Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

KARAKTERISTIK FISIOLOGI PEMAIN FUTSAL PROFESIONAL DALAM DUA PERTANDINGAN BERTURUT-TURUT Agung Dwi Juniarsyah; Tommy Apriantono; I Ketut Adnyana
JSKK (Jurnal Sains Keolahragaan dan Kesehatan) Vol 2 No 2 (2017)
Publisher : Institut Teknologi Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.5614/jskk.2017.2.2.1

Abstract

Futsal sangat diminati oleh berbagai kalangan di zaman ini. Banyak orang memainkan olahraga ini untuk prestasi maupun rekreasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik fisiologi diantaranya denyut jantung, kadar asam laktat, pengeluaran energi, dan jumlah langkah para pemain futsal profesional dalam dua pertandingan berturut-turut. Sebanyak 8 pemain futsal profesional yang berasal dari salah satu klub futsal di Indonesia (22,50±0,25 tahun, 61,90±1,66 kg, 171±6,14 cm, 13,81±2,92 % lemak) dengan rata-rata pengalaman bermain 3 tahun, berpartisipasi dalam penelitian. Para pemain bertanding dua kali dalam dua hari. Pengambilan data antropometri dan VO2 max (di luar pertandingan) serta pemantauan denyut jantung, kadar asam laktat, pengeluaran energi, dan jumlah langkah. Pengukuran VO2 max menggunakan bleep test. Denyut jantung dan pengeluaran energi menggunakan polar RC3 GPS. Kadar asam laktat menggunakan accutrend plus portable Jumlah langkah menggunakan step pedometer. Dari hasil penelitian diperoleh rata-rata VO2 max pemain profesional 53,96±4,25 ml/kg/min. Rata-rata denyut jantung pemain profesional pada pertandingan hari pertama 167±4 denyut per menit dan hari kedua 166±5 denyut per menit. Kadar asam laktat sesudah pertandingan hari pertama 6,50±2,38 mmol/L dan hari kedua 6,30±2,60 mmol/L, pengeluaran energi hari pertama 500±81,01 kkal dan hari kedua 505±66,69 kkal, serta jumlah langkah hari pertama 3839±705,48 kali dan hari kedua 3620±579,77 kali. Dari hasil penelitian tersebut tidak terdapat perbedaan signifikan. Maka pertandingan futsal termasuk dalam aktivitas yang sangat berat, bagi pemain profesional pertandingan yang dilaksanakan secara berturut-turut tidak berpengaruh besar, akan tetapi membutuhkan kebugaran fisik yang sangat baik agar tidak terjadi kelelahan yang berlebih.
PERBANDINGAN KARAKTERISTIK FISIOLOGI PEMAIN FUTSAL PROFESIONAL DAN AMATIR DALAM DUA PERTANDINGAN BERTURUT-TURUT Agung Dwi Juniarsyah; Tommy Apriantono; I Ketut Adnyana
JSKK (Jurnal Sains Keolahragaan dan Kesehatan) Vol 1 No 2 (2016)
Publisher : Institut Teknologi Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.5614/jskk.2016.1.2.3

Abstract

Futsal sangat diminati oleh berbagai kalangan di zaman ini. Banyak orang memainkan olahraga ini untuk prestasi maupun rekreasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan karakteristik fisiologi, denyut jantung, kadar asam laktat, jumlah langkah, energy expenditure, perubahan %-lemak, dan berat badan para pemain futsal profesional dan amatir dalam dua pertandingan berturut-turut. Sebanyak 8 pemain futsal profesional yang berasal dari sebuah klub futsal di Indonesia (22,50±0,25 tahun, 61,90±1,66 kg, 171±6,14 cm, 13,81±2,92 % lemak) dengan rata-rata pengalaman bermain 3 tahun dan 8 pemain futsal amatir (23,75±0,71 tahun, 67,57 ± 3,16 kg, 170 ± 4,30 cm, 19,8±5,18 % lemak) yang berasal dari sebuah klub amatir di Bandung berpartisipasi dalam penelitian. Masing-masing tim bertanding dua kali dalam dua hari. Pengambilan data antropometri dan VO2 max (di luar pertandingan) serta pemantauan denyut jantung, kadar asam laktat, jumlah langkah, energy expenditure, berat badan, dan %-lemak (saat bertanding). Pengukuran VO2 max menggunakan bleep test. Denyut jantung dan energy expenditure menggunakan polar RC3 GPS. Jumlah langkah menggunakan step pedometer. Kadar asam laktat menggunakan accutrend plus portable. Berat badan dan %-lemak menggunakan timbangan digital omron karada body scan. Dari hasil penelitian diperoleh rata-rata VO2 max tim profesional dan tim amatir berurutan 53,96±4,25 vs 43,90±5,48 ml/kg/min berbeda signifikan (p<0,01). Rata-rata denyut jantung tim profesional dan tim amatir 166±5 vs 174±10 bpm (p<0,05), kadar asam laktat sesudah pertandingan 6,30±2,60 vs 10,10±1,90 mmol/L (p<0,05), jumlah langkah 3620±579,77 vs 2864±494,64 kali (p<0,05), energy expenditure 505±66,69 vs 578±81,89 kkal (p<0,05), perubahan persentase lemak dan berat badan berurutan 0,71 vs 1,37% (p>0,05) dan 0,40 vs 0,44 kg (p>0,05). Kebugaran fisik tim profesional lebih tinggi dibanding tim amatir. Aktivitas pertandingan futsal bagi tim amatir lebih berat dibanding tim profesional menyebabkan kelelahan yang lebih tinggi dialami tim amatir. Daya jelajah tim profesional lebih banyak dibanding tim amatir, akan tetapi energi yang dibutuhkan tim amatir lebih besar dibanding tim profesional. Terjadi penurunan %-lemak dan berat badan setelah pertandingan untuk kedua tim.
Analisis Fleksibilitas Pada Atlet Bulutangkis Junior Indonesia Tommy Apriantono; Indria Herman; Rini Syafriani; Agung Dwi Juniarsyah; Muhamad Fahmi Hasan; Bagus Winata; Sri Indah Ihsani; Imam Safei
Jurnal Ilmiah Sport Coaching and Education Vol 5 No 2 (2021): Jurnal Ilmiah Sport Coaching And Education
Publisher : Universitas Negeri Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21009/JSCE.05209

Abstract

ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah untuk mengukur fleksibilitas dan mengetahui riwayat cedera yang dimiliki atlet bulutangkis junior pria dan wanita. Dalam penelitian ini melibatkan total 49 atlet bulutangkis. Secara spesifik, mereka dibagi menjadi dua (2) group berdasarkan jenis kelamin mereka. Group laki-laki (n = 26), yang memiliki rata-rata tinggi badan = 171.2 ± 6.91 cm ; berat badan = 64.02 ± 9.67 Kg; BMI = 21.89 ± 2.49 Kg/m2, sedangkan Group perempuan (n = 23) memiliki rata-rata tinggi badan = 159.09 ± 3.40 cm ; berat badan = 56.79 ± 9.40 Kg; BMI = 22.39 ± 3.08 Kg/m2. Seluruh peserta diminta untuk melakukan test fleksibilitas menggunakan alat Takei 5003 Analogue Standing Trunk Flexion Meter dan mengisi kuesioner terkait rewayat cedera visual analogue scale questioner (VAS). Analisis statsitik menunjukkan bahwa atlet bulutangkis wanita junior memiliki fleksibilitas yang lebih baik dibandingkan dengan atlet bulutangkis pria junior (p = 0.001). Di sisi lain, VAS questioner menunjukkan bahwa 9% dari total 26 atlet pria pernah mengalami riwayat terapi selama lebih dari 3 bulan, sedangkan tidak ada satupun dari 23 atlet wanita (0%) yang memiliki riwayat terapi penyembuhan lebih dari 3 bulan. Penelitian ini menunjukkan secara kuantitatif bahwa atlet wanita bulutangkis memiliki kemampuan fleksibilitas yang lebih baik dibandingkan dengan atlet bulutangkis pria, sehingga memiliki korelasi terkait resiko terjadinya suatu cedera dan riwayat penanganan terapi yang lebih baik dibandingkan atlet bulutangkis pria. Kata Kunci: Bulutangkis, Cedera, Fleksibilitas, Performa, Sendi. ABSTRACT The aim of this study was to measure flexibility and determine the injury history of male and female junior badminton athletes. This study involved a total of 49 badminton athletes. Specifically, they were divided into two (2) groups based on their gender. Male group (n = 26), who had a mean height = 171.2 ± 6.91 cm; body weight = 64.02 ± 9.67 Kg; BMI = 21.89 ± 2.49 Kg / m2, while the female group (n = 23) had an average height = 159.09 ± 3.40 cm; body weight = 56.79 ± 9.40 Kg; BMI = 22.39 ± 3.08 Kg / m2. All participants were asked to do a flexibility test using the Takei 5003 Analogue Standing Trunk Flexion Meter tool and fill out a questionnaire related to visual injury analogue scale questioner (VAS). Statistical analysis showed that female junior badminton athletes had better flexibility than junior male badminton athletes (p = 0.001). On the other hand, the VAS questionnaire showed that 9% of the total 26 male athletes had a history of therapy for more than 3 months, whereas none of the 23 female athletes (0%) had a history of healing therapy for more than 3 months. This study shows quantitatively that female badminton athletes have better flexibility abilities than male badminton athletes, so that they have a better correlation related to the risk of an injury and a history of treatment treatment compared to male badminton athletes. Keywords: Badminton, Injury, Flexibility, Performance, Joints.
Aerobic and anaerobic capacities in determining adolescent futsal players’ performance levels Agung Dwi Juniarsyah; Imam Safei; Samsul Bahri; Dadan Resmana; Muhamad Fahmi Hasan
Jurnal SPORTIF : Jurnal Penelitian Pembelajaran Vol 7 No 3 (2021): Jurnal SPORTIF: Jurnal Penelitian Pembelajaran
Publisher : Universitas Nusantara PGRI Kediri

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1563.514 KB) | DOI: 10.29407/js_unpgri.v7i3.16810

Abstract

Futsal is characterized as a high-intensity sport. Thus, aerobic and anaerobic capacities are essential factors for supporting athletes' performance when competing. Data related to adolescent futsal players in Indonesia still lacked. Therefore, this research objective was to determine how much aerobic and anaerobic abilities became the predictors of futsal athletes’ performance levels. The research method was observational research with a quantitative approach. The research subjects consisted of 15 Regional Training Center (PELATDA) athletes and 15 non-PELATDA athletes from West Java with an average of (age= 18.23 ± 1.13 years old, height= 170.23 ± 3.82 cm, body weight 59.57 ± 5.28 kg, BMI 20.56 ± 1.82 kg/m-2, and FAT 10.05 ± 1.29%). The results showed that body mass, body composition, VO2max, peak power, vertical jump, and fatigue index of PELATDA athletes were better than non-PELATDA athletes. Thus, this research could provide an overview for coaches regarding the aerobic and anaerobic capacities standards of adolescent futsal players and could be used as a reference in making an exercise program to improve athletes’ aerobic and anaerobic capacities.