Khalimatus Sa’diyah
Jurusan Teknik Kimia, Politeknik Negeri Malang, Jl. Soekarno Hatta No. 9, Malang 65141

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Kualitas Karbon Aktif Kulit Pisang Kepok Menggunakan Aktivator Kimia dengan Variasi Konsentrasi dan Waktu Aktivasi Khalimatus Sa’diyah; Cucuk Evi Lusiani
Jurnal Teknik Kimia dan Lingkungan Vol 6, No 1 (2022): April 2022
Publisher : Politeknik Negeri Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33795/jtkl.v6i1.259

Abstract

Buah pisang adalah sumber pangan yang banyak dikonsumsi karena memiliki kandungan karbohidrat yang tinggi. Bagian lain dari buah pisang yaitu bagian kulit dapat dimanfaatkan sebagai karbon aktif karena mengandung selulosa sebesar 14,4%. Karbon aktif dari kulit pisang khususnya Pisang Kepok (Musa acuminate L.) dapat digunakan sebagai zat penyerap bahan pencemar dan logam berat dari limbah industri. Pemanfaatan kulit pisang sebagai karbon aktif ini diharapkan dapat menjadi alternatif dari solusi pengolahan limbah padat organik sebagai zat penyerap logam berat dari limbah industri. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kualitas dari karbon aktif dengan bahan baku kulit Pisang Kepok setelah diaktifkan menggunakan larutan basa dan asam. Karbon aktif dibuat dari kulit Pisang Kepok yang diaktivasi menggunakan aktivator basa kuat (NaOH) dan asam kuat (H2SO4) dengan konsentrasi 0,5 dan 1 N selama waktu aktivasi 1, 3, dan 5 jam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aktivator basa menggunakan larutan NaOH dengan konsentrasi aktivator 0,5 N selama waktu aktivasi 1 jam dapat menghasilkan karbon aktif dengan karakteristik yang sesuai dengan SII No. 0258-88. Karbon aktif yang dihasilkan dari kulit Pisang Kepok pada kondisi tersebut mampuf menurunkan kandungan logam Nikel pada larutan NiSO4 sampai 100%. Karbon aktif yang dihasilkan pada konsentrasi rendah dan waktu aktivasi yang singkat dapat mengurangi biaya produksi.Because of their high carbohydrate content, bananas are a popular food source. The skin of a banana can be used as activated carbon because it contains 14.4 percent cellulose. Activated carbon from banana peels, specifically Pisang Kepok (Musa acuminate L.), can be used as an adsorbent for pollutants and heavy metals emitted by industrial waste. The use of banana peels as activated carbon as a heavy metal absorbent from industrial waste is expected to be an alternative solution for treating organic solid waste. The purpose of this research is to ensure that the quality of activated carbon made from banana (Musa acuminate L.) peel after it's been activated with alkaline and acid solutions. Activated carbon is generated from banana (Musa acuminate L.) peel that has been activated with 0.5 and 1 N concentrations of strong base activator (NaOH) and strong acid activator (H2SO4) over activation times of 1, 3, and 5 hours. The results indicate that an alkaline activator using NaOH solution with an activator concentration of 0.5 N for 1 hour can produce activated carbon with SII No. 0258-88-compliant properties. Under these conditions, activated carbon derived from banana (Musa acuminate L.) peel was able to reduce the nickel concentration in the NiSO4 solution by up to 100 %. Using activated carbon with low concentrations and short activation durations can minimize costs of production.
Penurunan Kadar Lignin pada Fermentasi Limbah Kayu Mahoni Menggunakan Phanerochaete chrysosporium Sri Rulianah; Prayitno Prayitno; Christyfani Sindhuwati; Dessi Ria Ambar Ayu; Khalimatus Sa’diyah
Jurnal Teknik Kimia dan Lingkungan Vol 4, No 1 (2020): April 2020
Publisher : Politeknik Negeri Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1055.736 KB) | DOI: 10.33795/jtkl.v4i1.139

Abstract

Limbah Kayu Mahoni merupakan limbah pertanian jenis kayu keras yang mengandung lignoselulosa (lignin, selulosa, hemiselulosa) yang cukup tinggi. Selulosa sangat berpotensi untuk didegradasi oleh Phanerochaete chrysosporium menjadi glukosa. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh lama fermentasi dan penambahan serbuk Kayu Mahoni terhadap penurunan kadar lignin pada fermentasi limbah Kayu Mahoni menggunakan kapang Phanerochaete chrysosporium. Penelitian dilakukan dengan cara mengeringkan dan mengecilkan ukuran limbah Kayu Mahoni, kemudian melakukan proses fermentasi limbah Kayu Mahoni dengan Phanerochaete chrysosporium dengan rentang waktu 9, 11, 13, 15, dan 17 hari, dan penambahan limbah serbuk Kayu Mahoni sebanyak 5, 6 dan 7%. Sebelum dan sesudah proses fermentasi dilakukan analisa kadar lignin. Hasil terbaik dari penelitian yaitu penurunan kadar lignin sebesar 85,33 % diperoleh pada lama fermentasi 17 hari dan penambahan serbuk Kayu Mahoni sebanyak 5 %.Mahogany wood waste is a type of hard wood agricultural waste containing lignocellulose which is quite high. In mahogany wood waste also contains lignin which is quite high, so the level of lignin must be reduced so that the cellulose can be used as glucose. Phanerochaete chrysosporium is a type of mold that is able to degrade lignin, cellulose and hemicellulose simultaneously. The purpose of this study was to determine the effect of fermentation time and the addition of mahogany wood waste to the reduction of lignin content in the fermentation of mahogany wood waste using Phanerochaete chrysosporium molds. The study was conducted by drying and reducing the size of mahogany wood waste, then fermentation of mahogany wood waste with Phanerochaete chrysosporium with a span of 9, 11, 13, 15, and 17 days, and the addition of mahogany wood waste 5, 6 and 7%. Before and after the fermentation process, lignin levels were analyzed. The best results from this study were obtained at 17 days of fermentation and the addition of 5% mahogany wood powder, obtained a decrease in lignin content of 85,33 %.