Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

PENINGKATAN PENGETAHUAN SISWA SMA NEGERI 1 KENDARI TENTANG SWAMEDIKASI DENGAN METODE CBIA (CARA BELAJAR INSAN AKTIF) Musdalipah Musdalipah; Nur Saadah Daud; Yulianti Fauziah; Karmilah Karmilah; Muh. Ilyas Yusuf; Nirwati Rusli; Muh. Azdar Setiawan; Randa Wulaisfan; Moldefya Wahid Ado; Fina Audina
JMM - Jurnal Masyarakat Merdeka Vol 1, No 1 (2018): NOVEMBER
Publisher : Universitas Merdeka Pasuruan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (603.773 KB) | DOI: 10.51213/jmm.v1i1.3

Abstract

Swamedikasi adalah pengobatan dilakukan oleh masyarakat tanpa menggunakan resep dokter. Survey Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) menunjukkan lebih dari 66% masyarakat melakukan pengobatan sendiri (swamedikasi). Siswa (i) SMA merupakan kelompok masyarakat yang masih labil dan mempunyai pengetahuan yang terbatas dalam menggunakan obat. Metode Cara Belajar Insan Aktif (CBIA) adalah model edukasi pemberdayaan siswa agar lebih terampil memilih obat sehingga swamedikasi menjadi lebih efektif, aman, dan hemat biaya. Tujuan kegiatan ialah untuk mengetahui peningkatan pengetahuan siswa (i) SMA Neg.1 Kendari tentang swamedikasi dengan metode CBIA. Kegiatan dilakukan di SMA Negeri 1 Kendari pada bulan April 2017 dengan desain pra-experimental one-group pretest-posttest. Kegiatan menggunakan kuesioner dengan analisis data menggunakan uji T-test. Berdasarkan hasil analisis uji sample paired T-test 0,026<0,05) menunjukkan pengaruh yang bermakna pemberian metode CBIA terhadap peningkatan pengetahuan siswa (i) SMA Negeri 1 Kendari tentang swamedikasi.Kata Kunci : Swamedikasi, Pengetahuan, CBIA
AKTIVITAS EKSTRAK KULIT BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.) TERHADAP PERTUMBUHAN BAKTERI Streptococcus mutans PENYEBAB KARIES GIGI Musdalipah Musdalipah; Randa Wulaisfan
Jurnal Ilmiah Farmasi Farmasyifa Vol 1, No 2 (2018)
Publisher : Universitas Islam Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/jiff.v1i2.3769

Abstract

Onion (Allium ascalonicum L.) is one of the most commonly used spices other than as a cooking spice as well as traditional medicine. The use of red onions is restricted to the meat alone, while the skin contains many chemical compounds that can be used as antibacterials such as flavonoids, saponins, tannins, glycosides and steroids or triterpenoids regarded as waste. This study aims to determine the inhibition power of onion skin extract (Allium ascalonicum L.) on the growth of Streptococcus mutans bacteria. The type of research used was experimental research consisting of three treatments, two controls: positive control and negative control with three repetitions. This research is done by cylinder cup method. Onion skin extract was obtained from maceration using 96% ethanol solvent. The test sample in this study was made with concentrations of 10%, 20% and 30%. The results showed that onion skin extracts with concentrations of 10%, 20% and 30% had mean inhibitions of 1.33 mm, 2.12 mm and 2.51 mm. The result of ANOVA test showed that F count (205,098 > F table (3,478) so that BNT further test showed that there is real effect difference of onion skin extract on the growth of Streptococcus mutans bacteria. 
UJI DAYA HAMBAT EKSTRAK ETANOL BINTANG LAUT BERTANDUK (Protoreaster nodosus) TERHADAP PERTUMBUHAN BAKTERI Staphylococcus aureus yulianti fauziah; Randa Wulaisfan
Jurnal Analis Kesehatan Kendari Vol 3 No 2 (2021): Jurnal Analis Kesehatan Kendari (JAKK) : Vol. 3 (2) Juni 2021)
Publisher : Program Studi Diploma III Analis Kesehatan Kendari

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (194.492 KB) | DOI: 10.46356/jakk.v3i2.182

Abstract

ABSTRAK Bintang laut bertanduk merupakan salah satu biota laut yang digunakan sebagai obat tradisional. Salah satunya adalah pengobatan infeksi. Infeksi merupakan salah satu penyebab penyakit yang sering terjadi di daerah yang beriklim tropis khususnya Indonesia. Salah satu infeksi yang sering terjadi adalah infeksi pada kulit yang disebabkan oleh bakteri Staphylococcus aureus. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ekstrak etanol bintang laut bertanduk dapat menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian eksperimental yang terdiri atas lima perlakuan dan tiga kali pengulangan dengan menggunakan metode pengujian paper disk. Sampel uji yang diteliti adalah bintang laut bertanduk (Protoreaster nodosus) yang dilarutkan dalam DMSO 10% hingga didapatkan varian konsentrasi 5%, 10%, dan15% kemudian dilakukan uji daya hambat terhadap bakteri Staphylococcus aureus. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak bintang laut bertanduk menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus masing-masing konsentrasi 5%, 10% dan 15% yakni 5,99mm, 6,69mm dan7,64mm. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa ekstrak etanol bintang laut bertanduk (Protoreaster nodosus) dapat menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus secara signifikan. Kata kunci :Zonahambat, Bintang Laut Bertanduk, Staphylococcus aureus. ABSTRACT Horned starfish are one of the marine biota used as traditional medicine. One of them is the treatment of infections. Infection is one of the causes of diseases that often occur in the tropics, especially Indonesia. One infection that often occurs is an infection of the skin caused by Staphylococcus aureus. This study aims to determine whether the horned starfish ethanol extract can inhibit the growth of Staphylococcus aureus bacteria. This type of research used in this study is an experimental study consisting of five treatments and three repetitions using a diskette testing method. The test sample studied was a horned starfish (Protoreasternodosus) dissolved in DMSO 10% to 5%, 10%, and 15% of the variant of concentration was obtained then the inhibitory test was performed on Staphylococcus aureus bacteria. The results showed that the horned starfish extract inhibited the growth of Staphylococcus aureus, each concentrations of 5%, 10% and 15% respectively 5.99 mm, 6.69 mm and 7.64 mm. Based on these results it can be concluded that the ethanol extract of the horned starfish (Protoreasternodosus) can significantly inhibit the growth of Staphylococcus aureus bacteria. Keywords: Inhibited zone, Horn Star, Staphylococcus aureus.
FORMULASI SEDIAAN MASKER GEL PEEL OFF EKSTRAK DAUN WALAY (MEISTERA CHINENSIS) ASAL SULAWESI TENGGARA Eny Nurhikma; Randa Wulaisfan; Musdalipah Musdalipah; Yulianti Fauziah; Nirwati Rusli
JURNAL KEDOKTERAN DAN KESEHATAN Vol 10, No 2 (2023)
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32539/JKK.V10I2.19864

Abstract

Masker gel peel off merupakan salah satu jenis masker praktis yang bermanfaat untuk merawat kulit wajah, melembabkan kulit serta membersihkan, dan memberi nutrisi sehingga kulit menjadi lebih bersih. Daun walay (Meistera chinensis) merupakan salah satu tumbuhan termaksud dalam famili Zingiberacea yang memiliki kandungan kimia yaitu senyawa alkaloid, terpenoid, flavonoid, fenol, tanin, steroid dan saponin. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ekstrak daun Walay dapat diformulasikan dalam bentuk sediaan masker gel peel off yang memenuhi syarat evaluasi fisik dan uji stabilitas sediaan. Ekstraksi daun Walay dilakukan dengan metode maserasi menggunakan pelarut metanol ekstrak daun Walay diformulasi ke dalam tiga formula yaitu formula F1 konsentrasi 1%, F2 konsentrasi 3%, dan F3 konsentrasi 5%. Uji evaluasi fisik terhadap sediaan dilakukan dengan beberapa parameter pengujian yaitu uji organoleptik, uji homogenitas, uji pH, uji daya sebar, uji waktu mengering, uji iritasi dan uji cycling test. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak daun Walay pada konsentrasi 1%, 3% dan 5% dapat dibuat dalam bentuk sediaan masker gel peel off  dan  memenuhi syarat evaluasi fisik sediaan, namun tidak stabil pada pengujian cycling test uji organoleptik bentuk sediaan dan uji daya sebar.
Pemberdayaan Kader Posyandu Tentang Swamedikasi dengan Edukasi GEMA CERMAT Menggunakan Metode CBIA (Cara Belajar Insan Aktif) di Puskesmas Lepo-Lepo Kendari Musdalipah Musdalipah; Eny Nurhikma; Reymon Reymon; Randa Wulaisfan; Esti Badia; Nirwati Rusli; Karmilah Karmilah; Selfyana Austin Tee; Muhammad Syaiful Saehu; Anisa Arfan
Jurnal Abdi dan Dedikasi kepada Masyarakat Indonesia Vol 1 No 1 (2023): NADIKAMI: Januari 2023
Publisher : POLITEKNIK BINA HUSADA KENDARI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Swamedikasi merupakan salah satu pengobatan alternatif untuk mengatasi gejala penyakit tanpa resep dokter dan pertolongan dari tenaga kesehatan. Pada pelaksanaannya swamedikasi dapat menjadi sumber terjadinya kesalahan pengobatan (medication error) karena keterbatasan pengetahuan masyarakat akan obat dan penggunaannya. Salah satu metode alternatif dalam melakukan swamedikasi melalui edukasi Gerakan Masyarakat Cerdas Menggunakan Obat (GEMA CERMAT). Dalam upaya memaksimalkan GEMA CERMAT, kader kesehatan berperan untuk memberikan informasi kepada masyarakat terkait penggunaan obat. Kegiatan ini dilakukan untuk mengetahui tingkat pengetahuan kader posyandu tentang swamedikasi dengan edukasi GEMA CERMAT menggunakan metode CBIA (cara belajar insan aktif) di wilayah kerja puskesmas Lepo-lepo, Kendari. Kader posyandu yang aktif yang diseleksi menggunakan metode Purposive Sampling sebanyak 30 orang. Alat yang digunakan berupa angket (kuesioner) dan paket obat sebagai alat peraga. Hasil kegiatan memperlihatkan bahwa pengetahuan kader posyandu pada saat pretest di Puskesmas Lepo-lepo sebesar 12,27 (61,3 %) dengan kategori cukup dan pada saat post test sebesar 17,03 (85,2 %) dengan kategori baik. Hasil analisis statistik menggunakan Paired samples test diperoleh nilai p = 0,000 < 0,05 bahwa ada perbedaan yang bermakna antara hasil pretest dengan posttest dalam edukasi GEMA CERMAT pada kader posyandu.
Pelatihan Pembuatan Biskuit dari Daun Kedondong Hutan (Spondias pinnata (Linn. F.) Kurz) Sebagai Cemilan Antidiabetes pada Masyarakat Desa Kasumewuho Musdalipah Musdalipah; Murtafia Murtafia; Eny Nurhikma; Nur Saadah Daud; Nirwati Rusli; Agung Wibawa Mahatva Yodha; Reymon Reymon; Randa Wulaisfan; Syamsu Alam
Jurnal Abdi dan Dedikasi kepada Masyarakat Indonesia Vol 1 No 2 (2023): NADIKAMI: Juli 2023
Publisher : POLITEKNIK BINA HUSADA KENDARI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Daun kedondong hutan merupakan salah satu tanaman herbal untuk mengobati penyakit diare, rematik, demam dan diabetes. Secara empiris daun kedondong hutan digunakan masyarakat Desa Kasumewuho sebagai bahan tambahan untuk menambah cita rasa pada masakan. Kegiatan pengabdian kepada masyarakat LPPM Politeknik Bina Husada bertujuan dalam rangka pemanfaatan daun kedondong hutan untuk dijadikan cemilan antidiabetes di desa Kasumewuho. Potensi pengembangan biskuit kedondong hutan sebagai makanan alternatif memiliki peluang untuk dijadikan cemilan yang sangat baik untuk kesehatan yang bisa dikonsumsi oleh semua kalangan usia. Metode kegiatan dilakukan dengan sosialisasi pembuatan biskuit daun kedondong hutan pada masyarakat desa Kasumewuho sebanyak 22 orang. Kegiatan dilakukan dimulai dari pemanenan, sortasi basah, sortasi kering, pengeringan, pemotongan dan penyerbukan daun kedondong hutan. Daun kedondong hutan dibuat dengan 3 (tiga) konsentrasi yaitu A (1 g), B (3 g), dan C (5 g) dan selanjutnya dilakukan pengujian organoleptik meliputi warna, bau, rasa dan bentuk sediaan. Hasil kegiatan menunjukkan masyarakat Desa Kasumewuho memiliki antusias yang tinggi mengikuti kegiatan ini. Hasil pengujian organoleptik menunjukkan biskuit A berwarna kuning, B (kuning kehijauan), C (coklat kehijauan). Dari segi rasa biskuit A, B, C memiliki bau khas susu. Uji kesukaan menunjukkan biskuit A(33%), B(70%), C(17%). Pada uji kerenyahan menunjukkan rasa renyah 100% pada biskuit A, B, C. Pada uji kekerasan menunjukkan biskuit A, B, C memiliki tekstur yang keras (0%) dan lembut dikonsumsi (100%) pada biskuit A, B, C. Biskuit daun kedondong hutan dapat diformulasikan dalam bentuk biskuit sebagai cemilan antidiabetes serta mewujudkan masyarakat yang sehat dan produktif.