleo mampu  menghasilkan persentase jumlah dan bobot rebung layak pasar lebih tinggi dibandingkan kultivar De Paoli. Perbedaan konsentrasi larutan garam tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan, hasil panen dan kualitas rebung. Kata kunci: tinggi tanaman, jumlah batang, bobot brangkasan, bobot rebung, jumlah rebung
Kualitas Bibit dan Potensi Hasil Sembilan Kultivar lntroduksi Asparagus di Lembang,]awa Barat Tino Mutiarawati Onggo
Agrikultura Vol 19, No 1 (2008): April, 2008
Publisher : Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1526.544 KB) | DOI: 10.24198/agrikultura.v19i1.629

Abstract

Uji adaptasi sembilan kultivar asparagus introduksi dari Amerika dan New Zealand telah dilakukan di Lembang, lawa Barat, pada tahun 2003—2004 untuk menentukan potensi hasil kultivar tersebut dan mempelajari hubungan antara kualitas bibit dengan hasil rebung yang diperoleh pada periode panen awal selama 5 minggu. Lokasi penelitian berada pada ketinggian 1100 m dpl, jenis tanah Andisol, dan tipe curah hujan D3 menurut klasifikasi Oldeman. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok dengan sembilan perlakuan dan tiga ulangan. Uji lanjut menggunakan Duncan’s test pada taraf kepercayaan 5%. Hasil menunjukkan bahwa kuitivar Appolo, Purple Passion, dan UC 157-F1 mempunyai bobot bibit yang tinggi, namun hasil rebung asparagus hijau yang tinggi diperoleh dari kultivar Atlas, Purple Passion, dan Pacific Purple. Hubungan antara bobot bibit, jumlah akar, dan jumlah tunas dengan hasil rebung pada periode awal panen tidak terlihat nyata. Kultivar Atlas menunjukkan potensi yang baik untuk dikembangkan di daerah Lembang.
Karakteristik Biji dan Beras-Sorgum Genotipe 1.1 dan B-100 Serta Produk Olahan Berbasis Sorgum Tino Mutiarawati Onggo; Carmencita Tjahjadi; , Anas; Teja Yuliandi; Kiki Dwijayanti; Dheasyta Pratiwi
Zuriat Vol 19, No 2 (2008)
Publisher : Breeding Science Society of Indonesia (BSSI) / PERIPI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/zuriat.v19i2.6662

Abstract

Sorgum [Sorghum bicolor (L.) Moench] adalah tanaman pangan penting peringkat kelima dunia. Tanaman ini dapat tumbuh baik di daerah-daerah kering dan panas, sehingga sesuai untuk dikembangkan di daerah marginal. Kandungan gizi sorgum tinggi dan tidak mengandung gluten, sehingga baik digunakan sebagai bahan pangan alternatif. Biji sorgum Genotipe 1.1 (Hasil rekayasa Fakultas Pertanian Unpad) dan Genotipe B-100 (Hasil rekayasa BATAN) yang digunakan sebagai materi untuk menguji karakteristik biji, beras sorgum, produk pangan berbasis sorgum yaitu opak dan stik bawang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kedua genotipe tersebut mempunyai bentuk biji yang hampir sama, namun genotipe B-100 mempunyai ukuran, sferisitas dan berat 100 butir yang lebih besar dibandingkan genotipe 1.1. Lama waktu penyosohan dengan metode abrasif meningkatkan kecerahan hasil sosohan dan menurunkan intensitas warna kuning serta hijau pada Genotipe 1.1 yang tergolong white sorghum; sedangkan pada Genotipe B-100 penyosohan selama 0,5 menit menghasilkan berassorgum berwarna cokelat kemerahan karena testa yang mengandung tanin; semakin lama waktu penyosohan, warna cokelat kemerahan tersebut semakin berkurang. Pada pembuatan opak, penggunaan beras-sorgum genotipe 1.1 hasil penyosohan 1 menit dan rasio nasisorgum dengan nasi-ketan 60:40 merupakan perlakuan terbaik menghasilkan opak sorgum dengan karakteristik inderawi terbaik. Pada stik bawang, lama penyosohan biji-sorgum genotipe 1.1 selama 1,5 menit dan imbangan tepung-sorgum dengan tepung-terigu sebesar 50:50 merupakan perlakuan terbaik menghasilkan stik bawang sorgum dengan sifat inderawi terbaik.