Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

PEMANFAATAN BAKTERI ASAM LAKTAT YANG DIISOLASI DARI SALURAN PENCERNAAN IKAN KERAPU TIKUS (Cromileptus altivelis) SEBAGAI BIOKONTROL BAKTERI Vibrio alginolyticus WaOde Safia
AquaMarine (Jurnal FPIK UNIDAYAN ) Vol. 2 No. 1 (2014): AquaMarine (Jurnal FPIK UNIDAYAN)
Publisher : FPIK UNIDAYAN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55340/aqmj.v2i1.244

Abstract

Dalam upaya memberantas penyakit mulai dipertimbangkan pembatasan penggunaan antibiotik untuk pengendalian penyakit. Hal ini disebabkan penggunaan antibiotik dapat meninggalkan residu pada tubuh ikan dan menimbulkan resistensi pada bakteri patogen jika digunakan dalam waktu yang lama. Oleh karena itu, alternatif lain yang perlu dilakukan untuk mengendalikan penyakit tanpa penggunaan antibiotik salah satunya adalah pemanfaatan bakteri asam laktat. Zat antimikroba yang dihasilkan oleh bakteri asam laktat dapat meningkatkan sistem kekebalan tubuh dan menekan pertumbuhan bakteri pathogen.  Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi bakteri asam laktat pada ikan kerapu tikus (Cromileptes altivelis) sebagai hewan uji dan menganalisis pengaruh bakteri asam laktat sebagai pengendali hayati Vibrio alginolyticus. Penelitian dilakukan dalam tiga fase, yaitu fase I bakteri laktat yang diisolasi dari alat pencernaan tikus (Cromileptes altivelis), uji coba fase II bakteri in-vitro bakteri asam laktat Vibrio alginolyticus dan uji klinis fase III bakteri. patogenisitas tes pencampuran bakteri asam laktat dalam makanan.  Hasil penelitian menunjukkan terdapat 14 isolat pada ikan kerapu gastrointestinal (Cromileptes altivelis). Isolat bakteri asam laktat berdasarkan uji in vitro terdapat tiga genera yang memberikan zona penghambat terbesar yaitu Lactobacillus sp (1,49 mm), Streptococcus sp (1:29 mm) dan Lactococcus sp (1,15 mm). Uji in-vivo yang memberikan tingkat hidup tertentu Lactobacillus sp (76,66%), Lactococcus sp (63,33%), Streptococcus sp (46,66%) dan kontrol (40%). Bakteri asam laktat Lactobacillus dan Lactococcus sp dapat meningkatkan nilai dan aktivitas lisozim.
STUDI PEMBERIAN PAKAN PADA KEDALAMAN YANG BERBEDA TERHADAP PERUBAHAN MORFOLOGI MULUT IKAN KERAPU BEBEK (Cromileptes altivelis) WaOde Safia
AquaMarine (Jurnal FPIK UNIDAYAN ) Vol. 4 No. 1 (2016): AquaMarine (Jurnal FPIK UNIDAYAN)
Publisher : FPIK UNIDAYAN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Ikan kerapu bebek (Cromileptes altivelis) merupakan salah satu jenis ikan laut yang mempunyai nilai ekonomis tinggi. Mengingat ikan kerapu bebek (C. altivelis) merupakan komoditas ekspor, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh pembudidaya salah satunya adalah posisi kedalaman pemberian pakan yang benar dan tepat. Pengalaman pembudidaya ikan kerapu akibat pemberian pakan yang tidak tepat posisinya antara ikan dan pakan menyebabkan perubahan morfologi mulut ikan. Para eksportir ikan kerapu perubahan morfologi mulut ini dianggap ikan cacat, karena dianggap ikan yang cacat menyebabkan nilai jual ikan menjadi rendah. Hal inilah yang mendorong peneliti untuk melakukan kajian tentang posisi kedalaman antara pakan dengan ikan kerapu bebek (C. altivelis). Penelitian ini dilaksanakan selama dua bulan bertempat di Stasiun Budidaya Laut Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Dayanu Ikhsanuddin. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap dengan empat perlakuan yaitu: A (kedalaman 1 m); B (kedalaman 2 m); C (kedalaman 3m/dasar jaring) dan D (kontrol/permukaan perairan) dan tiap perlakuan diulang tiga kali. Data dianalisis menggunakan Analysis of Variance (ANOVA), dilanjutkan dengan uji Beda Nyata Terkecil (BNT). Hasil penelitian menunjukkan pemberian pakan dengan kedalaman berbeda memberikan pengaruh yang nyata terhadap perubahan morfologi mulut sebesar 34% pada perlakuan D (kontrol/permukaan) dan 27% pada perlakuan A (kedalaman 1 m). Demikian pula terhadap pertumbuhan mutlak dan spesifik berpengaruh nyata. Pertumbuhan mutlak dan spesifik yang tertinggi terjadi pada perlakuan B sebesar 226,33 g dan 3,39%/hari. Data kualitas air masih layak untuk pertumbuhan ikan kerapu bebek (C. altivelis).
Pengaruh Kedalaman Penanaman Rumput Laut Eucheuma Cottonii dengan Metode Rakit Gantung (RATU) Terhadap Prevalensi Serangan Penyakit Ice-Ice WaOde Safia
AquaMarine (Jurnal FPIK UNIDAYAN ) Vol. 8 No. 1 (2021): AquaMarine (Jurnal FPIK UNIDAYAN)
Publisher : FPIK UNIDAYAN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55340/aqmj.v8i1.414

Abstract

Rumput laut merupakan salah satu komoditi ekspor yang bernilai ekonomi tinggi. Salah satu jenis rumput laut yang bernilai ekonomis penting dan sudah sejak dulu diperdagangkan adalah Eucheuma sp. yang paling banyak dibudidayakan adalah jenis Eucheuma cotonii. Salah satu masalah utama yang menyebabkan rendahnya volume produksi budidaya rumput laut Eucheuma cotonii adalah infeksi penyakit ice-ice. Tujuan dari penelitian yaitu untuk mengetahui prevalensi serangan penyakit ice-ice rumput laut (Eucheuma cottonii) dengan menggunakan metode rakit gantung pada kedalaman yang berbeda. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu rumput laut jenis Eucheuma cotonii yang diperoleh dari petani rumput laut Desa Doda Bahari, Kecamatan Sangia Wambulu, Kabupaten Buton Tengah. Metode budidaya yang digunakan adalah metode rakit gantung (Ratu) yang terbuat dari pipa paralon yang dirangkaikan membentuk persegi panjang dengan ukuran 4 m x 2 m. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK), 3 perlakuan kedalaman (A : 0,5 m, B : 1 m, dan C : 2 m), dan 3 kelompok (kelompok I = Lokasi yang dimulai dari batas pantai (surut terendah), kelompok II = 100 meter dari kelompok I, kelompok III = 100 meter dari kelompok II. Untuk mengetahui pengaruh kedalaman dengan metode rakit gantung terhadap prevalensi penyakit ice-ice pada rumput laut Eucheuma cotonii menggunakan Analisis Of Varian (ANOVA) dan jika hasil analisis berpengaruh nyata dilanjutkan dengan Uji Beda Nyata Terkecil (BNT). Hasil penelitian menunjukkan bahwa prevalensi penyakit ice-ice terendah terjadi pada perlakuan A (kedalaman 0,5 m) dan prevalensi tertinggi terdapat pada perlakuan C (kedalaman 2 m). Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa penempatan rakit gantung pada kedalaman yang berbeda berpengaruh nyata terhadap prevalensi penyakit ice-ice rumput laut (Eucheuma cotonii). Parameter kualitas air berupa suhu, pH, salinitas, kedalaman, kecerahan, kecepatan arus dan nitrat masih layak untuk pertumbuhan rumput laut, kecuali fosfat tidak layak untuk pertumbuhan rumput laut.
PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN KARAGINAN RUMPUT LAUT (Euchema cottonii) DENGAN MENGGUNAKAN PENGEMBANGAN METODE RAKIT GANTUNG PADA KEDALAMAN BERBEDA Waode safia; B Budiyanti; M Musrif
Prosiding Seminar Nasional Sinergitas Multidisiplin Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Vol 2 (2019): Prosiding Seminar Nasional Kedua Sinergitas Multidisiplin Ilmu Pengetahuan dan Teknolo
Publisher : Yayasan Pendidikan dan Research Indonesia (YAPRI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (676.836 KB)

Abstract

Tujuan penelitian untuk mengetahui kedalaman yang optimal penempatan rakit gantung dalam perairan laut untuk menghasilkan pertumbuhan yang baik dan kandungan karaginan yang tinggi. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode RAK (Rancangan Acak Kelompok) dengan penempatan rakit pada jarak berbeda (kelompok I surut terendah dari garis pantai, kelompok II 100 m dari surut terendah, dan kelompok III 100 m dari kelompok II) dan rakit digantung pada kedalaman yang berbeda (0,5 m, 1 m, dan 2 m) yang dilaksanakan pada bulan Juni sampai Agustus 2018 bertempat di perairan Desa Doda Bahari Kecamatan Sangia Wambulu Kabupaten Buton Tengah. Hasil penelitian menunjukkan laju perumbuhan spesifik tertinggi terdapat pada kedalaman 0,5 m yaitu 3,15 % dan terendah pada kedalaman 2 m yaitu 2,84 %. Sedangkan kandungan karaginan yang tertinggi terdapat pada kedalaman 2 m yaitu 37,67 % dan yang terendah pada kedalaman 0,5 m yaitu 33,75 %.
Pengaruh Dosis Ekstrak Daun Mengkudu (Morinda citrifolia) Terhadap Serangan Ektoparasit Pada Ikan Nila (Oreochromis niloticus) WaOde Safia; Budiyanti; Razak
AquaMarine (Jurnal FPIK UNIDAYAN ) Vol. 9 No. 2 (2022): AquaMarine (Jurnal FPIK UNIDAYAN)
Publisher : FPIK UNIDAYAN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55340/aqmj.v11i2.1072

Abstract

This study aims to determine the effect of noni leaf extract doses on inhibiting ectoparasitic attacks on tilapia (Oreochromis niloticus). Parasite identification is carried out at the Fish Quarantine Station for Quality Control and Safety of Fishery Products in Baubau. The test fish used were tilapia seeds infected with ectoparasites with a size of 7-10 cm at a density of 12 fish/container. The study used a completely randomized design (CRD) with 4 treatments and 3 replications, namely soaking noni leaf extract for 30 minutes. Data analysis using Analysis of Variance (ANOVA). The results showed that the administration of noni leaf extract had a significant effect on the intensity (ind/head) and % ectoparasites prevalence but the survival rate (SR) of tilapia (Oreochromis niloticus). From the research results found 7 types of ectoparasites namely Chilodonella sp, Oodinium sp. Gyrodactylus sp, Vorticella sp, Epistilis sp, Argulus sp, and Tricodina sp. Treatment B 20% immersion and C 30% immersion gave the best intensity and prevalence values with intensity values of 1.7 ind/head and 1.8 ind/head. As well as prevalence values of 88.87% and 44.40%.
Pengaruh Perbedaan Dosis Ekstrak Kunyit Merah (Curcuma domestica) Terhadap Perubahan Morfologi Ikan Nila (Oreochromis niloticus) yang Diinfeksi Bakteri Aeromonas hydrophila WaOde Safia; Budiyanti; Riki Purnomo; Nurmita
AquaMarine (Jurnal FPIK UNIDAYAN ) Vol. 10 No. 1 (2023): AquaMarine (Jurnal FPIK UNIDAYAN)
Publisher : FPIK UNIDAYAN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55340/aqmj.v10i1.1093

Abstract

The purpose of this study was to determine the ability of red turmeric extract doses to change the morphology of tilapia (Oreochromis niloticus) infected with Aeromonas hydrophila bacteria. This study used a completely randomized design (CRD) with 4 treatments and 3 replications. Treatment A concentration of 0 ml of turmeric extract, treatment B concentration of 10 ml of turmeric extract, treatment C concentration of 15 ml of turmeric extract, and treatment D concentration of 20 ml of turmeric extract. From the results of observations for changes in fish morphology, changes in behavior, survival rates, water quality, and physical characteristics of the Aeromonas hydrophila bacteria, the data were analyzed descriptively in the form of tables and figures. The results showed that the ability of red turmeric extract was able to heal and inhibit Aeromonas hydrophila bacteria. This can be seen from the healing rate and changes in the morphology of tilapia (Oreochromis niloticus), where the wound is getting smaller even a few days after the injection the scar on the fish is not visible or closed. The highest survival rate for tilapia was in treatment B with a concentration of 10 ml of turmeric extract of 73.3%. Water quality parameters can still be tolerated by tilapia.