Dini Pusianawati
Departemen Obstetri & Ginekologi Fakultas Kedokteran Univesitas Padjajaran/ RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung

Published : 4 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

Comparison of Nifedipine and Isoxsuprine to Cervical Length in Threatened Preterm Labor Triyoga Pramadana; Anita Rachmawati; Dini Pusianawati
Indonesian Journal of Obstetrics & Gynecology Science Volume 4 Nomor 1 Maret 2021
Publisher : Dep/SMF Obstetri & Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/obgynia/v4n1.255

Abstract

Objective: This study aimed to determine differences in cervical length changes between administration of nifedipine and isoxsuprine. Method: Subjects of the study were pregnant women who meet the inclusion criteria (n=16). Treatments were given for 48 hours. Parameters measured was the cervical length before and after the administration of nifedipine and isoxsuprine. This study was conducted in Dr. Hasan Sadikin General Hospital from January until April 2020.Result: Less shortening of the cervical length after administration of tocolytic isoxsuprin for 48 hours compared with tocolytic nifedipine and statistically significant with p value of 0.0001 (p<0.05) using Paired T tests.Conclusion: Isoxsuprin is more effective to prevent shortening of the cervical length compared to nifedipine in cases of threatened preterm labor.Perbandingan Efek Nifedipine dan Isoxsuprine terhadap Panjang Serviks pada Persalinan Preterm TerancamAbstrakTujuan: Studi ini bertujuan untuk menelaah perbedaan perubahan panjang serviks antara pemberian nifedipine dan isoxsuprine.Metode: Studi ini adalah sebuah uji klinis acak dengan metode randomisasi buta ganda. Partisipan studi ini adalah wanita hamil yang memenuhi kriteria inklusi (n=16).  Pengobatan diberikan selama 48 jam. Parameter yang diukur adalah panjang serviks sebelum dan sesudah administrasi nifedipine dan isoxsuprine. Studi ini dilakukan di RSUP Dr. Hasan Sadikin pada Januari sampai April 2020. Hasil: Terdapat lebih sedikit pemendekan serviks pada pemberian isoxsuprine selama 48 jam dibandingkan dengan nifedipine (p=0.0001).Kesimpulan: Isoxsuprine lebih efektif untuk mencegah pemendekan serviks dibandingkan dengan nifedipine pada kasus persalinan preterm terancam. Kata kunci: Nifedipine, Isoxsuprine, Panjang serviks, Persalinan preterm terancam
Gambaran Karakteristik dan Luaran pada Preeklamsi Awitan Dini dan Awitan Lanjut Di RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung Santi Maria Burhanuddin; Sofie Rifayani Krisnadi; Dini Pusianawati
Indonesian Journal of Obstetrics & Gynecology Science Volume 1 Nomor 2 September 2018
Publisher : Dep/SMF Obstetri & Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1338.067 KB) | DOI: 10.24198/obgynia.v1n2.12

Abstract

AbstrakTujuan: Meneliti karakteristik dan luaran pada preeklamsia awitan dini dan awitan lambat di Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Hasan Sadikin Bandung.Metode: Penelitian deskriptif dengan pendekatan potong lintang. Data diambil dari rekam medis.Hasil:  Terdapat 347 pasien preeklamsi, 137 preeklamsi awitan dini, 192 awitan lambat dan 18 eklamsi. Distribusi umur preeklamsi awitan dini 20 sampai <30 tahun yaitu 45 orang (32,85%) dan umur >35 tahun 45 orang (32,85%), pada awitan lambat tersering pada umur >35 tahun 64 orang (33,33%). Distribusi paritas preeklamsi awitan dini paritas 1−3 yaitu 102 orang (74,5%) dan awitan lambat 118 orang (61,5%). Luaran bayi menunjukkan bayi yang lahir sesuai usia kehamilan pada preeklamsi awitan dini sebanyak 83,9% dan awitan lambat sebanyak 77,6% dan nilai APGAR 1 menit 7-10 pada preeklamsi awitan dini adalah 46% dan awitan lambat adalah 72,4%. Sindrom HELLP parsial adalah komplikasi terbanyak, yaitu 64 kasus (18,44%),  39 kasus pada  preeklamsi awitan dini, dan 22 kasus pada preeklamsi awitan lambat.Kesimpulan: Tidak ada perbedaan signifikan luaran bayi antara preeklamsia awitan dini dan awitan lambat. Komplikasi tersering adalah sindroma HELLP parsial.Description of Characteristic and Outcome in Early Onset Preeclampsia and Late Onset Preeclampsia in Dr. Hasan Sadikin General  Hospital Bandung Abstract Objective: To describe the characteristics and outcome in early onset and late onset pre-eclampsia at Dr. Hasan Sadikin General Hospital Bandung.Method: A cross sectional study with retrospective approach by examining medical record at Dr. Hasan Sadikin General Hospital.Result: Showed 347 patients preeclampsia,137 early-onset preeclampsia, 192 late-onset and 18 eclampsia. Distribution by age in early-onset preeclampsia by age group 20 to <30 years ie 45 women (32.85%) and age >35 years ie 45 women (32.85%), late onset age group >35 years ie 64 women (33.33. Distribution based on parity in early onset preeclampsia in the 1−3 parity group of 102 women (74.5%) and late-onset of 118 women (61.5%). Infant outcome average for gestational age at early-onset of 83.9% and late-onset of 77.6% and APGAR value of 1 min 7−10  in early-onset was 46% and late-onset was 72.4%. The partial HELLP syndrome was the most common complication, ie 64 cases (18.44%), with the occurrence of early-onset preeclampsia 39 cases, in the late-onset 22 cases.Conclusion: No significant difference was found in infant outcome between the two groups . The most common complication is partial HELLP syndrome.Key words: Characteristics, outcomes, early onset preeclampsia, late onset preeclampsia.
C-Reactive Protein Concentration in Very Early, Early and Late Preterm Labour Tita Husnitawati Madjid; Rose Dita Prasetyawati; Nathania Nathania; Wulan Ardhana Iswari; M. Alamsyah Aziz; Dini Pusianawati; Jusuf Sulaeman Effendi
Indonesian Journal of Obstetrics & Gynecology Science Volume 3 Nomor 2 September 2020
Publisher : Dep/SMF Obstetri & Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/obgynia/v3n2.199

Abstract

Objective: Preterm labor (PTL) is related to neonatal morbidity and mortality. The etiology of PTL is multifactorial, however maternal inflammation is suspected to play a large role. Research has indicated a relationship between the increase of C-reactive protein (CRP), a biomarker of general tissue inflammation to the incidence of preterm labor. This study aimed at examining the relationship between preterm labor and CRP levels.Method: This was a case-control retrospective study.  Cases were patients presenting with preterm labor who came to the Department of Obstetrics and Gynecology of Hasan Sadikin Hospital Bandung. Patients were classified into very early preterm, early preterm, late preterm; control group was taken from patients without delivery complication (n=20/group).  CRP serum was examined using immunoassay method.Result: CRP median value in the early preterm group was greater than very early preterm, early preterm, and control (8.15 mg/L vs 6.5 mg/L vs 5.6 mg/L vs 5.75 mg/L, respectively) but statistical significance was not achieved (p> 0.05). Further comparisons between the very early, early preterm vs control and late preterm vs control groups were performed and no statistical significance was found.Conclusion: Further research is required to investigate the link between maternal CRP and preterm labor.Konsentrat Protein C-Reaktif (PCR) pada Persalinan Prematur Sangat Awal, Awal, dan TerlambatAbstrakTujuan: Persalinan prematur memiliki kaitan yang erat dengan morbiditas dan mortalitas neonatus. Etiologi persalinan prematur ini dipengaruhi oleh multifaktor. Namun, inflamasi maternal menjadi salah satu faktor yang dicurigai paling mempengaruhi. Beberapa penelitian melihat adanya hubungan antara peningkatan Protein C-Reaktif (PCR), biomarker untuk inflamasi jaringan secara umum, dengan insidensi persalinan prematur. Penelitian ini bertujuan untuk melihat relasi antara kadar PCR dengan kejadian persalinan prematur.Metode: Penelitian ini menggunakan metode kasus kontrol (case control). Kasus berasal dari pasien dengan persalinan prematur yang datang ke Departemen Obstetri dan Ginekologi RS Dr. Hasan Sadikin Bandung. Pasien dikelompokkan menjadi 3 kategori, yaitu persalinan prematur sangat awal, awal, dan terlambat. Kelompok kontrol diambil dari pasien yang menjalani persalinan tanpa komplikasi (n=20/kelompok). Serum PCR dianalisa menggunakan metode uji imunoserologi (immunoassay).Hasil: Nilai median PCR pada kelompok prematur awal lebih besar daripada kelompok prematur sangat awal, awal, dan kontrol (secara berurutan, 8.15 mg/L vs 6.5 mg/L vs 5.6 mg/L vs 5.75 mg/L), namun tidak signifikan secara statistik (p>0,05). Perbandingan lebih lanjut antara prematur sangat awal, awal, dengan kelompok kontrol serta prematur terlambat dengan kelompok kontrol dilakukan dan tidak signifikan secara statistik.Kesimpulan: Penelitian lebih lanjut dibutuhkan untuk melihat hubungan antara kadar PCR maternal dengan persalinan prematur. Kata kunci: protein C-reaktif, persalinan prematur
Perbedaan Capaian Kontrasepsi Pascasalin Jangka Panjang Sebelum dan Saat Pandemi Covid-19 Dave Orlando Gumay; Dini Pusianawati; Hartanto Bayuaji
Indonesian Journal of Obstetrics & Gynecology Science Volume 5 Nomor 2 September 2022
Publisher : Dep/SMF Obstetri & Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/obgynia/v5n2.393

Abstract

Tujuan: Mengetahui perbedaan capaian kontrasepsi pascasalin jangka panjang sebelum dan saat pandemi COVID-19 di RSUP dr. Hasan Sadikin Bandung. Metode: Penelitian ini adalah studi analitik observasional dengan pendekatan potong silang menggunakan data sekunder dari rekam medik subjek penelitian selama masa pengamatan yakni sebelum pandemi (1 Maret 2019–28 Februari 2020) dan saat pandemi (1 Maret 2020–28 Februari 2021). Dilakukan analisis perbedaan capaian kontrasepsi pascasalin jangka panjang sebelum dan saat pandemi COVID-19, serta perbedaan capaian penggunaan kontrasepsi pascasalin jangka panjang berdasarkan status infeksi COVID-19 menggunakan uji chi-square. Nilai P <0,05 dianggap bermakna secara statistik.Hasil: Selama periode pengamatan didapatkan proporsi subjek yang mendapatkan layanan kontrasepsi pascasalin pada periode pandemi lebih tinggi secara bermakna dibandingkan dengan kelompok sebelum pandemi (38,8% vs 27,7%, P<0,001). Tidak didapatkan perbedaan bermakna sebaran penggunaan metode kontrasepsi pada kelompok saat pandemi yang terinfeksi dan tidak terinfeksi COVID-19.Kesimpulan: Capaian pemberian kontrasepsi pascasalin jangka panjang saat pandemi lebih tinggi secara bermakna dibandingkan dengan sebelum pandemi. Tidak didapatkan perbedaan yang bermakna capaian kontrasepsi pascasalin jangka panjang saat pandemi pada subjek yang terinfeksi dan tidak terinfeksi COVID-19.Differences in Long-Term Postpartum Contraception Achievements Before and During The Covid-19 PandemicAbstractObjective: To find out the difference in the achievement of long-term postpartum contraception before and during the COVID-19 pandemic at dr. Hasan Sadikin Bandung.Methods: This research is an observational analytic study with a cross-sectional approach using secondary data from the medical records of the research subjects during the observation period before the pandemic (1 March 2019–28 February 2020) and during the pandemic (1 March 2020–28 February 2021). An analysis of the difference in the achievement of long-term postpartum contraception before and during the COVID-19 also differences in achievement of long-term postpartum contraceptive use was carried out based on the status of COVID-19 infection was conducted using the chi-square test. P-value < 0.05 was considered statistically significant.Results: During the observation period, there were the proportion of subjects who received postpartum contraceptive services during the pandemic period was significantly higher than the group before the pandemic (38.8% vs 27.7%, P<0.001). Postpartum contraceptive use in the group during the pandemic infected with COVID-19 was lower than in the uninfected subjects (32.4% vs. 39.4%, P=0.07). There was no significant difference in the distribution of contraceptive methods used in the infected and uninfected groups during the COVID-19 pandemic.Conclusion: The achievement of long-term postpartum contraception during the pandemic was significantly higher than before the pandemic. There was no significant difference in the achievement of long-term postpartum contraception during the pandemic in subjects who were infected and not infected with COVID-19.Key words: COVID-19, postpartum contraception, pandemic.