Gunawan Pasaribu
Pusat Litbang Keteknikan Kehutanan dan Pengolahan Hasil Hutan, Jl. Gunung Batu No.5 Bogor Jawa Barat

Published : 14 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 14 Documents
Search

BIOLOGICAL ACTIVITIES AFFORDED BY THE EXTRACT FROM RARU BARK TO INHIBIT ACTION OF ALPHA- GLUCOSIDASE ENZYMES Pasaribu, Gunawan; Syafii, Wasrin; Darusman, Latifah K.
Indonesian Journal of Forestry Research Vol 8, No 1 (2011): Journal of Forestry Research
Publisher : Secretariat of Forestry Research and Development Agency

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Raru (Shoreabalanocarpoides Sym) signifies one of the tree species that grows widespread in Sumatra Island.  Its bark portion is commonly used by local villagers as additional ingredient mixed to nira (sugar palm juice).  This addition is intended to make the juice more durable and also to enrich its taste after the juice is previously fermented to become traditional toddy beverage or the so-call “tuak”.  Local villagers believe that raru bark can reduce the level of blood sugar. As the relevance, the research was conducted to confirm that the extract from raru bark could afford its biological activities to inhibit alpha-glucosidase enzyme through its characterization, quantification, and isolation of its boactive compound. The extraction was performed using two methods (i.e.reflux and maceration techniques). Result revealed that the bark extract obtained from both techniques contained polyphenol compounds: flavonoid, saponin and tannin. Further, raru-bark extract from the reflux and maceration techniques could inhibit the action of alpha glucosidase enzymes on carbohydrate substrate ( i.e. p -nitrophenil-α-D-glucopyranose), at respectively 90.67% and 97.33%. Meanwhile, the inhibition activities afforded by the patented drug as a control (i.e. glucobay) equaled to 97.05%.  Assesment using UV-VIS spectroscopy, showed that the maximum spectrum of bioactive compound in the extract was at the wave length of 288.6 nm. Scrutiny using FTIR spectroscopy could identif y the presence of aromatic groups in the compound, containing -OH, C-H, C=C, C-O and C-H bond types. Analysis using GC-MS exhibited that the compound had molecular weight of 390 with molecular structure as C20H22O8. Ultimately, data analysis scrutiny with the aid of NMR judged the most plausible compound as bioactive was 4-Glucosyl-3, 4’, 5-trihydroxystilbene.
SIFAT ANATOMI, SIFAT FISIS DAN MEKANIS PADA KAYU KEMENYAN TOBA (Styrax sumatrana) DAN KEMENYAN BULU (Styrax paralleloneurus) Pasaribu, Gunawan; Jasni, Jasni; Damayanti, Ratih; Wibowo, Santiyo
Jurnal Penelitian Hasil Hutan Vol 31, No 2 (2013):
Publisher : Pusat Litbang Keteknikan Kehutanan dan Pengolahan Hasil Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2823.456 KB)

Abstract

Kemenyan (Styraxsp.) merupakan pohon penghasil getah bernilai ekonomis cukup tinggi yang khas propinsi Sumatera Utara. Pohon yang sudah tua (kurang produktif) ditebang oleh masyarakat dan kayunya umumnya digunakan sebagai kayu bakar saja. Tulisan ini menyajikan tentang perbedaan karakteristik dua jenis kemenyan yaitu kemenyan toba (Styrax sumatrana) dan kemenyan bulu (Styrax paralleloneurus) dari segi anatomi, dan fisik mekanik dalam rangka pemanfaatannya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kayu kemenyan toba (Styrax sumatrana) dan kemenyan bulu (Styrax paralleloneurus, memiliki sifat struktur anatomi yang khas, mempunyai kualitas serat sebagai bahan baku pulp karena termasuk kualitas I. Berdasarkan berat jenis kedua kayu ini tergolong kayu dengan berat sedang, sedangkan penyusutan sedang dan berat. Kedua jenis kayu ini sesuai untuk konstruksi ringan, mebel dan barang kerajinan.
ANALISIS KOMPONEN KIMIA BEBERAPA KUALITAS GAHARU DENGAN KROMATOGRAFI GAS SPEKTROMETRI MASSA Pasaribu, Gunawan; Waluyo, Totok K; Pari, Gustan
Jurnal Penelitian Hasil Hutan Vol 31, No 3 (2013):
Publisher : Pusat Litbang Keteknikan Kehutanan dan Pengolahan Hasil Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Tulisan ini menyajikan kadar resin dan komposisi senyawa kimia dari beberapa kualitas gaharu menggunakan kromatografi gas spektrometri massa.  Kualitas gaharu yang diuji adalah kemedangan C, teri C, kacangan C dan super AB. Hasil penelitian menunjukkan rendemen ekstrak gaharu pada berbagai pelarut berturut-turut paling tinggi adalah kualitas super AB, kacangan C, teri C, dan kemedangan C. Komponen kimia gaharu mengandung senyawa furan dan kelompok ester lainnya yang menimbulkan aroma wangi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengkelasan kualitas gaharu secara tradisional tidak objektif.
AKTIFITAS ANTIOKSIDAN DAN ANTIKOAGULASI RESIN JERNANG Waluyo, Totok K; Pasaribu, Gunawan
Jurnal Penelitian Hasil Hutan Vol 31, No 4 (2013):
Publisher : Pusat Litbang Keteknikan Kehutanan dan Pengolahan Hasil Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2536.931 KB)

Abstract

 Jernang adalah resin berwarna merah  hasil sekresi buah tanaman rotan. Di pasar Internasional Jernang asal Indonesia umumnya dikenal dari jenis Daemonorops spp.  Jernang telah banyak dimanfaatkan masyarakat dalam pengobatan tradisional.  Untuk itu perlu dilakukan pengujian fitokimia, uji aktifitas antioxidant dan antikoagulasi resin jernang yang berasal dari 3 jenis tanaman rotan yaitu Daemonorops longipes Mart, Daemonorops draco BL. dan Daemonorops melanochaetes BL. Penapisan fitokimia ditujukan untuk mengidentifikasi senyawa-senyawa yang terkandung dalam resin, uji aktifitas antioksidan menggunakan metode DPPH (1,1-difenil-2-pikril-hidrazil) dan uji aktifitas antikoagulasi secara in-vitro menggunakan darah kelinci. Hasil pengujian menunjukkan bahwa ketiga jenis jernang yang diekstrak menggunakaan pelarut polar (metanol) dan semi-polar (etil asetat) mengandung golongan senyawa yang dikenal peruntukkannya sebagai obat-obatan yaitu flavonoid, triterpenoid dan tanin serta berpotensi sebagai antioksidan. Potensi tertinggi sebagai antioksidan adalah jernang kalamuai (Daemonorops longipes Mart) yang diindikasikan dengan nilai IC50 terendah (71,89±3,89 mgL-1).  Ekstrak etil asetat jernang berpotensi sebagai prokoagulasi darah, terutama ekstrak etil asetat jernang kalamuai (Daemonorops longipes Mart.) dengan waktu pembekuan tercepat.
PEMANFAATAN MINYAK Dryobalanops aromatica SEBAGAI BAHAN PEWANGI ALAMI Pasaribu, Gunawan; Gusmailina, Gusmailina; Komarayati, Sri
Jurnal Penelitian Hasil Hutan Vol 32, No 3 (2014): Jurnal Penelitian Hasil Hutan
Publisher : Pusat Litbang Keteknikan Kehutanan dan Pengolahan Hasil Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Dryobalanops aromatica merupakan tumbuhan berkayu penghasil minyak dan kristal yang memiliki nilai ekonomis tinggi. Saat ini minyak dan kristal menjadi komoditas eksport untuk keperluan kosmetik dan obat-obatan. Di masyarakat, minyak ini hanya dimanfaatkan secara terbatas pada pengobatan sederhana pada berbagai penyakit ringan. Pemanfaatan di dalam negeri masih sangat terbatas, sehingga diperlukan penelitian yang mengarah pada peningkatan nilai tambah dari minyak ini. Pemanfaatan sebagai bahan pewangi/ parfum, diharapkan dapat meningkatkan nilai tambahnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa formula parfum minyak Dryobalanops yang disukai berdasarkan uji organoleptik adalah minyak Dryobalanops (25%), dengan etanol (75%) dan campuran bahan aditif berupa odorant green tea, PG dan minyak nilam (0,8%). Formula ini memiliki karakteristik tingkat keharuman yang lembut (harum), dengan ketajaman aroma pada tingkat agak tajam. Dari analisis kimia minyak Dryobalanops aromatica diketahui bahwa minyak memiliki senyawa penanda borneol dan senyawa lainnya yaitu Caryophyllene; 3-Cyclohexene-1-methanol,.alpha.,.alpha.,4-trimethyl-, (S)-(CAS) p-Menth-1-en-8-ol,(S)-(-)-; 1,4,7,-Cycloundecatriene, 1,5,9,9-tetramethyl-, Z,Z,Z- dan 3-Cyclohexen-1-ol, 4-methyl-1-(1-methylethyl)- (CAS) 4-Terpineol.
ANALISIS SENYAWA KIMIA Dryobalanops aromatica Pasaribu, Gunawan; Gusmailina, Gusmailina; Komarayati, Sri; Zulnely, Zulnely; Dahlian, Erik
Jurnal Penelitian Hasil Hutan Vol 32, No 1 (2014): Jurnal Penelitian Hasil Hutan
Publisher : Pusat Litbang Keteknikan Kehutanan dan Pengolahan Hasil Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Dryobalanops aromatica merupakan tumbuhan berkayu yang memproduksi hasil hutan bukan kayu seperti minyak dan kristal. Informasi komposisi senyawa kimia penting diketahui dalam rangka pemanfaatan dan penciri suatu bahan. Berdasarkan informasi dari masyarakat lokal, minyak dikelompokkan berdasarkan warnanya. Semakin putih warna minyak, semakin baik kualitas. Tulisan ini menyajikan komposisi senyawa kimia dari minyak dan kristal Dryobalanops aromatica menggunakan kromatografi gas spektrometri massa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa minyak Dryobalanops aromatica 1 mengandung borneol sebesar 26,02%, D. aromatica 2 mengandung 13,95%, D. aromatica 3 mengandung 24,03%, D. aromatica 4 mengandung 1,09% dalam bentuk longiborneol. Sementara untuk kristal 1 mengandung 92,70% borneol dan kristal 2 mengandung 90,73%. Senyawa borneol merupakan senyawa penciri Dryobalanops aromatica.
AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DAN TOKSISITAS EKSTRAK KULIT KAYU RARU (COTYLELOBIUM SP.) Pasaribu, Gunawan; Setyawati, Titiek
Jurnal Penelitian Hasil Hutan Vol 29, No 4 (2011): JURNAL PENELITIAN HASIL HUTAN
Publisher : Pusat Litbang Keteknikan Kehutanan dan Pengolahan Hasil Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2144.312 KB)

Abstract

Penelitian tumbuhan obat terus berkembang seiring dengan minat masyarakat pada bahan obat yang berasal dari alam yang berhubungan dengan keamanannya dibanding dengan obat sintetik. Salah satu kulit kayu yang berasal dari Kabupaten Tapanuli Tengah dan Tapanuli Utara yang lebih dikenal dengan sebutan raru diidentifikasi sebagai Cotylelobium sp, sudah sangat luas dimanfaatkan oleh masyarakat di Sumatera Utara. Kulit kayu ini biasanya digunakan oleh masyarakat sebagai campuran minuman tuak (minuman tradisional Batak). Masyarakat juga meyakini kulit kayu raru dapat digunakan sebagai obat penurun kadar gula darah (anti diabetes). Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan data potensi antioksidan dari kulit kayu raru dengan metoda DPPH dan mengetahui toksisitas ekstrak menggunakan metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT). Hasil penelitian menunjukkan bahwa rendemen ekstrak Cotylelobium melanoxylon Pierre adalah 30,11% dan Cotylelobium lanceolatum Craib sebesar 14,50%. Uji fitokimia menunjukkan kedua jenis ekstrak mengandung flavonoid, tanin, saponin, triterpenoid dan hidrokuinon. Ekstrak Cotylelobium melanoxylon Pierre memiliki aktivitas antioksidan terhadap radikal DPPH dengan nilai IC50 sebesar 108,487 ppm dan Cotylelobium lanceolatum Craib memiliki nilai IC50 sebesar 77,909 ppm. Selanjutnya, toksisitas Cotylelobium melanoxylon Pierre memiliki nilai LC50 sebesar 643,550 ppm and Cotylelobium lanceolatum memiliki LC50 sebesar 767,191 ppm.
AKTIVITAS INHIBISI ALFA GLUKOSIDASE PADA BEBERAPA JENIS KULIT KAYU RARU Pasaribu, Gunawan
Jurnal Penelitian Hasil Hutan Vol 29, No 1 (2011): Jurnal Penelitian Hasil Hutan
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2369.33 KB) | DOI: 10.20886/jphh.2011.29.1.10-19

Abstract

Raru merupakan sebutan untuk jenis kulit kayu yang ditambahkan pada nira aren yang bertujuan untuk meningkatkan cita rasa, kadar alkohol dan mengawetkan minuman tradisional tuak. Sebagian masyarakat Tapanuli juga mengenal kulit kayu raru sebagai obat diabetes. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan eksplorasi berbagai jenis kulit kayu raru, mengetahui kandungan bioaktifnya, dan mengetahui efek farmakologis ekstraktif raru terhadap penurunan kadar gula darah melalui aktivitas inhibisi alfa glukosidase. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari eksplorasi jenis raru di Sumatera Utara dan Riau diperoleh 4 jenis raru antara lain Cotylelobium melanoxylon Pierre, Shorea balanocarpoides Symington, Cotylelobium lanceolatum Craib, dan Vatica perakensis King. Hasil penapisan fitokimia menunjukkan ekstrak kulit kayu tersebut di atas mengandung senyawa golongan flavonoid, tanin dan saponin. Aktivitas inhibisi berkisar antara 88-97% dan inhibisi terbaik ditunjukkan oleh Shorea balanocarpoidesSym, dengan aktivitas inhibisi obat paten glucobay sebesar 97%.
ANALYSIS OF CHEMICAL COMPOUNDS DISTINGUISHER FOR AGARWOOD QUALITIES Pasaribu, Gunawan; Waluyo, Totok K.; Pari, Gustan
Indonesian Journal of Forestry Research Vol 2, No 1 (2015): Indonesian Journal of Forestry Research
Publisher : Secretariat of Forestry Research and Development Agency

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/ijfr.2015.2.1.1-7

Abstract

Gaharu (Agarwood) is described as a fragrant-smelling wood that is usually derived from the trunk of the genus Aquilaria and Gyrinops (both of the family Thymelaeaceae), which have been infected by a particular disease.  Based on Indonesian National Standard, agarwood can be classified into various grades, i.e. gubal gaharu, kemedangan and serbuk gaharu.  The grading system is based on the color, weight and odor.  It seems that such a grading is too subjective for agarwood classification.  Therefore, to minimize the subjectivity, more objective agarwood grading is required, which incorporates its chemical composition and resin content.  This research was conducted focusing on the analysis of the particular grade of agarwood originating from West Sumatra.  The different types of agarwood qualities are: kemedangan C, teri C, kacangan C and super AB.  Initially, the obtained agarwood samples were grounded to powder, extracted on a Soxhlet extractor using various organic solvents (i.e. n-hexane, acetone, and methanol).  The agarwood-acetone extracts were analyzed using GC-MS to determine its chemical composition.  The results showed a positive, linier relationship in which the resin yield increased with the increase in agarwood quality grades. GC-MS analysis revealed that several sesquiterpene groups can be found in kemedangan C, teri C, kacangan C and super AB qualities. It is interesting that aromadendrene could be identified or found in all agarwood quality grades.  Therefore, it is presumed that the aromadendrene compounds can act as an effective chemical distinguisher for agarwood, whereby the greater the aromadendrene content, the better is the agarwood grade.
AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DAN TOKSISITAS EKSTRAK KULIT KAYU RARU (COTYLELOBIUM SP.) Pasaribu, Gunawan; Setyawati, Titiek
Jurnal Penelitian Hasil Hutan Vol 29, No 4 (2011): Jurnal Penelitian Hasil Hutan
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2144.312 KB) | DOI: 10.20886/jphh.2011.29.4.322-330

Abstract

Penelitian tumbuhan obat terus berkembang seiring dengan minat masyarakat pada bahan obat yang berasal dari alam yang berhubungan dengan keamanannya dibanding dengan obat sintetik. Salah satu kulit kayu yang berasal dari Kabupaten Tapanuli Tengah dan Tapanuli Utara yang lebih dikenal dengan sebutan raru diidentifikasi sebagai Cotylelobium sp, sudah sangat luas dimanfaatkan oleh masyarakat di Sumatera Utara. Kulit kayu ini biasanya digunakan oleh masyarakat sebagai campuran minuman tuak (minuman tradisional Batak). Masyarakat juga meyakini kulit kayu raru dapat digunakan sebagai obat penurun kadar gula darah (anti diabetes). Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan data potensi antioksidan dari kulit kayu raru dengan metoda DPPH dan mengetahui toksisitas ekstrak menggunakan metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT). Hasil penelitian menunjukkan bahwa rendemen ekstrak Cotylelobium melanoxylon Pierre adalah 30,11% dan Cotylelobium lanceolatum Craib sebesar 14,50%. Uji fitokimia menunjukkan kedua jenis ekstrak mengandung flavonoid, tanin, saponin, triterpenoid dan hidrokuinon. Ekstrak Cotylelobium melanoxylon Pierre memiliki aktivitas antioksidan terhadap radikal DPPH dengan nilai IC50sebesar 108,487 ppm dan Cotylelobium lanceolatum Craib memiliki nilai IC50sebesar 77,909 ppm. Selanjutnya, toksisitas Cotylelobium melanoxylon Pierre memiliki nilai LC50sebesar 643,550 ppm and Cotylelobium lanceolatum memiliki LC50sebesar 767,191 ppm.