Ridwan Affandi
Departemen Manajemen Sumber Daya Perairan, FPIK Institut Pertanian Bogor

Published : 4 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

Yolk absorption efficiency and morphogenesis of the silver arawana Osteoglossum bicirrhosum (Cuvier, 1829) prelarvae at various interactions of temperature and salinity Yuli Wahyu Tri Mulyani; Dedy Duryadi Solihin; Ridwan Affandi
Jurnal Iktiologi Indonesia Vol 15 No 3 (2015): October 2015
Publisher : Masyarakat Iktiologi Indonesia (Indonesian Ichthyological Society)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32491/jii.v15i3.54

Abstract

The silver arawana Osteoglossum bicirrhosum (Cuvier, 1829) has been cultured successfully in Indonesia, but still facing obstacles especially handling on the larval life stage. Yolk-sac stage is one of the critical phases in the early development of fish. Yolk-sac larvae of silver arawana use a yolk as food supply. The yolk absorption process influenced by abiotic factors, particularly temperature and salinity. Hence, this study aimed to examine the interaction of temperature and salinity of media in order for optimal yolk-sac absorption and morphogenesis of silver arawana larvae. The research was conducted from November 2013 to January 2014 in the Laboratory of Aquatic Animal Physiology, Faculty of Fisheries and Marine Sciences, Bogor Agricultural University. The experimental design was arranged in two factors completely randomized designs, nine treatments with three replications. The first factor was the temperature consisted of 28, 30 and 32°C; the second factor was the salinity consisted of 3, 4 and 5%o. Yolk-sac larvae were reared in aquarium 40 x 30 x 30 cm3 with a density of 4 yolk-sac larvae per aquarium until the yolk was completely absorbed. Larvae were not fed during the experiment. The parameters measured were survival rate, time of yolk absorption, shrinkage rate of yolk, efficiency of yolk utilization, total length, total weight, specific weight growth rate, gradient osmotic oxygen consumption, and morphogenesis of larvae. The results showed that the silver arawana larvae reared at 28°C in combination with all levels of salinity (3, 4 and 5%o) and temperature of 30°C with a salinity of 3%o generate survival rate 100%. Meanwhile, the efficiency of yolk utilization, the fastest growth and morphogenesis were optimally at a temperature of 30°C in interaction with 3%o salinity. Abstrak Arwana silver Osteoglossum bicirrhosum (Cuvier, 1829) telah berhasil dibudidayakan di Indonesia, namun masih mengalami kendala terutama penanganan pada fase pralarva. Pralarva merupakan salah satu stadia yang rentan dalam perkembangan awal hidup ikan. Pralarva arwana silver memiliki kuning telur yang digunakan sebagai cadangan ma-kanan. Penyerapan kuning telur pralarva dipengaruhi oleh faktor abiotik terutama suhu dan salinitas. Penelitian ini ber-tujuan untuk mengkaji interaksi suhu dan salinitas media pemeliharaan agar optimal untuk penyerapan kuning telur dan morfogenesis pralarva arwana silver. Penelitian dilakukan dari bulan November 2013 hingga Januari 2014 di La-boratorium Fisiologi Hewan Air, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini meng-gunakan rancangan acak lengkap faktorial dengan sembilan perlakuan dan masing-masing perlakuan memiliki tiga ulangan. Faktor pertama terdiri atas suhu 28, 30 dan 32°C, faktor kedua terdiri atas salinitas 3, 4 dan 5%o. Pralarva di-pelihara di dalam akuarium berukuran 40 x 30 x 30 cm3 dengan padat tebar empat ekor per akuarium, sampai kuning telur terserap di dalam tubuh. Selama pemeliharaan tidak diberikan pakan. Parameter yang diukur yaitu: kelangsungan hidup, waktu penyerapan kuning telur, laju penyusutan kuning telur, efisiensi pemanfaatan kuning telur, panjang total, bobot total, laju pertumbuhan spesifik, gradien osmotik, konsumsi oksigen, dan morfogenesis. Hasil penelitian menun-jukkan bahwa pralarva arwana silver yang dipelihara pada suhu 28°C dengan semua level salinitas (3, 4, dan 5%o) dan suhu 30°C dengan salinitas 3%o memiliki kelangsungan hidup 100%, sedangkan efisiensi pemanfaatan kuning telur, pertumbuhan optimal, dan morfogenesis tercepat pada perlakuan interaksi suhu 30°C dengan salinitas 3%o.
Pengaruh stunting terhadap kondisi fisiologis benih ikan sidat, Anguilla bicolor bicolor McClelland, 1844 Latifa Fekri; Ridwan Affandi; Tatag Budiardi
Jurnal Iktiologi Indonesia Vol 15 No 1 (2015): Februari 2015
Publisher : Masyarakat Iktiologi Indonesia (Indonesian Ichthyological Society)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32491/jii.v15i1.76

Abstract

Eel is an economically important fish species and the demand for this species is increasing every year. However, stock availability not sustainable because the eel culture totally depends on the wild catches of glass eel (elver). The aim of this study was to examine the effect of stunting to the physiological condition of eel seeds with 1-2 g body weight and 8-12 mm body length. The research was conducted from September 2013 to February 2014 at the Aquatic Animal Physiology Laboratory, Faculty of Fisheries and Marine Science, Bogor Agricultural University. The experiment was arranged in a completely randomized design with three treatments of stunting (i.e. 30, 60, and 90 days) and three replications. Eel seeds were reared in aquarium 60 x 40 x 30 cm3 with a density of 30 fish in each aquarium and fed with commercial pellets of 1.5 mm in size with 46 % protein content. The diets were fed to the fish at a daily rate of 3.3% of the total biomass. Fish were fed twice a day continuously for 30, 60 and 90 days of rearing process. The weight, proximate test and blood analysis of each specimen were checked at the beginning of the experiment and in every 30 days. The results showed that the stunting for one month was the best treatment. In this treatment, the lowest specific growth rate was approaching 0 % (0.1%), coefficient of variation in body weight was < 20 % (19.90%), physiological conditions was normal (not different with control) and survival rate was above 96 %. The treatment of stunting for two and three months showed that the specific growth rate was 0.2 %, coefficient of variation in body weight was > 25% (27.96 % and 30.37 %), physiological conditions was over than the limit for normal conditions, and survival rate was 89% for both treatments. Abstrak Sidat adalah ikan ekonomis penting yang memiliki permintaan pasar yang terus meningkat dari tahun ke tahun. Namun, ketersediaan stok ikan sidat tidak berkelanjutan karena budi daya ikan ini masih bergantung kepada benih hasil tangka-pan dari alam. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengaruh stunting (penahanan pertumbuhan) terhadap kondisi fisiologis benih ikan sidat ukuran 1-2 g dengan panjang tubuh 8-12 cm. Penelitian dilakukan dari bulan September 2013 hingga Februari 2014 di Laboratorium Fisiologi Hewan Air, FPIK IPB. Penelitian menggunakan rancangan acak leng-kap dengan tiga perlakuan lama stunting (30, 60 dan 90 hari) dan masing-masing dengan tiga ulangan. Ikan dipelihara dalam akuarium ukuran 60 x 40 x 30 cm3 dengan padat tebar 30 ekor per akuarium dan diberi pakan komersial berupa pellet ukuran 1,5 mm dengan kadar protein 46%. Jumlah pakan yang diberi setiap hari sebanyak 3,3 % dari total bio-massa ikan. Ikan diberi pakan dua kali sehari secara kontinu selama 30, 60 dan 90 hari pemeliharaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa stunting selama satu bulan merupakan perlakuan yang terbaik yang ditunjukkan dengan dengan laju pertumbuhan spesifik benih ikan mendekati nol (0,1%), nilai koefisien keragaman bobot <20% (19,90%) dan kondisi fisiologis mendekati normal (tidak berbeda jauh dengan kontrol), serta kelangsungan hidup 96%. Perlakuan lama stunting dua dan tiga bulan menunjukkan bahwa laju pertumbuhan spesifik sebesar 0,2%, nilai koefisien keragaman bobot >25% (27,96% dan 30,37%) dan kondisi fisiologisnya jauh di atas batas normal benih ikan sidat, serta kelangsung-an hidup sebesar 89%.
Kondisi fisiologis ikan bandeng (Chanos chanos Forskal) yang dipelihara pada media yang terpapar merkuri dengan tingkat salinitas berbeda Ridwan Affandi; Riri Ezraneti; Kukuh Nirmala
Jurnal Iktiologi Indonesia Vol 12 No 2 (2012): Desember 2012
Publisher : Masyarakat Iktiologi Indonesia (Indonesian Ichthyological Society)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32491/jii.v12i2.123

Abstract

Mercury is a dangerous heavy metal to fish and human who consumed that contaminated fish. The objective of the research was to analysis the effect of mercury to physiological condition of milkfish which reared in various level of salinity. Experiment was divided into four treatments: A (0% + 0 mg Hg L-1); B (0%o + 0.012 mg Hg L-1); C (10%o + 0.012 mg Hg L-1); and D (20%o + 0.012 mg Hg L-1), each with three replications. Milkfish of 7-8 cm in length was reared in aquarium of 60 x 40 x 40 cm3 in size, filled with 40 L of water. Twenty milkfish were added into each aquarium, fed by artificial food up to 5% biomass, 3 times per day during 30 day of experiment. Physiological parameters were observed by measuring osmotic gradient, oxygen consumption and blood glucose. Within freshwater conditions, the results showed that osmotic gradient and blood glucose increased, while oxygen consumption decreased in response to the present of mercury. Milkfish that reared in 10%o salinity showed better physiological conditions than other treatment, i.e. osmotic gradient 0.237±0.088 Osm kg-1 H2O, oxygen consumption 0.257±0.037 mgO2 g-1 hour-1, and blood glucose 11.77±1.30 mg mL-1. It was shown that the toxicity level of mercury were the lowest at 10%o salinity. Abstrak Merkuri merupakan logam berat yang sangat berbahaya bagi kehidupan ikan, bahkan dapat membahayakan kesehatan bagi yang mengkonsumsi ikan yang telah terkontaminasi logam berat tersebut.Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengaruh merkuri terhadap kondisi fisiologis ikan bandeng yang dipelihara pada berbagai tingkat salintas. Percobaan terdiri atas empat perlakuan yakni: A (0% + 0 mg Hg L-1), B (0%o + 0,012 mg Hg L-1), C (10%o + 0,012 mg Hg L-1), dan D (20%o + 0,012 mg Hg L-1).Masing-masing perlakuan memiliki tiga ulangan. Ikan bandeng yang berukuran 7-8 cm dipelihara dalam akuarium berukuran 60 x 40 x 40 cm3 dengan volume air 40 L. Masing-masing akuarium diisi dengan 20 ekor ikan bandeng dan dipelihara selama 30 hari. Pakan buatan berbentuk pellet diberikan tiga kali per hari sebanyak 5% dari bobot biomassa. Parameter yang diukur meliputi beban osmotik, tingkat konsumsi oksigen, dan kadar glukosa darah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada ikan bandeng yang dipelihara di media air tawar, keberadaan merkuri menyebabkan naiknya beban osmotik dan kadar glukosa darah serta menurunkan tingkat konsumsi oksigen. Kondisi fisiologis ikan bandeng yang dipelihara pada salinitas 10%o lebih baik dibandingkan perlakuan lainnya dengan nilai beban osmotik 0,237±0,088 Osm kg-1 H2O, tingkat konsumsi oksigen 0,257±0,037 mgO2 g-1 jam-1 dan kadar glukosa darah 11,7±1,30 mg.mL-1. Dampak toksisitas merkuri terhadap kondisi fisiologis ikan bandeng berkurang ketika dipelihara pada media dengan salinitas 10%o.
Perubahan morfo-anatomi dan penyimpanan energi pada fase perkembangan gonad ikan senggaringan, Mystus nigriceps (Valenciennes, 1840) di Sungai Klawing Purbalingga, Jawa Tengah [Morpho-anatomical changes and energy storage during gonadal development of twospots catfish, Mystus nigriceps (Valenciennes, 1840) in Klawing River, Purbalingga, Central Java] Ridwan Affandi; Benny Heltonika; Iman Supriatna
Jurnal Iktiologi Indonesia Vol 11 No 2 (2011): Desember 2011
Publisher : Masyarakat Iktiologi Indonesia (Indonesian Ichthyological Society)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32491/jii.v11i2.143

Abstract

A research to explore morpho-anatomcal changes and energy storage on various organs during gonadal development of twospots catfish, Mystus nigriceps was carried out in Klawing River, Purbalingga, Central Java. Morpho-anatomical parameter e.g. condition factor, viscera somatic index, adipose fin index, hepato somatic index, gonado somatic index; and energy content of muscle of dorsal region, visceral organ, adipose fin, liver, and gonad tissue were measured based on gonad development stages. The results showed that morpho-anatomy and energy content in tissues have changed during the period of gonadal development. Moreover, there were a process of storage, transfer and transformation of energetic substances for gonad maturation and spawning activities. AbstrakSuatu penelitian dengan tujuan untuk mengkaji perubahan nilai indeks morfo-anatomi dan penyimpanan energi pada beberapa organ tubuh ikan senggaringan selama masa perkembangan gonad telah dilaksanakan di Sungai Klawing, Purbalingga, Jawa Tengah. Parameter morfo-anatomi meliputi faktor kondisi (CF), indeks jaringan viseral (VSI), indeks sirip lemak (AFI), indeks jaringan hati (HSI), indeks jaringan gonad (GSI), dan kandungan energi pada organ/jaringan otot punggung, sirip lemak, organ viseral, hati, dan gonad telah diukur berdasarkan tingkat perkembangan gonadnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa selama masa perkembangan gonad terjadi perubahan nilai-nilai parameter morfo-anatomi dan kandungan energi pada organ yang diukur, terjadi proses penyimpanan, perpindahan dan perubahan materi berenergi baik untuk keperluan pematangan gonad maupun untuk aktivitas pemijahan.