Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

Desa Mangunan Sebagai Wisata Desa Unggulan Yang Kompetitif Dan Berbudaya Tanto Lailam; Awang Daru Murti; Ani Yunita
Prosiding Seminar Nasional Program Pengabdian Masyarakat 2019: 3. Pengembangan Usaha Mikro, kecildan Menengah (UMKM), Serta Ekonomi Kreatif
Publisher : Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (387.634 KB) | DOI: 10.18196/ppm.23.394

Abstract

Program Pengembangan Desa Mitra (PPDM) ini memfokuskan pada program Desa Mangunan SebagaiWisata Desa Unggulan Yang Kompetitif Dan Berbudaya. Tujuan program ini adalah menjadikan mitrasebagai model pusat pertumbuhan ekonomi kerakyatan dan kesejahteraan masyarakat berkelanjutanmelalui potensi desa wisata yang dipadukan dengan budaya (wisata alam, wisata kerajinan, religi danbudaya). Dalam arti pemberdayaan masyarakat (partisipasi aktif) sebagai inti gerakannya, pendekatanyang dilakukan dengan community based tourism dengan menempatkan mitra sebagai pelaku utamapada setiap tahapan perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi program. Pendekatan pemberdayaan(partisipasi aktif) dalam pengabdian ini berprinsip pada kemandirian masyarakat, metode ini bertujuanuntuk meningkatkan kapasitas masyarakat dan menguatkan perekonomian lokal. Pengembangan DesaWisata di Mangunan dilakukan dengan melakukan pemetaan potensi unggulan daya tarik wisatamelalui survei dan wawancara. Setelah dipetakan secara baik, tentu dilakukan penguatan berkaitandengan kelembagaan dan sumber daya manusia pengelola desa wisata melalui berbagai pelatihan yangdiselenggarakan, yaitu: pelatihan manajemen kelembagaan desa wisata dan community based tourism,pelatihan komunikasi pariwisata, komunikasi pemasaran dan “branding desa wisata”, pelatihanpelayanan prima desa wisata, pelatihan best practice dan studi banding pengelolaan desa wisata ke DesaWisata Nglanggeran dan Desa Wisata Bleberan. Selain itu, dilakukan pengembangan destinasi di Desawisata Desa Wisata Kaki Langit (pemberian alat untuk lukis api dan pemberian tandon air kapasitas1200 Liter, Desa Wisata Songgo Langit (pembuatan Spot Love di puncak persawahan bowongan,pembuatan taman bunga, pembuatan rumah watu pipisan, pemberian bantuan selang sepanjang 50Meter, Desa Wisata Tapak Tilas Sultan Agung (wisata agro berupa pemberian bibit kopi, penyediaanpapan informasi daya tarik wisata yang ditempatkan pada daya tarik wisata wayu goyang. Selain itu,fasilitasi legalisasi Sanggar Lestari Budaya dan Sanggar Ngesti Budoyo dibuatlah akta notarisPerkumpulan Sanggar Lestari Budaya dan Perkumpulan Sanggar Lestari Budaya agar dalamberaktivitas memiliki keabsahan dan dilindungi oleh Peraturan Perundang-undangan yang berlaku
Pemberdayaan Perempuan melalui Pengembangan Usaha Minuman Tradisional Wedang Uwuh di Desa Muntuk, Dlingo, Bantul, Yogyakarta Tanto Lailam; Awang Daru Murti
PengabdianMu: Jurnal Ilmiah Pengabdian kepada Masyarakat Vol 4 No 2 (2019): PengabdianMu: Jurnal Ilmiah Pengabdian kepada Masyarakat
Publisher : Institute for Research and Community Services Universitas Muhammadiyah Palangkaraya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (257.458 KB) | DOI: 10.33084/pengabdianmu.v4i2.802

Abstract

The focus of community service is the empowerment of women through the business development of wedang uwuh traditional beverage. Wedang uwuh is a traditional beverage that is famous among the people of the Special Region of Yogyakarta. Wedang uwuh is a hot or warm beverage that has a sweet and spicy taste with bright red and fragrant aroma. This community service is motivated by the problems: the wedang uwuh business does not yet have a permit for household industrial products (PIRT), the manager does not understand how to market and make branding of wedang uwuh, wedang uwuh does not have packaging that fits the market target tourism, and others. To overcome this problem, in this service a variety of wedang uwuh business development activities were carried out: (1) efforts to manage PIRT permits, product marketing, and branding communication training, marketing training via social media, wedang uwuh packing training, and facilitation of business development tools and appropriate packaging tourist target
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM PENGEMBANGAN JELAJAH SAWAH PERTANIAN BOWONGAN (JSPB) DESA WISATA SONGGO LANGIT, MANGUNAN Tanto Lailam; Awang Daru Murti; Ani Yunita
Prosiding University Research Colloquium Proceeding of The 8th University Research Colloquium 2018: Bidang Pendidikan, Humaniora dan Agama
Publisher : Konsorsium Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Perguruan Tinggi Muhammadiyah 'Aisyiyah (PTMA) Koordinator Wilayah Jawa Tengah - DIY

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1253.492 KB)

Abstract

Tujuan program pengembangan desa mitra: (1) memetakkan potensi wisata yang dimiliki DesaWisata Songgo Langit; (2) Memetakan strategi yang dilakukan untuk mewujudkan Desa Wisataberbasis alam, budaya dan pertanian; (3) Melakukan implementasi pengembangan desa wisata.Tujuan ini dilatarbelakangi adanya persoalan yang muncul dalam pengelolaan desa wisata adalahlemahnya pengembangan destinasi yang berkelanjutan, (struktur dan sumber daya manusia) yangkurang memiliki pemahaman yang baik dalam manajemen tata kelola desa wisata, manajemen dankomunikasi pemasaran yang tidak terencana dengan baik dan bersifat konvensional. Metodepelaksanaan dalam program pemberdayaan (partisipasi aktif) ini adalah metode survei danwawancara, pelatihan, pendampingan, focus group discussion, studi banding ke desa wisatapercontohan nasional.Hasil pemberdayaan masyarakat dalam pengembangan Jelajah Sawah Pertanian Bowongan(Jspb) Desa Wisata Songgo Langit, Mangunan, yaitu munculnya: pemetaan potensi-potensi unggulan,berupa: (1) Jelajah Wisata Persawahan Bowongan Songgo Langit, disertai wisata alam watu pipisan,wisata alam watu pipisan memiliki destinasi yang menarik, berupa watu pipisan dan gunung trasi; (2)Sanggar Ngesti Budoyo Songgo Langit yang didalamnya terdapat Kesenian Wayang Wong, Rasulan,Wiwitan, Sholawat Maulid Nabi, dan lainnya; (3) Wisata edukasi (pendidikan) berupa edukasipertanian tradisional, edukasi wayang wong, termasuk didalamnya outbound untuk mengenalkan alamkepada para wisatawan.Strategi pengembangan dengan: (1) Gotong Royong dan Musyawarah Pembangunan DesaWisata, (2) Pelatihan, meliputi: Pelatihan Pengelolaan Desa Wisata, Pengelolaan Desa Wisata yangBerkelanjutan, Komunikasi Pariwisata (model komunikasi pariwisata, komunikasi Pemasaran DesaWisata, Branding Desa Wisata, Pelatihan Pengelolaan Website dan Media Sosial untuk mendukungPromosi Desa Wisata), Pengelolaan Keuangan Desa Wisata dan Badan Usaha Milik Desa Wisata, danPelatihan Wayang Wong. Selain itu dilakukan FGD Pengembangan Desa Wisata untuk menemukansolusi terhadap persoalan-persoalan berkaitan dengan pengembangan desa wisata, baik manajemenpengelola, persoalan regulasi, sumber daya manusia, dan keuangan. Strategi lainnya adalah Studibanding dilakukan untuk memahami pengalaman terbaik (best practice) manajemen pengelolaan DesaWisata yang memiliki potensi dan keunggulan yang sama dengan Desa Wisata Songgo Langit. Studibanding dilakukan di Desa Wisata Nglanggeran dan Desa Wisata Sri Gethuk, Gunungkidul. Selainitu, untuk memperkuat potensi dibuatlan profil potensi desa wisata dan website desa wisata denganalam www.persawahanbowongan.com.
Non Government Organizations Contribution to Collaborative Governance Stages and Handling Collaborative Risk in Kulonprogo Regency Awang Daru Murti; Muhammad Baiquni; Gabriel Lele
ARISTO Vol 11, No 2 (2023): July
Publisher : Universitas Muhammadiyah Ponorogo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24269/ars.v11i2.6633

Abstract

This study aims to determine the contribution of Non-Government Organizations (NGOs) in the implementation of the tobacco control policy in Kulonprogo Regency based on the stages of collaboration, the risks of collaboration and the actions taken to overcome these risks. This study uses a qualitative method with a descriptive approach. Sources of data in this study used data from interviews, previous research and online mass media news data.Based on result study, NGO have contribution in every collaboration stages. This study measures collaboration based on the stages of collaboration including brainstorming, initial collaboration, maturation of thought, and implementation. NGO have contribution in every collaboration stages. The synergy between MTCC, The Union, and the Government of Kulonprogo also experienced several problems such as administrative problems, transparency, differences in vision and mission, recruitment of members that did not comply with the rules, and lack of coordination between institutions, especially the Regional Apparatus Organizations (OPD). The risks resulting from these problems include temporary suspension of collaboration activities, internal conflicts, incompetent members, difficulty in inter-agency coordination, and financial abuse. Overcoming this problem, the actors involved in the collaboration took several actions such as revising regulations and organizational structures, tightening the member recruitment process, improving communication and coordination, as well as collaborating in financial supply.
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM PENGEMBANGAN JELAJAH SAWAH PERTANIAN BOWONGAN (JSPB) DESA WISATA SONGGO LANGIT, MANGUNAN Tanto Lailam; Awang Daru Murti; Ani Yunita
Prosiding University Research Colloquium Proceeding of The 8th University Research Colloquium 2018: Bidang Pendidikan, Humaniora dan Agama
Publisher : Konsorsium Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Perguruan Tinggi Muhammadiyah 'Aisyiyah (PTMA) Koordinator Wilayah Jawa Tengah - DIY

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Tujuan program pengembangan desa mitra: (1) memetakkan potensi wisata yang dimiliki DesaWisata Songgo Langit; (2) Memetakan strategi yang dilakukan untuk mewujudkan Desa Wisataberbasis alam, budaya dan pertanian; (3) Melakukan implementasi pengembangan desa wisata.Tujuan ini dilatarbelakangi adanya persoalan yang muncul dalam pengelolaan desa wisata adalahlemahnya pengembangan destinasi yang berkelanjutan, (struktur dan sumber daya manusia) yangkurang memiliki pemahaman yang baik dalam manajemen tata kelola desa wisata, manajemen dankomunikasi pemasaran yang tidak terencana dengan baik dan bersifat konvensional. Metodepelaksanaan dalam program pemberdayaan (partisipasi aktif) ini adalah metode survei danwawancara, pelatihan, pendampingan, focus group discussion, studi banding ke desa wisatapercontohan nasional.Hasil pemberdayaan masyarakat dalam pengembangan Jelajah Sawah Pertanian Bowongan(Jspb) Desa Wisata Songgo Langit, Mangunan, yaitu munculnya: pemetaan potensi-potensi unggulan,berupa: (1) Jelajah Wisata Persawahan Bowongan Songgo Langit, disertai wisata alam watu pipisan,wisata alam watu pipisan memiliki destinasi yang menarik, berupa watu pipisan dan gunung trasi; (2)Sanggar Ngesti Budoyo Songgo Langit yang didalamnya terdapat Kesenian Wayang Wong, Rasulan,Wiwitan, Sholawat Maulid Nabi, dan lainnya; (3) Wisata edukasi (pendidikan) berupa edukasipertanian tradisional, edukasi wayang wong, termasuk didalamnya outbound untuk mengenalkan alamkepada para wisatawan.Strategi pengembangan dengan: (1) Gotong Royong dan Musyawarah Pembangunan DesaWisata, (2) Pelatihan, meliputi: Pelatihan Pengelolaan Desa Wisata, Pengelolaan Desa Wisata yangBerkelanjutan, Komunikasi Pariwisata (model komunikasi pariwisata, komunikasi Pemasaran DesaWisata, Branding Desa Wisata, Pelatihan Pengelolaan Website dan Media Sosial untuk mendukungPromosi Desa Wisata), Pengelolaan Keuangan Desa Wisata dan Badan Usaha Milik Desa Wisata, danPelatihan Wayang Wong. Selain itu dilakukan FGD Pengembangan Desa Wisata untuk menemukansolusi terhadap persoalan-persoalan berkaitan dengan pengembangan desa wisata, baik manajemenpengelola, persoalan regulasi, sumber daya manusia, dan keuangan. Strategi lainnya adalah Studibanding dilakukan untuk memahami pengalaman terbaik (best practice) manajemen pengelolaan DesaWisata yang memiliki potensi dan keunggulan yang sama dengan Desa Wisata Songgo Langit. Studibanding dilakukan di Desa Wisata Nglanggeran dan Desa Wisata Sri Gethuk, Gunungkidul. Selainitu, untuk memperkuat potensi dibuatlan profil potensi desa wisata dan website desa wisata denganalam www.persawahanbowongan.com.