Marietje Pesireron
Unknown Affiliation

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Gejala dan Intensitas Serangan Serangga Fitofagus pada Sagu [The Symptoms and Intensity Attacks of Phytophagous Insects on Sago] Rein Estefanus Senewe; Hermanu Triwidodo; Nfn Pudjianto; Aunu Rauf; Marietje Pesireron
Buletin Palma Vol 20, No 1 (2019): Juni 2019
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/bp.v20n1.2019.57-68

Abstract

The growth and development of sago palm naturally interact with the organism such as insects.  The symptoms of damage to the plant canopy sago indicate a relationship between insects and plants.  This study aims to identify phytophagous insects, symptoms of damage and attack rates on sago plants. The study was conducted in the village of Rutong and Tulehu in Maluku, starting in June until September 2016. There are 10 plants/sago clump in each observations in each location determined by purposive sampling. Each sago clump in the growth phase (seedlings, tillers, a trunk stage, and stems / trees), observed symptoms of damage to leaflets and leaf midribs. The results showed four symptoms of attack on the sago canopy with an average intensity of mild attacks. The highest incidence of attack was 37.5% in the phase of a trunk stage with the symptoms of cutout attacks on the leaves. Then seven species phytophag insects were obtained which were associated with sago canopy. Each of the insect imago phases leads to leaf damage with distinctive features, which can potentially cause severe damage to the canopy of the sago plant.ABSTRAKPertumbuhan dan perkembangan tanaman sagu secara alami berinteraksi dengan organisme diantaranya serangga. Gejala kerusakan tajuk tanaman sagu menunjukkan adanya hubungan antara serangga dan tanaman.  Tujuan penelitian adalah untuk mengidentifikasi serangga fitofag, gejala kerusakan dan tingkat serangan pada tanaman sagu.  Penelitian dilakukan pada areal sagu di Desa Rutong dan Tulehu Provinsi Maluku, dimulai bulan Juni – September 2016. Tersedia 10 tanaman/rumpun sagu ditiap lokasi pengamatan yang ditentukan secara purposive sampling. Setiap rumpun sagu pada fase pertumbuhan (semai, anakan, sapihan, dan batang/pohon), diamati gejala kerusakan anak daun dan pelepah daun. Hasil penelitian menunjukkan empat gejala serangan pada tajuk tanaman sagu dengan rata-rata intensitas serangan ringan. Insidensi serangan tertinggi (37.5%) pada fase sapihan dengan gejala serangan bentuk guntingan pada daun. Selanjutnya diperoleh tujuh jenis serangga fitofagus yang berasosiasi dengan tajuk tanaman sagu. Masing-masing fase imago serangga menimbulkan kerusakan daun dengan ciri khas berbeda, sehingga dapat berpeluang menimbulkan kerusakan berat pada tajuk tanaman sagu.
KERAGAAN GALUR HARAPAN KACANG TANAH DI LAHAN KERING KABUPATEN MALUKU TENGAH Sheny Kaihatu; Marietje Pesireron
Agros Journal of Agriculture Science Vol 15, No 1: Edisi Januari 2013
Publisher : Fakultas Pertanian, Universitas Janabadra

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (110.597 KB)

Abstract

Kajian multilokasi beberapa galur kacang tanah bertujuan mendapatkan dua hingga tiga galur harapan (produktivitas lebih dari tiga ton per ha, toleran kekeringan Deret Hari Kering lebih dari 15 persen) dan adaptif pada agroekosistem lahan kering Maluku. Lokasi: lahan kering Desa Makariki, Maluku Tengah, 2010. Rancangan: Rancangan Acak Kelompok tiga ulangan. Sepuluh galur dan dua varietas kacang tanah yang ditanam: S-4, S-5, S-8, S-9, S-10, S-11, S-15, S-16, S-19, S-20, dan dua varietas pembanding, VUB Singa dan Lokal Merah, 36 petak percobaan. Luas petak 2,5 m x 3,5 m, jarak 40 cm x 15 cm, satu tanaman per lubang. Parameter: jumlah tanaman dipanen, 50 persen berbunga, tinggi tanaman saat panen, jumlah polong per tanaman, bobot polong basah per tanaman, bobot polong kering per tanaman, bobot polong kering per petak, bobot 100 biji, bobot biji kering. Hasil: semua galur harapan memiliki tanggapan berbeda terhadap kondisi lahan kering tempat tumbuhnya, varietas unggul Singa berbobot polong basah, polong kering, dan bobot biji kering lebih tinggi di uji adaptasi Makariki, galur S-4 berbobot polong basah dan bobot polong kering lebih tinggi, sedangkan galur S-5, S-11, dan S-15 bobot biji kering lebih tinggi, namun tidak berbeda nyata dengan galur lain kecuali galur S-16 dan Lokal Merah. Semua galur harapan kacang tanah yang ditanam di lahan kering Maluku Tengah dapat tumbuh dan beradaptasi dengan baik, ditunjukkan oleh berat 100 biji semua galur yang melebihi 35 g. Kata kunci: galur; kacang tanah; lahan kering.
PERTUMBUHAN DAN HASIL TOMAT DENGAN PUPUK ORGANIK DAN ANORGANIK, WAIHATU, SERAM BARAT MP Sirappa; Marietje Pesireron
Agros Journal of Agriculture Science Vol 16, No 1: Edisi Januari 2014
Publisher : Fakultas Pertanian, Universitas Janabadra

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (331.869 KB)

Abstract

Kajian pemupukan tomat di lahan petani bekas sawah selama tiga tahun.  Luas areal 50 ha untuk hortikultura, termasuk tomat. Tujuan: melihat pertumbuhan dan hasil tomat dataran rendah diberi pupuk organik dan anorganik. Rancangan Faktorial RAK dua faktor, yaitu pupuk organik: pupuk cair, pupuk kandang, pupuk organik.  Faktor kedua: pupuk anorganik: (1) PA-1: urea 150 kg per ha, SP-36 200 kg per ha, dan KCl 100 kg per ha, (2) PA-2: NPK Pelangi 500 kg per ha+urea 100 kg per ha, (3) PA-3: Setengah dosis PA-1, dan (4) PA-4: Setengah dosis PA-2. Tiap perlakuan diulang tiga kali.  Varietas: Tombatu F1 jarak 50 cm x 60 cm.  Hasil: tertinggi pada perlakuan pupuk anorganik tunggal, pupuk organik cair, dan kombinasinya. Selain itu juga memberikan hasil lebih tinggi dibanding pupuk organik granul atau kombinasinya. Pupuk organik cair berprospek cukup baik karena memberikan hasil tinggi dibanding kandang atau organik granul, terutama bila dikombinasi dengan pupuk anorganik tunggal. Lahan hortikultura Desa Waihatu perlu rotasi atau diberokan untuk memulihkan kondisi lahan yang terus menerus ditanami.