Bitta Pigawati
Program Magister Perencanaan Wilayah dan Kota, UNDIP, Semarang

Published : 23 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 23 Documents
Search

IDENTIFIKASI KAWASAN PENDUKUNG PERKEMBANGAN KOTA KALINYAMATAN KABUPATEN JEPARA Pigawati, Bitta; Permana, Saldy Ekasila
Jurnal Teknik Sipil dan Perencanaan Vol 9, No 2 (2007): Jurnal Teknik Sipil & Perencanaan
Publisher : Semarang State University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

The increasing function of Kalinyamatan from a sub ordinate district to a definite district growth significantly whereas land supply in the area are limited. Therefore, it is necessarily to be identified which area are available to support the definite function of the   district (Kalinyamatan). The main objective of the reseach is to identify which area are suitable to support the district function based on physical factors determinant. Quantitative method is used, there are factor analysis and AHP. Based on Dirjen OTDA criteria, it   can be identified 3 alternatives area to support Kalinyamatan function, Bamyuputih Village (I), Pendosowalan Village (II) and Manyar Gading Village. Differently, by using AHP it is identified that Manyar Gading Village is the most suitable area instead of 3   villages as Dirjen OTDA has proposed.Keywords: identification, support area, district growthPeningkatan fungsi dan peran Kalinyamatan dari Kecamatan Pembantu menjadi Kecamatan Kota secara definitif berkembang dengan cepat. sementara ketersediaan lahan kota sangat terbatas maka perlu diketahui kawasan mana yang nantinya akan mampu  mendukung perkembangan kota tsb. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi kawasan yang diperkirakan mampu mendukung perkembangan fungsi kota berdasarkan faktor penentu perkembangannya secara fisik. Metode yang digunakan adalah metode kuantitatif dengan analisis faktor dan AHP. Berdasarkan kajian kriteria wilayah pengembangan (dirjen Otonomi Daerah) dapat diidentifikasi adanya tiga alternatif kawasan yang mampu mendukung perkembangan fungsi Kota Kalinyamatan yaitu Desa Banyuputih (I) Desa  Pendosowalan (II) dan Desa Manyar Gading (III) setelah dilakukan analisis lebih lanjut dengan metode AHP dapat diketahui kawasan yang mampu mendukung perkembangan fisik Kota Kalinyamatan adalah Desa Manyar Gading.Kata Kunci: identifikasi, kawasan pendukung, perkembangan kecamatan
FENOMENA RETAIL DI KAWASAN PENDIDIKAN TEMBALANG Pigawati, Bitta
Jurnal Teknik Sipil dan Perencanaan Vol 13, No 2 (2011): Jurnal Teknik Sipil & Perencanaan
Publisher : Semarang State University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

The development of shopping centers have a high competition. Bussiness competition development of retail shopping centers are fast nearby locations, and it will lead to pressure the market, also it have a weakening effect on the carrying capacity of the region. What if the competition is at the same location and target the same market? This study has aims to assess the sitting Alfamart and Indomaret stores in the District Tembalang and Banyumanik, based on the teory of location through geographic analysis approach that emphasizes aspects of deployment and interaction in space include: characteristic, distribution patterns. And distribution area as determining the location of retail. Analysis include: the characteristics of retail, distribution patterns of retail, and distribution services territory as well as determining the location of retail. The result showed the existence of overlapping service areas. Location retail closer to the market rather than raw materials. The nearby retail location doesn’t cause a problem because the number of demand more than the number of supply.Perkembangan pusat belanja khususnya retail cenderung mengalami kompetisi yang sangat pesat. Persaingan bisnis merupakan kondisi umum dan normal dalam sistem perekonomian. Fenomena perkembangan pusat belanja retail yang cepat pada lokasi yang berdekatan akan menimbulkan tekanan pasar serta berpengaruh pada melemahnya daya dukung wilayah. Bagaimana jika persaingan tersebut berada pada lokasi yang sama dan target pasar yang sama pula? Fenomena ini terlihat pada keberadaan lokasi toko Indomaret dan Alfamart di kawasan pendidikan Tembalang. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji penentuan lokasi toko Indomaret dan Alfamart di Kecamatan Tembalan dan Banyumanik yang ditinjau berdasarkan teori lokasi melalui pendekatan analisa geografi yang menekankan pada aspek penyebaran dan interaksi dalam ruang. Kajian penentuan lokasi retail di kawasan pendidikan Tembalang meliputi : karakteristik, pola sebaran retail, distribusi wilayah pelayanan serta  strategi penentuan lokasi retail.  Hasil penelitian menunjukkan adanya wilayah layanan yang tumpang tindih. Strategi pemilihan lokasi lebih mendekati pasar daripada bahan baku meskipun target pasar kedua toko ini sama namun pada kenyataannya menimbulkan masalah sebagai pesaing karena jumlah demand lebih banyak daripada jumlah supply.
EVALUASI PENYUSUNAN NORMA, STANDART DAN KRITERIA PEMANFAATAN RUANG KABUPATEN KUDUS TAHUN 2010 Fujiastuti, Syifa; Pigawati, Bitta
Jurnal Geografi Vol 8, No 2 (2011): July 2011
Publisher : Jurnal Geografi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Artikel ini menyajikan hasil penelitian aspek partisipasi masyarakat dalam usaha pengelolaan hutan mangrove,di Desa Kuala Karang, Kecamatan Teluk Pakedai, Kabupaten Kubu Raya, Propinsi kalimantan Barat. Tujuanpenelitian secara umum untuk mengkaji persepsi dan partisipasi masyarakat dalam pemanfaatan, pencegahankerusakan hutan mangrove, untuk mencari alternatif arahan pengelolaan hutan mangrove dari aspek sosial ekonomimasyarakat di sekitarnya. Pengumpulan data menggunakan metode survei, dengan melakukan wawancara terhadapsample responden sebanyak 90 kepala keluarga (KK), atau 25 persen dari seluruh jumlah populasi sebanyak 358KK. Penentuan sample responden menggunakan teknik acak sederhana. Namun karena data 6 responden tidakvalid maka analisis data primer hanya dilaksanakan dari 84 sampel responden. Dalam analisis data menggunakanteknik tabulasi frekuensi, tabulasi silang, dan uji kai kuadrat dilengkapi uji koefisien kontingensi, untuk mengetahuibeberapa pengaruh pengetahuan dan persepsi masyarakat, terhadap partisipasi mereka dalam pengelolaan hutanmangrove. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar penduduk (48,8%) memiliki pengetahuan kategorisedang tentang manfaat, kerusakan akibat pemanfaatan, dan perlunya pencegahan kerusakan hutan mangrove.Pentingnya manfaat hutan mangrove, kerusakan akibat pemanfaatan, dan perlunya pencegahan kerusakan; secaraumum belum dipersepsikan secara positip oleh penduduk setempat. Sebagian besar penduduk (53,6%) memilikipersepsi pada kategori rendah. Hal ini dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan tentang hutan mangrove (c = 12,71;signifikansi 0,013). Meskipun demikian partisipasi mereka dalam pemanfaatan dan pencegahan kerusakan hutanmangrove; sebagian besar termasuk kategori sedang. Tingkat partisipasi penduduk dalam pengelolaan hutan mangrove,sangat dipengaruhi oleh status sosial ekonomi (c = 7,77; signifikansi 0,014), pengetahuan tentang hutan mangrove(c = 17,94; signifikansi 0,019), dan tingkat persepsi terhadap hutan mangrove (c = 14,57; signifikansi 0,007).Artinya, bahwa perbedaan-perbedaan tingkat status sosial ekonomi, pengetahuan tentang hutan mangrove, danpersepsi terhadap hutan mangrove; diikuti oleh perbedaan-perbedaan tingkat partisipasi penduduk dalam usahapelestarian hutan mangrove. Kebijakan pemerintah daerah untuk pengelolalaan hutan mangrove, ditanggapi secaranegatip oleh masyarakat setempat. Hal itu disebabkan oleh belum adanya usaha pengelolaan hutan mangrove secarajelas dan tegas. Berdasar temuan tersebut maka aspek-aspek sosial ekonomi masyarakat setempat, perlu digunakansebagai salah satu dasar pengelolaan hutan mangrove. Pemerintah daerah seyogyanya segera menyusun rencanapengelolaan hutan mangrove secara terpadu, dan segera disosialisasikan kepada masyarakat di sekitar hutan mangrove.
EVALUASI PENYUSUNAN NORMA, STANDART DAN KRITERIA PEMANFAATAN RUANG KABUPATEN KUDUS TAHUN 2010 Fujiastuti, Asyifa; Pigawati, Bitta
Jurnal Geografi Vol 11, No 1 (2014): January 2014
Publisher : Jurnal Geografi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Norms, standard and criteria formulation for Land Utilization in Kudus Regencywas part of Land Use Activity. The standard formulation based on land suitabilitybetween land use planning that has been established with the existing land use.The criteria based on land carrying capacity that had been set in the RegionalPlanning (RTRW) by looking at trend of the most dominant land use development.The purpose of this evaluation was to see the suitability of Norms, Standards, andCriteria of Kudus Regency Land Use Planning based on evaluation indicatorsthat refer to process and outcome aspects of evaluation which refers to UUPRNo. 26 of 2007 and the Minister of Public Works Regulation No.16 / PRT / 2009.The results obtained from the evaluation: based on process, drafting of norms,standards and criteria for Kudus Regency Land Use Planning in 2010 has notbeen fully followed the formulation method that should be used as a reference,while based on results, drafting of norms, standards and criteria for KudusRegency Land Use Planning in 2010 has achieved its goal.
The Implementation Of Discovery Learning Model To Enhance Student’s Actualization in Knowledge Discovery Pigawati, Bitta; Basuki, Yudi
Indonesian Journal of Curriculum and Educational Technology Studies Vol 4 No 2 (2016): November 2016
Publisher : Curriculum and Educational Technology Department

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/ijcets.v4i2.14348

Abstract

Paradigma pendidikan universal memperlakukan peserta didik sebagai subjek merupakan penghargaan terhadap peserta didik sebagai manusia yang utuh. Peserta didik memiliki hak untuk mengaktualisasikan dirinya secara optimal dalam aspek kecerdasan intelektual, spiritual, sosial, dan kinestetik. Diperlukan penentuan  model pembelajaran yang sesuai  dalam mengimplementasikan metode pembelajaran student centered learning  bagi peserta didik.  Penelitian ini bertujuan mengevaluasi penerapan model discovery learning. Subyek penelitian adalah mahasiswa peserta kuliah geologi lingkungan Departemen Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik Undip. Hasil penelitian menunjukkan model discovery learning lebih optimal dilakukan pada topik perkuliahan yang sifatnya kompleks dan memerlukan pemahaman yang mendalam.   The general paradigm of education to treat learners as subjects has been regarded as a respect for the learners as a whole human being.Learners have the right to perform optimal self-actualization in the aspects or intellectual, spiritual, social, and kinesthetic quotient. Based on that, a learning model which can be used to implement student centered learning method for learners should be established. The research was aimed to evaluate the implementation of discovery learning model. The subjects were the students enrolled in environmental geology class, Urban and Regional Planning Department, Faculty of Engineering, Diponegoro University. The result shows that discovery learning model is more optimal to be applied in complex lecturing topic which needs deeper understanding.
Penggunaan Citra Satelit untuk Kajian Perkembangan Kawasan Permukiman di Kota Semarang Pigawati, Bitta; Rudiarto, Iwan
Forum Geografi Vol 25, No 2 (2011): December 2011
Publisher : Universitas Muhammadiyah Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23917/forgeo.v25i2.5041

Abstract

This study aims to examine the development of settlement area in Semarang City using remote sensing imagery. This study used the spatial approach using quantitative descriptive analysis. Interpretation of satellite imagery is an initial activity of the stages of analysis. This activity aims to identify settlement area in the city, the analysis of developments in the residential area of Semarang will be done on the next step. The results showed that the settlement area in Semarang City was increased 9.78% from 1994 to 2005. Distribution of land settlement of the least extent in the sub district Gayamsari and Tugu. The largest residential area located in the sub-district Banyumanik, Tembalang and West Semarang. The regular, distribution is mostly located in Ngesrep Village, sub-district Banyumanik. On the other hand, the irregular distribution is located in Pudak Payung Village, sub-district Banyumanik and in the Rowosari Village, sub-district Tembalang. The composition of regular and irregular pattern were unchanged from 2006 to 2011. The evaluation result of the suitability of land use for settlement on the spatial plan (RTRW) all over the area indicated that more than 80% settlement areas were suitable with the plan.
EVALUASI PENYUSUNAN NORMA, STANDART DAN KRITERIA PEMANFAATAN RUANG KABUPATEN KUDUS TAHUN 2010 Fujiastuti, Asyifa; Pigawati, Bitta
Jurnal Geografi : Media Informasi Pengembangan dan Profesi Kegeografian Vol 11, No 1 (2014): January 2014
Publisher : Universitas Negeri Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/jg.v11i1.8037

Abstract

Norms, standard and criteria formulation for Land Utilization in Kudus Regencywas part of Land Use Activity. The standard formulation based on land suitabilitybetween land use planning that has been established with the existing land use.The criteria based on land carrying capacity that had been set in the RegionalPlanning (RTRW) by looking at trend of the most dominant land use development.The purpose of this evaluation was to see the suitability of Norms, Standards, andCriteria of Kudus Regency Land Use Planning based on evaluation indicatorsthat refer to process and outcome aspects of evaluation which refers to UUPRNo. 26 of 2007 and the Minister of Public Works Regulation No.16 / PRT / 2009.The results obtained from the evaluation: based on process, drafting of norms,standards and criteria for Kudus Regency Land Use Planning in 2010 has notbeen fully followed the formulation method that should be used as a reference,while based on results, drafting of norms, standards and criteria for KudusRegency Land Use Planning in 2010 has achieved its goal.
EVALUASI PENYUSUNAN NORMA, STANDART DAN KRITERIA PEMANFAATAN RUANG KABUPATEN KUDUS TAHUN 2010 Fujiastuti, Syifa; Pigawati, Bitta
Jurnal Geografi : Media Informasi Pengembangan dan Profesi Kegeografian Vol 8, No 2 (2011): July 2011
Publisher : Universitas Negeri Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/jg.v8i2.1660

Abstract

Artikel ini menyajikan hasil penelitian aspek partisipasi masyarakat dalam usaha pengelolaan hutan mangrove,di Desa Kuala Karang, Kecamatan Teluk Pakedai, Kabupaten Kubu Raya, Propinsi kalimantan Barat. Tujuanpenelitian secara umum untuk mengkaji persepsi dan partisipasi masyarakat dalam pemanfaatan, pencegahankerusakan hutan mangrove, untuk mencari alternatif arahan pengelolaan hutan mangrove dari aspek sosial ekonomimasyarakat di sekitarnya. Pengumpulan data menggunakan metode survei, dengan melakukan wawancara terhadapsample responden sebanyak 90 kepala keluarga (KK), atau 25 persen dari seluruh jumlah populasi sebanyak 358KK. Penentuan sample responden menggunakan teknik acak sederhana. Namun karena data 6 responden tidakvalid maka analisis data primer hanya dilaksanakan dari 84 sampel responden. Dalam analisis data menggunakanteknik tabulasi frekuensi, tabulasi silang, dan uji kai kuadrat dilengkapi uji koefisien kontingensi, untuk mengetahuibeberapa pengaruh pengetahuan dan persepsi masyarakat, terhadap partisipasi mereka dalam pengelolaan hutanmangrove. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar penduduk (48,8%) memiliki pengetahuan kategorisedang tentang manfaat, kerusakan akibat pemanfaatan, dan perlunya pencegahan kerusakan hutan mangrove.Pentingnya manfaat hutan mangrove, kerusakan akibat pemanfaatan, dan perlunya pencegahan kerusakan; secaraumum belum dipersepsikan secara positip oleh penduduk setempat. Sebagian besar penduduk (53,6%) memilikipersepsi pada kategori rendah. Hal ini dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan tentang hutan mangrove (c = 12,71;signifikansi 0,013). Meskipun demikian partisipasi mereka dalam pemanfaatan dan pencegahan kerusakan hutanmangrove; sebagian besar termasuk kategori sedang. Tingkat partisipasi penduduk dalam pengelolaan hutan mangrove,sangat dipengaruhi oleh status sosial ekonomi (c = 7,77; signifikansi 0,014), pengetahuan tentang hutan mangrove(c = 17,94; signifikansi 0,019), dan tingkat persepsi terhadap hutan mangrove (c = 14,57; signifikansi 0,007).Artinya, bahwa perbedaan-perbedaan tingkat status sosial ekonomi, pengetahuan tentang hutan mangrove, danpersepsi terhadap hutan mangrove; diikuti oleh perbedaan-perbedaan tingkat partisipasi penduduk dalam usahapelestarian hutan mangrove. Kebijakan pemerintah daerah untuk pengelolalaan hutan mangrove, ditanggapi secaranegatip oleh masyarakat setempat. Hal itu disebabkan oleh belum adanya usaha pengelolaan hutan mangrove secarajelas dan tegas. Berdasar temuan tersebut maka aspek-aspek sosial ekonomi masyarakat setempat, perlu digunakansebagai salah satu dasar pengelolaan hutan mangrove. Pemerintah daerah seyogyanya segera menyusun rencanapengelolaan hutan mangrove secara terpadu, dan segera disosialisasikan kepada masyarakat di sekitar hutan mangrove.
Urban Sprawl Typology in Semarang City Aprillia, Yutri; Pigawati, Bitta
Forum Geografi Vol 32, No 2 (2018): December 2018
Publisher : Universitas Muhammadiyah Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23917/forgeo.v32i2.6369

Abstract

The population and economic growth increase the need of space leading to an increase in built-up area. There is an increased activity in the city centre which results in the residents feeling less comfortable to live in the area. Hence, the growth of the settlement area tends to head towards the periphery. This condition is an indication of the developments of the built-up area in the periphery. Urban sprawl is a phenomenon of development of an irregular built-up area which leads to the suburbs. Urban development as a result of urban sprawl will trigger an increase in the demand for supporting facilities and infrastructure. An urban Sprawl in Semarang City has resulted in the establishment of residential areas in a conserved region, which is against zoning regulations in the Semarang City Spatial Planning Document (RTRW). Urban Sprawl Typology Research in Semarang City aims to analyse the urban sprawl typology in the city. By knowing the typology, it can minimise the impact of urban sprawl. This research was conducted using the remote sensing method and geographic information system (GIS) with the Shannon's Entropy approach. The results indicated that in 2006 and 2016, urban sprawl in Semarang City had three types of typology that can be classified as typology I (low level), typology II (medium level) and typology III (high level). The impact of urban sprawl on typology II and III can be minimised through the provision of affordable housing with adequate infrastructure, and an improvement in the permit system for housing and settlement development.
IDENTIFIKASI KAWASAN PENDUKUNG PERKEMBANGAN KOTA KALINYAMATAN KABUPATEN JEPARA Pigawati, Bitta; Permana, Saldy Ekasila
Jurnal Teknik Sipil dan Perencanaan Vol 9, No 2 (2007): Jurnal Teknik Sipil & Perencanaan
Publisher : Semarang State University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/jtsp.v9i2.1614

Abstract

The increasing function of Kalinyamatan from a sub ordinate district to a definite district growth significantly whereas land supply in the area are limited. Therefore, it is necessarily to be identified which area are available to support the definite function of the   district (Kalinyamatan). The main objective of the reseach is to identify which area are suitable to support the district function based on physical factors determinant. Quantitative method is used, there are factor analysis and AHP. Based on Dirjen OTDA criteria, it   can be identified 3 alternatives area to support Kalinyamatan function, Bamyuputih Village (I), Pendosowalan Village (II) and Manyar Gading Village. Differently, by using AHP it is identified that Manyar Gading Village is the most suitable area instead of 3   villages as Dirjen OTDA has proposed.Keywords: identification, support area, district growthPeningkatan fungsi dan peran Kalinyamatan dari Kecamatan Pembantu menjadi Kecamatan Kota secara definitif berkembang dengan cepat. sementara ketersediaan lahan kota sangat terbatas maka perlu diketahui kawasan mana yang nantinya akan mampu  mendukung perkembangan kota tsb. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi kawasan yang diperkirakan mampu mendukung perkembangan fungsi kota berdasarkan faktor penentu perkembangannya secara fisik. Metode yang digunakan adalah metode kuantitatif dengan analisis faktor dan AHP. Berdasarkan kajian kriteria wilayah pengembangan (dirjen Otonomi Daerah) dapat diidentifikasi adanya tiga alternatif kawasan yang mampu mendukung perkembangan fungsi Kota Kalinyamatan yaitu Desa Banyuputih (I) Desa  Pendosowalan (II) dan Desa Manyar Gading (III) setelah dilakukan analisis lebih lanjut dengan metode AHP dapat diketahui kawasan yang mampu mendukung perkembangan fisik Kota Kalinyamatan adalah Desa Manyar Gading.Kata Kunci: identifikasi, kawasan pendukung, perkembangan kecamatan