Lizzatul Farhatiningsih
Public Information Division, Public Relations Center Ministry of Trade

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

OPTIMALISASI PENGGUNAAN INSTAGRAM DALAM PRAKTIK KEHUMASAN PEMERINTAH Lizzatul Farhatiningsih
Mediakom Vol 1 No 1 (2018): Vol 1 No 1 (2018)
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Aplikasi Informatika, Informasi dan Komunikasi Publik (APTIKA dan IKP) Badan Penelitian dan Pengembangan SDM Kementerian Komunikasi dan Informatika

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (382.794 KB) | DOI: 10.17933/diakom.v1i1.14

Abstract

Digitalisasi membuat para praktisi PR pemerintah yang sebelumnya berfokus pada konsep-konsep lama telah dengan cepat merangkul media sosial dan mempertimbangkannya untuk menjadi bentuk baru dari kehumasan. Media sosial digunakan untuk merevolusi pekerjaan kehumasan mereka dengan harapan menjadi lebih global, strategis, dua arah dan interaktif, simetris atau dialogis, dan bertanggung jawab secara sosial. Instagram adalah aplikasi berbasis mobile yang memungkinkan pengguna untuk mengambil foto atau gambar, menerapkan alat manipulasi yang berbeda untuk mengubah tampilan gambar, dan membaginya secara langsung. Artikel ini merupakan artikel konseptual yang bertujuan untuk menjelaskan konsep kehumasan dengan melihatnya dari sisi humas pemerintah di era digital saat ini dihubungkan dengan penggunaan media sosial yaitu Instagram. Hasil studi konseptual menunjukkan bahwa Instagram telah unggul sebagai alat komunikasi dan pemasaran yang efektif untuk menampilkan produk dengan deskripsi visual serta menunjukkan pentingnya interaksi ketika sebuah organisasi ingin membangun dan memupuk hubungan antara organisasi dengan publik. Terjadi perubahan sistem kinerja humas pemerintah saat ini karena dibutuhkan kecepatan dalam menyampaikan informasi dan tanggap dalam menangani keluhan masyarakat. Tanggung jawab dalam pengelolaannya bagi pemerintah lokal terletak pada petugas informasi dan komunikasi publik, yang harus mendapat persetujuan dan dukungan dari pejabat pemerintah, baik yang terpilih maupun yang ditunjuk.
COUNTER-HEGEMONY TOWARDS WOMEN IN ADVERTISING Lizzatul Farhatiningsih; Kirana Dwitia Putri; Dyah Ayu Setyorini; Muhammad Syihabuddin Naufal
Mediakom Vol 4 No 1 (2021): Vol 4 No 1 (2021)
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Aplikasi Informatika, Informasi dan Komunikasi Publik (APTIKA dan IKP) Badan Penelitian dan Pengembangan SDM Kementerian Komunikasi dan Informatika

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17933/diakom.v4i1.108

Abstract

Representasi tidak selalu membicarakan mengenai tampilan fisik seseorang namun ada makna di balik representasi dan salah satu media representasi adalah iklan. Representasi dihadirkan tidak hanya melalui untaian kalimat atau kata-kata lisan, namun juga melalui gambar, gestur, mimik muka, pakaian, suara, musik, dan teknik pengambilan gambar. Iklan Bukalapak Nego Cincai berbeda dari iklan marketplace lain karena menggunakan model seorang wanita berusia paruh baya etnis Tionghoa dalam iklan tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui representasi perempuan etnis Tionghoa dalam iklan Bukalapak Nego Cincai sebagai kontra hegemoni. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian multimodalitas untuk menjelaskan representasi dan komunikasi yang mengandalkan multiplisitas mode. Hasil penelitian menunjukkan penggambaran seorang wanita paruh baya beretnis Tionghoa beserta elemen-elemen yang mendukung dalam iklan tersebut meyakinkan khalayak bahwa Bukalapak merupakan online marketplace yang menawarkan harga yang relatif lebih murah khususnya pada saat menyambut hari raya Imlek melalui pemilihan actor tersebut memperlihatkan bahwa dengan representasi etnis Tionghoa yang kerap melakukan aktivitas tawar-menawar dalam kegiatan berdagang. Bukalapak ingin menonjolkan sebuah bentuk counter hegemony terhadap iklan online marketplace lain yang cenderung selalu menampilkan sosok wanita berusia muda, dengan tubuh langsing, kulit putih, dan bukan berasal dari etnis Tionghoa. Untuk memahami kontra hegemoni terhadap iklan ini, dalam penelitian mendatang perlu dilakukan analisis mendalam yang terdiri dari lebih banyak frame sehingga mampu menangkap lebih banyak sumber semiotik dan memahami maksud di balik iklan tersebut.