Gerzon Ajawaila
Program Pascasarjana Institut Seni Indonesia Padangpanjang

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

FENOMENA HUBUNGAN MAMAK DAN KEMENAKAN DI MINANGKABAU DALAM FILM FIKSI DRAMA KOMEDI “LAH KA JODOH” Edi Satria; Rosta Minawati; Gerzon Ajawaila
Bercadik: Jurnal Pengkajian dan Penciptaan Seni Vol 2, No 2 (2014): Bercadik: Jurnal Pengkajian dan Penciptaan Seni
Publisher : Institut Seni Indonesia Padang Panjang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (43.503 KB) | DOI: 10.26887/bcdk.v2i2.57

Abstract

ABSTRAK Drama Komedi Lah Ka Jodoh terinspirasi dari fenomena budaya masyarakat Minang, tentang hubungan antara Mamak dan Kamanakan. Dalam film drama komedi Lah Ka Jodoh, yang mana Mak Jala sudah lama merantau ketanah Jawa dan mempersunting perempuan Jawa. Mak Jala mempunyai seorang anak yang bernama Rina, karena sudah lama dirantau, Mak Jala segera pulang ke kampung untuk memperkenalkan anaknya Rina kepada kemenakan yang bernama Khairul, tapi karena tidak tahu Mak Jala menjodoh kan anaknya Rina dengan pembantu kemenakannya sendiri, sehingga disini timbulah polemik dalam kehidupannya ketika tiba dikampung halaman. Tema besar dalam film ini adalah bagaimana ketika film ini diputar mendapatkan empati yang bisa dibawa pulang oleh penonton bahwa konflik mamak dan kemenakan bisa sejenak dilupakan.Film drama komedi Lah Ka Jodoh ditampilkan digedung Pertunjukan Hoerijah Adam ISI Padangpanjang dengan memakai gedung utama. Dengan mempertunjukan satu adegan yang ada dalam Film Fiksi Drama Komedi Lah Ka Jodoh di atas panggung sebagai opening menjelang pemutaran film tersebut. Proses penggarapan dilakukan lewat beberapa tahap. Tahap pertama, pencarian naskah dan ide cerita, tahap kedua melakukan casting, tahap ketiga pembentukan crew, tahap keempat hunting lokasi, tahap kelima latihan, tahap keenam persiapan peralatan, tahap ketujuh set lokasi dan shooting, tahap kedelapan preview, tahap kesembilan editing tahap kesepuluh pemutaran film. Kata Kunci: Lah Ka Jodoh, Film Fiksi, Drama Komedi      ABSTRACT His comedy-Drama Lah ka jodoh was inspired by the phenomenon of Mate Ka culture society Minang, about the relationship between Kemanakan and Mamak. In the comedy-drama Lah Ka Jodoh, which Mak Jala was long gone to wander down to the ground and the female Lord of Java. Mak Jala had a son named Rina, as long-stay in other cities, Mak Jala immediately returned to the village to introduce his son Rina to nephew named Khairul, but because it doesn't know to fix her Mak Jala with her niece's own maid, so here there is a polemic in his life when it was in vilage. Great themes in this movie is how when the film was screened to get empathy that can be taken home by the audience that the conflict could momentarily nieces mamak forgotten. His comedy-drama Lah Ka Jodoh in building Hoerijah Adam Performances shown ISI Padangpanjang in the face with the main building. With the show one scene that exists in the fictional Film Comedy Lah Ka Jodoh was on stage as the opening towards the film screenings.The process of designing is done through several stages. The first phase, the search script and story ideas, the second phase do the casting, forming the third stage crew, stage four hunting locations, the fifth stage of the exercises, the sixth phase of the preparation of the seventh set stage equipment, and location shooting, the eighth stage of the ninth stage of the preview, editing, tenth stage of film screenings. Key words : Lah Ka jodoh, Fiction Film, Comedy Drama
SOSIAL BUDAYA MASYARAKAT PARIANGAN DALAM KARYA FILM DOKUMENTER “ISHLAH” Nolly Media Putra; Ediwar Ediwar; Gerzon Ajawaila
Bercadik: Jurnal Pengkajian dan Penciptaan Seni Vol 2, No 2 (2014): Bercadik: Jurnal Pengkajian dan Penciptaan Seni
Publisher : Institut Seni Indonesia Padang Panjang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (82.698 KB) | DOI: 10.26887/bcdk.v2i2.50

Abstract

 ABSTRAKKarya film dokumenter “Ishlah” merupakan sebuah karya yang terinspirasi dari peristiwa sosial budaya. gagasan dasar diusung berdasarkan beberapa kebiasan bersama masyarakat nagari Pariangan yang dinilai sebagai ruang sosial, sekaligus wadah bagi semua lapisan masyarakat dalam dalam membina hubungan silaturahmi antar sesama, baik itu kebiasaan sehari-hari ataupun kebiasaan-kebiasan seperti upacara adat bahkan keagamaan (upacara Ratik Tagak dan Maulid Nabi) Tema yang diacu adalah nilai sosial budaya yang terdapat pada setiap kebiasan, selain fungsi dasarnya sebagai wadah spiritual, beberapa dari kebiasaan tersebut juga merupakan sebagai ruang sosial (media) yang mampu mempersatukan hubungan antarsesama dan mempererat hubungan silaturahim. Metode garapan dilakukan melalui riset, pengolahan data, penulisan naskah berupa treatment, proses shooting dan editing. Karya ini dibagi kedalam lima segmen. Bagian pertama memvisualkan geografis daerah, bagian kedua, sistem mata pencaharian, bagian ketiga, memvisualkan unsur relegius dan aktivitas mayarakat (anak-anak belajar mengaji, para pemuda belajar pasambahan dan main koa. Pada bagian keempat menggambarkan upacara Ratik Tagak dan Maulid Nabi. Bagian kelima adalah bagian penutup, menggambarkan beberapa rumah gadang yang telah ditinggalkan bahkan sudah mulai rusak, pada bagian ini juga digambarkan beberapa orang yang sedang memperbaiki rumah gadang yang telah rusak tersebut.  Kata Kunci: Dokumenter, Upacara Ratik Tagak, Maulid Nabi, silaturrrahmi, nilai sosial.        ABSTRACT Ishlah is a documentary movie wich inspired by local culture. Basic idea contructed by social behaviour of  peoples who life in Pariangan this social behaviour contains whole peoples live activity such daily activity and cultural ceremony and religious ceremony. ( Ratik Tagak dan Maulid Nabi). The Theme is about social-cultural value in each behaviour, beside the base function in religion, some behaviuours are social-media wich unite the relationship (silaturahim). Production method starts by research, analising, making the script as treatment, shooting and editing. This documentary movie contains 5 segments. First segment, visualizing landscape of location. The second segment visualizing the economic and social system. The third segment visualizing the religious path and peoples activity (the children learns Al-Qur’an, the teenager learn pasambahan dan playing koa. In the fourth segment, visualizing the traditional foclore Ratik Tagak  and Maulid Nabi. The five segment is the last part, visualizing the traditional architecture =, Rumah Gadang, wich had been leaved, poor condition and the same segment, also visualizing some people try to reconstruct the Rumah gadang. Key word: Documentary, Ritual Ratik Tagak and Maulid Nabi, social behaviour contains.
RITUAL ASYEIK SEBUAH FENOMENA BUDAYA MENJADI ESTETIK PENCIPTAAN FILM DOKUMENTER Syafriandi Syafriadi; Rosta Minawati; Gerzon Ajawaila
Bercadik: Jurnal Pengkajian dan Penciptaan Seni Vol 2, No 1 (2014): Bercadik: Jurnal Pengkajian dan Penciptaan Seni
Publisher : Institut Seni Indonesia Padang Panjang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (67.304 KB) | DOI: 10.26887/bcdk.v2i1.35

Abstract

ABSTRAK Film dokumenter “Ritus Jiwa” memiliki makna tentang pertemuan antara jiwa yang hidup dengan jiwa yang mati, yang merupakan hakikat dari peristiwa Ritual Asyeik. Pertemuan jiwa yang hidup dengan jiwa yang mati merupakan pertemuan Roh Nenek Moyang  dengan anak cucu  mereka, peristiwa ini disebut oleh masyarakat Dusun Empih sebagai peristiwa dan ajang silaturrahmi dengan Roh Nenek Moyang. Roh Nenek Moyang muncul ke dalam jiwa yang hidup ketika penari mengalami kerasukan. Pemanggilan Roh Nenek Moyang dilakukan melaui mantra atau syair-syair Ritual Asyeik. Ritual Asyeik adalah upacara sakral, yakni upacara pemanggilan Roh Nenek Moyang. Upacara sakral ini dilakukan dengan melibatkan orang-orang tertentu, seperti orang-orang yang memiliki kekuatan magis yang disebut dengan dukun (pengasouh). Dukun berperan sebagai perantara antara jiwa yang hidup dan jiwa yang sudah mati.Dalam proses mewujudkan realita ke dalam bentuk film dokumenter membutuhkan kepekaan Imajinasi dan ide-ide kreatif. Penciptaan karya film ini berangkat dari ide dan gagasan yang terangkum dalam fenomena dan realita Ritual Asyeik. Ide dan gagasan ini diuraikan menjadi tema dalam penciptaan karya film dokumenter dengan menggunakan gaya interaktif. Gaya interaktif lebih memokuskan pada penuturan proses pembuatan shooting film, dan gaya Interaktif lebih menampilkan keberadaan subjek dan karakter dalam film. Dalam penciptaan karya film ini akan mengabungkan dua gaya tersebut. Karya film dokumenter ini akan diciptakan dalam pendekatan bentuk disebut juga film eksperimental. Dalam bentuk film ini pengkarya/sutradara akan melakukan eksprimentasi dan eksplorasi tergadap pengambilan gambar, kemudian disusun dengan tujuan memberikan efek dramatik, menggugah emosi penonton. Kata Kunci: Ritus Jiwa, Ritual Asyeik, Film dokumenter   ABSTRACT The documentary film "Rites of Life" has the meaning of the encounter between the living soul with the soul of the dead, which is the essence of the ritual event Asyeik. Meeting a living soul with the soul of a dead ancestor spirits meetings with their children and grandchildren, this event is called by the people of Dusun Empih as events and event silaturrahmi with Spirit Ancestors. Ancestor Spirit emerge into a living soul when experienced dancers possessed. Summons Spirit Ancestors done through a spell or ritual Asyeik poems. Asyeik ritual is a sacred ceremony, the ceremony calling of the Spirit Ancestors. This sacred ceremony is performed involving certain people, such as people who have magical powers called shaman (pengasouh). Shamans act as intermediaries between the living soul and the souls of the dead. In the process of realizing reality in the form of a documentary film requires sensitivity Imagination and creative ideas. The creation of this film work departs from the idea and the ideas embodied in the phenomenon and the reality of ritual Asyeik. New ideas and is described to be a theme in the creation of a documentary film work using an interactive style. More interactive style of the narrative were focused on the process of shooting the film, and a more interactive style show where the subject and the characters in the film. In the creation of works of the film will combine the two styles. The work of this documentary will be created in the form of approach is also called experimental film. In this film form pengkarya / director will conduct exploration tergadap eksprimentasi and shooting, then compiled with the aim of providing a dramatic effect, the emotions the audience. Key words: Rites of Life, Ritual Asyeik, documentary