Syukran Abu Bakar
Universitas Islam Negeri Ar-Raniry Banda Aceh

Published : 7 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search

Ungkapan Ūlū Al-Albāb menurut Mufasir Syukran Abu Bakar; Putri Balqis
TAFSE: Journal of Qur'anic Studies Vol 5, No 1 (2020)
Publisher : Program Studi Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir Fakultas Ushuluddin dan Filsafat, UIN Ar-Raniry

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22373/tafse.v5i1.12559

Abstract

The Qur'an is a holy book that contains a discussion of many things, one of which is related to reason, namely ulū al-albāb. The word ulū al-albāb is mentioned 16 times in the Qur'an. Ulū al-albāb means people who have a reason or use reason. In the Indonesian translation, the term ulū al-albāb is defined as intelligent people or people who have common sense, while interpreters (mufasir) give a general and different meaning to the word ulū al-albāb. On this basis, it is necessary to conduct an in-depth study of the meaning of ulū al-albāb, so that it can be known in detail the meaning of ulū al-albāb according to the views of interpreters. This study is bibliographic in nature and the data collection is carried out thematically (mauḍū'i). The results showed that the interpreters gave different meanings regarding the term ulū al-albāb. SayyidQutb explained that ulū al-albāb are the people who first received direction to taqwa, while according to M. QuraishShihab it means people who have pure reason (a mind that is clean from lust), while al-Maraghi defines ulū al-albāb with people who understand and maintain the meaning of life, the secrets and wisdom of enforcing the law, and the benefits contained in the law. The duties and responsibilities of ulū al-albāb are to disseminate knowledge to lead society and foster the morals of Muslims. Alquran merupakan kitab suci yang memuat pembicaraan banyak hal, salah satu pembicaraannya berkenaan dengan akal, yaitu ūlū al-albāb. Kata ūlū al-albāb disebutkan sebanyak 16 kali dalam Alquran.Secaralahirūlū al-albābberarti orang yang mempunyai akal atau menggunakan akal.Dalam terjemahan Indonesia, istilah ūlū al-albāb diartikan dengan orang-orang yang berakal atau orang-orang yang mempunyai akal sehat, sedangkan mufasirmemberi pemaknaan terhadap kata ūlū al-albāb  secara umum dan berbeda. Atas dasar tersebut, perlu dilakukan kajian mendalam tentang makna ūlū al-albāb, sehingga dapat diketahui dengan detail maknaūlū al-albābmenurut pandangan ulama tafsir. Kajian ini bersifat kepustakaan dan dalam pengumpulan data dilakukan secara mauḍū’i (tematik). Hasil penelitian menunjukkan bahwa para mufasirmemberikan pengertian yang berbeda-beda terkait istilah ūlū al-albāb. Sayyid Quthb menjelaskan bahwa ūlū al-albābyaitu orang-orang yang pertama kali mendapat pengarahan kepada taqwa, sedangkan menurut M. Quraish Shihab mengartikannya dengan orang yang mempunyai akal murni (akal yang bersih dari hawa nafsu), sementara al-Maraghi ūlū al-albābmendefinisikannya dengan orang yang mengerti dan memelihara arti kehidupan, mampu memahami rahasia dan hikmah ditegakkannya hukum, mereka mampu memahami maslahat yang terdapat didalam hukum. Tugas dan tanggung jawab ūlū al-albābadalahmenyebarluaskan ilmu pengetahuan dalam rangka memimpin masyarakat dan membina akhlak umat Islam.
Variasi Makna Lafaz Al-Umm dalam Al-Qur’an Syukran Abu Bakar; Husna Khairudita
TAFSE: Journal of Qur'anic Studies Vol 6, No 2 (2021)
Publisher : Program Studi Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir Fakultas Ushuluddin dan Filsafat, UIN Ar-Raniry

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22373/tafse.v6i2.11394

Abstract

This paper discusses the pronunciation of al-Umm contained in the Qur'an. In general, the word al-Ummmeans a mother who gives birth. The pronunciation of al-Umm in the Qur'an does not only mean mother, and it can vary in meaning when based on other sentences. Departing from the variations in pronunciation base, the author needs to investigate the use of pronunciation of al-Umm in the Qur'an deeply. This is library research. The data were collected using the Mawḍu'i method (thematic method) and the al-Wujuh wa al-Nazhair approach. The author's sources of data are al-Mu'jam (language dictionary), books of Ulum al-Qur'an, and books of interpretation (Tafsir). The results of the study presented that the pronunciation of al-Ummis mentioned in the Qur'an in the form of singular, plural and word sequences. The 28 words indicate a mother's figure's meaning from 35 words, while the other 7 have their meanings when juxtaposed with other words. The pronunciation of al-Umm is not related to the time or place where the Qur'an was revealed, both in Mecca and Medina. The pronunciation of al-Umm besides means a mother who is pregnant, gives birth, breastfeeds, and the wives of the Prophet, it also means Umm al-Qura (Mecca), Umm al-Kitab (Lauhul-Mahfuzh), and the place of return. Tulisan ini membahas tentang lafaz al-umm yang terdapat di dalam Alquran, umumnya lafaz al-umm bermakna ibu yang melahirkan, ternyata di dalam Alquran, lafal al-umm tidak hanya bermakna ibu, lafaz  al-umm bisa bervariasi maknanya jika disandarkan kepada kalimat lain, berangkat dari adanya variasi penyandaran lafaz tersebut, penulis perlu meneliti lebih dalam terkait penggunaan lafaz al-umm  di dalam Alquran. Penelitian ini bersifat kepustakaan (library research), data ditelusuri melalui metode mawḍu’i (metode tematik), dengan menggunakan pendekatan ilmu al-Wujuh wa al-Nazhair. Sumber data yang penulis rujuk adalah kitab al-mu’jam(kamus bahasa), kitab-kitab ulum Alquran, kitab-kitab tafsir,. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa lafaz al-Umm disebutkan dalam Alquran berupa lafaz tunggal, jamak dan rangkaian kata, 28 kata menunjukkan makna sosok seorang ibu dari 35 lafaz, sedangkan 7 lainnya memiliki makna tersendiri ketika disandingkan dengan kata lain, lafaz al-Umm ini tidak ada sangkut pautnya dengan waktu atau tempat diturunkannya Alquran, baik Makkiyyah maupun Madaniyyah. Adapun makna dari lafaz al-Umm selain berupa makna ibu yang mengandung, melahirkan dan menyusui, istri-istri Nabi, juga bermakna Umm al-Qura (Mekkah), Umm al-Kitab (Lauh al-Mahfuz), dan tempat kembali.
Lafal Layta dalam Al-Qur’an Syukran Abu Bakar; Syarifah Maysarah
TAFSE: Journal of Qur'anic Studies Vol 5, No 2 (2020)
Publisher : Program Studi Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir Fakultas Ushuluddin dan Filsafat, UIN Ar-Raniry

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (493.183 KB) | DOI: 10.22373/tafse.v5i2.8549

Abstract

This article is a research about the word of layta in the Qur’an. Generally, the use of the word of layta in the Qur'an referred to unbelievers when expressing their remorse in the afterlife. However, there are Qur'an verses that use the word of layta referred to the believers and in the context of the world. Due to the variations of this designation, the author feels the need for more in-depth research related to the use of the word of layta in the Qur'an. This research is library research, using content analysis techniques in processing data. The data sources that the authors refer to are Balâghah books such as al-Balâghat al-Wâdhihah, and the book of interpretation. The results of this study can be concluded that the word of layta is mentioned fourteen times in the Qur'an, with three speakers: believers, unbelievers, and hypocrites. The meanings indicated by this word are regret, delusion, and good wishes. Then, these meanings are connected with psychology. And the result is that if the pronunciation of this word relies on the believer, it shows a positive meaning, such as a sense of empathy. Conversely, if it relies on other than believers, it has a negative meaning. Tulisan ini merupakan penelitian terhadap lafal layta yang terdapat dalam al-Qur’an. Umumnya, penggunaan lafal layta dalam al-Qur’an disandarkan kepada orang-orang kafir ketika mereka mengungkapkan penyesalannya di akhirat. Namun, ada ayat al-Qur’an yang menggunakan lafal layta dengan disandarkan kepada orang mukmin dan dalam konteks dunia. Berangkat dari adanya variasi penyandaran lafal tersebut, penulis merasa perlu meneliti lebih dalam terkait penggunaan lafal layta di dalam al-Qur’an. Penelitian ini bersifat kepustakaan (library research), dengan menggunakan teknik analisa isi (content analysis) dalam mengolah data. Sumber data yang penulis rujuk adalah kitab-kitab Balâghah seperti  al-Balâghat al-Wâdhihah dan kitab-kitab tafsir. Hasil dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa lafal layta disebut sebanyak empat belas kali dalam al-Qur’an, yang disandarkan kepada tiga subjek, yaitu mukmin, kafir dan munafik. Makna yang ditunjukkan lafal layta adalah penyesalan, angan-angan dan harapan yang baik. Selanjutnya, makna-makna tersebut dihubungkan dengan ilmu psikologi. Maka, hasil yang didapatkan adalah jika pengucapan lafal ini disandarkan kepada orang mukmin, ia menunjukkan makna positif, seperti rasa empati. Sebaliknya, jika disandarkan kepada selain mukmin, maka ia bermakna negatif.
Analisis Lafaz Tanshurullaha dalam Tafsir Fi Zilal Al-Qur’an dan Tafsir Al-Kabir Agusni Yahya; Syukran Abu Bakar; Masrul Rahman
TAFSE: Journal of Qur'anic Studies Vol 7, No 1 (2022)
Publisher : Program Studi Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir Fakultas Ushuluddin dan Filsafat, UIN Ar-Raniry

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22373/tafse.v7i1.12420

Abstract

Helping others is mandatory in certain ways that one's fellow human beings can understand. But in the Qur'an Allah not only commands people to help their neighbors, Allah also commands us to help Him, there are different interpretations among ulama regarding the sentence nashrullah. In this study, the author will express the thoughts of Sayyid Qutb in his interpretation of Fi Zhilâl al-Qur'an and al-Râzi in Tafsîr al-Kabîr against lafaz nashrullah. The goal is to find out how different interpretations of lafaz nashrullah according to Sayyid Qutb and al-Râzi. The results showed that in sayyid Qutb's view, nashrullah is done by purifying the values of godliness and reviving His manhaj and shari'a. Meanwhile, according to al-Râzi nashrullah is to fight against the infidels as the Messenger of Allah did to defend Allah t and this religion of Islam from their insults and slurs. Tolong-menolong terhadap sesama merupakan hal wajib dilaksanakan dengan cara-cara tertentu yang dapat dipahami sesama manusia. Namun dalam al-Qur’an Allah tidak hanya memerintahkan manusia untuk tolong-menolong antar sesama mereka, Allah juga memerintahkan kita untuk menolong-Nya, di sini muncul perbedaan para ualam dalam menafsirkan makna kalimat nashrullah. Dalam penelitian ini penulis akan mengungkapkan pemikiran Sayyid Qutb dalam tafsirnya Fi Zhilâl al-Qur’an dan al-Râzi dalam Tafsîr al-Kabîr terhadap lafaz Nashrullah. Tujuannya adalah untuk mengetahui bagaimana perbedaan penafsiran lafaz nashrullah menurut Sayyid Qutb dan al-Râzi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam pandangan Sayyid Qutb, nashrullah dilakukan dengan cara memurnikan kembali nilai-nilai ketauhidan dan menghidupkan kembali manhaj dan syariat-syariat-Nya. Sedangkan menurut al-Râzi nashrullah adalah melakukan peperangan melawan kaum kafir sebagaimana dilakukan Rasulullah untuk membela Allah t dan agama Islam ini dari hinaan dan cercaan mereka.
Penerapan Metode Jarimatika Quran pada TK Bait Qurany Saleh Rahmany Banda Aceh Cut Nurul Fajri; Syukran Abu Bakar
TAFSE: Journal of Qur'anic Studies Vol 2, No 2 (2017)
Publisher : Program Studi Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir Fakultas Ushuluddin dan Filsafat, UIN Ar-Raniry

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22373/tafse.v2i2.13604

Abstract

Memorizing the Koran is something that is difficult for early childhood to do, but in fact, by using the Jarimatika Quran method, many early childhood children in the Bait Qurany Saleh Rahmany Kindergarten in Banda Aceh have succeeded in memorizing the Koran. . Therefore, the researcher aims to examine all matters relating to the Jarimatika Quran method and its application to the Bait Qurany Saleh Rahmany Playground (TK) Banda Aceh. In this study, the researchers used a qualitative approach with the type of field research or field research. Data were collected through observation and interviews. Techniques in analyzing data using qualitative analysis paths, namely the first path of data reduction, the second is data presentation, and the third is drawing conclusions. Based on data from observations and from informants, information was obtained that the Jarimatika Quran method is a method of memorizing the Koran using the fingers and knuckles of the right hand by placing the Koran on the left hand. With the count of the bottom little finger, the knuckle is the first verse, the middle little finger knuckle is the second verse, and so on. In using this method, Bait Qurany Saleh Rahmany Kindergarten Banda Aceh has special hours and usually, this method of learning takes ±20-25 minutes every day, starting from Monday to Saturday in the classroom, led by two to three teachers. standing in front of the class. Menghafal al-Quran adalah suatu hal yang sulit dilakukan oleh anak usia dini, namun faktanya dengan menggunakan metode Jarimatika Quran, banyak anak-anak usia dini di Taman Kanak-kanak (TK) Bait Qurany Saleh Rahmany Banda Aceh yang berhasil untuk menghafalkan al-Quran. Oleh karena itu peneliti bertujuan untuk meneliti segala hal yang berkaitan dengan metode Jarimatika Quran serta penerapannya pada Taman Bermain (TK) Bait Qurany Saleh Rahmany Banda Aceh. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis field research atau penelitian lapangan. Data dikumpulkan melalui observasi dan wawancara. Teknik dalam menganalisis data dengan menggunakan jalur analisis kualitatif, yaitu jalur pertama reduksi data, yang kedua penyajian data, dan yang ketiga penarikan kesimpulan. Berdasarkan data dari hasil observasi dan dari informan didapatkan informasi bahwa metode Jarimatika Quran adalah sebuah metode menghafal al-Quran dengan menggunakan jari dan ruas-ruas jari tangan kanan dengan menempatkan al-Quran pada tangan sebelah kiri. Dengan hitungan ruas jari kelingking paling bawah adalah ayat pertama, ruas jari kelingking bagian tengah adalah ayat kedua, dan seterusnya. Dalam penggunaan metode ini, TK Bait Qurany Saleh Rahmany Banda Aceh memiliki jam khusus dan biasanya pembelajaran metode ini berlangsung selama ±20-25 menit setiap hari, dimulai dari hari Senin hingga hari Sabtu di dalam ruang kelas, dengan dipimpin oleh dua hingga tiga orang guru yang berdiri di depan kelas.
Kematian dalam Al-Qur’an Ajirni Ajirni; Syukran Abu Bakar
TAFSE: Journal of Qur'anic Studies Vol 1, No 1 (2016)
Publisher : Program Studi Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir Fakultas Ushuluddin dan Filsafat, UIN Ar-Raniry

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22373/tafse.v1i1.14275

Abstract

All the people who live in this world will surely end in death, no one is able to become an eternal human being on this earth, but the reality is that many people think that death is a terrible thing, so that when a person is experiencing pain, not a few people try their best and cost so that the pain suffered quickly healed and to avoid death. Through the verses of death, God also warns the people on this earth that only we will return and that no creature will be immortal, for eternity belongs only to Him. This research is based on library Research. The main reference source of the study is the Mushaf al-Quran al-Karim which deals with the issue of death, and other references such as the interpretation of Mawḍū'i. From the results of this study, the author found a difference in the meaning of each lafaz that shows the meaning of death in the Qur'an even though it is actually meant by the meaning of death is one that is the loss of spirit from the body. In interpreting death in the context of the Qur'an the scholars of classical and contemporary interpretations do not disagree about life it happened twice and the death occurred twice. Semua makluk yang hidup di dunia ini pasti akan berakhir dengan kematian, tidak ada seorangpun yang mampu menjadi manusia yang abadi di muka bumi ini, namun realitasnya banyak orang-orang yang menganggap bahwa kematian merupakan suatu hal yang mengerikan, sehingga ketika seseorang sedang mengalami sakit, tak sedikit orang berusaha sekuat tenaga dan biaya agar sakit yang dideritanya lekas sembuh dan agar terhindar dari kematian. Melalui ayat-ayat tentang kematian, Allah juga memberikan peringatan bagi manusia yang ada di muka bumi ini, bahwa hanya kepada-Nyalah kita akan kembali dan tidak ada satu makhlukpun akan abadi, karena keabadian hanyalah milik-Nya. Penelitian ini berbasis penelitian kepustakaan (Library Research). Sumber rujukan utama penelitian ini adalah Mushaf al-Quran al-Karim yang membicarakan masalah kematian,  dan rujukan lainnya seperti tafsir Mawḍū’i. Dari hasil penelitian ini penulis menemukan perbedaan makna dari setiap lafaz yang menunjukkan makna mati dalam al-Quran walaupun sebenarnya yang dimaksud dari makna mati itu satu yaitu hilangnya ruh dari jasad. Dalam memaknai kematian dalam konteks al-Quran para ulama tafsir klasik dan kontemporer tidak saling berbeda pendapat mengenai kehidupan itu terjadi dua kali dan kematian itu terjadi dua kali
Seni Baca Al-Qur’an secara Halaqah di Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPQ) Nurul Mubtadi Gampong Simpang Peut Nagan Raya Muslim Djuned; Syukran Abubakar; Nya`k Merryana
TAFSE: Journal of Qur'anic Studies Vol 7, No 2 (2022)
Publisher : Program Studi Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir Fakultas Ushuluddin dan Filsafat, UIN Ar-Raniry

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22373/tafse.v7i2.12873

Abstract

TPQ Nurul Mubtadi is one of the recitation places in Simpang Peut Village that teaches the art of reading the Al-Qur'an with a different method from other recitation places, where the recitation is carried out in halaqah form. This paper aims to discuss the level of success in the art of reading the Quran with halaqah and the methods applied to TPQ Nurul Mubtadi in reading the Quran. This was a qualitative study with data collection techniques including observation, interviews, and documentation. This study showed that the halaqah reading of the Koran in the art of reading the Koran for TPQ Nurul Mubtadi students had a very good effect because the students were required to master the science of recitation and the basic rhythms such as bayyati syuri, bayyati husaini, hijaz, nahwand dan rast . Classes are held on Wednesday and Thursday nights. The method applied in the Art of Reading the Qur'an is the talaqqi or musyafahah method.Abstrak: Taman Pendidikan al-Qur’an (TPQ) Nurul Mubtadi merupakan salah satu tempat pengajian di Gampong Simpang Peut yang mengajarkan seni baca Al-Qur’an dengan metode yang berbeda dari tempat pengajian lain, di mana pengajian seni baca AL-Qur’an dilakukan dalam bentuk halaqah. Dari permasalahan tersebut, tulisan ini akan membahas sejauh mana tingkat kehasilan seni baca Al-Qur’an secara halaqah serta metode yang diterapkan pada TPQ Nurul Mubtadi dalam pembacaan Al-Qur’an. Kajian ini merupakan kajian lapangan yang bersifat kualitatif. Data dikumpulkan melalui observasi, wawancara dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembacaan Al-Qur’an secara halaqah menggunakan seni baca Al-Qur’an pada santri TPQ Nurul Mubtadi sangat baik, peserta diwajibkan menguasai ilmu tajwid serta menguasai irama dasar seperti bayyati syuri, bayyati husaini, hijaz, nahwand dan rast. Pembelajaran dilaksanakan pada malam rabu dan kamis. Adapun metode yang diterapkan dalam Seni Baca Al-Qur’an adalah metode talaqqi atau musyafahah.