Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Analisis biaya dan pendapatan usaha tani dengan sistem kondomisasi pada buah kakao (theobroma cacao. L) (studi kasus di Kelurahan Noling, Kecamatan Bupon, Kabupaten Luwu) Ida Wati
Perbal : Jurnal Pertanian Berkelanjutan Vol 3, No 3 (2015)
Publisher : Universitas Cokroaminoto Palopo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30605/perbal.v3i3.721

Abstract

Proses perkembangan memerlukan penemuan-penemuan baru atau inovasi dibidang teknologi pertanian dan cara-cara pengusahaannya. Penerapan teknik dan metode baru di dalam berusahatani dapat meningkatkan produksi pertanian dan secara langsung meningkatkan pendapatan petani. Salah satu upaya yang dilakukan untuk meningkatkan produksi dan pendapatan petani kakao adalah penerapan kondomisasi pada buah kakao yaitu budidaya tanaman kakao secara insentif yang menerapkan pemeberantasan penggerek buah kakao (PBK). Tujuan dari penelitian ini adalah (1). Untuk mengetahui seberapa besar biaya yang dikeluarkan oleh petani kakao dengan kondomisasi pada buah kakao dibandingkan dengan non kondomisasi pada buah kakao di Kelurahan Noling, Kecamatan Bupon, Kabupaten Luwu, (2). Untuk mengetahui seberapa besar pendapatan petani yang menerapkan pada buah kakao di Kelurahan Noling, Kecamatan Bupon, Kabupaten Luwu. Hipotesis yang diajukan adalah diduga bahwa (1). Biaya yang dikeluarkan petani dengan kondomisasi pada buah kakao relatif lebih besar dibanding dengan non kondomisasi pada buah kakao di Kelurahan Noling, Kecamatan Bupon, Kabupaten Luwu, (2). Petani dengan kondomisasi pada buah kakao akan memperoleh yang lebih besar dibanding dengan non kondomisasi pada buah kakao di Kelurahan Noling, Kecamatan Bupon, Kabupaten Luwu. Metode analisis yang digunakan adalah Analisis Deskriptif dan Analisis B/C Ratio. Total biaya yang dikeluarkan petani dengan Kondomisasi pada buah kakao adalah Rp. 1.598.050/Ha. Nilai biaya ini lebih tinggi jika dibandingkan dengan biaya yang dikeluarkan petani non Kondomisasi pada buah kakao yaitu Rp. 1.384.570/Ha dengan selisih biaya Rp. 213.480 selama 1 tahun. Rata-rata pendapatan bersih yang dterima oleh petani dengan kondomisasi pada buah kakao yaitu Rp. 9.357.150/Ha dan non kondomisasi pada buah kakao Rp. 5.063.930/Ha. Nilai B/C Ratio yang dihasilkan dengan penambahan teknologi Kondomisasi pada buah kakao adalah 21.11. Hal ini menunjukkan bahwa usahatani dengan Kondomisasi pada buah kakao lebih menguntungkan dibandingkan dengan non Kondomisasi pada buah kakao. Kata Kunci: Biaya, Usaha Tani, Kondominasi, Kakao
GEJALA BAHASA DALAM KARANGAN ARGUMENTASI SISWA KELAS X SMAN 9 BANDAR LAMPUNG Hesti Hesti; Roni Mustofa; Ida Wati
Pena Literasi Vol 4, No 1 (2021): Pena Literasi
Publisher : Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24853/pl.4.1.20-28

Abstract

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mendeskripsikan bentuk gejala bahasa yang terdapat dalam karangan argumentasi siswa kelas X SMAN 9 Bandar Lampung. Permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini berkenaan dengan gejala bahasa dalam karangan argumentasi siswa kelas X SMAN 9 Bandar Lampung. Gejala bahasa yang dikaji meliputi beberapa aspek; kontaminasi, pleonasme, hiperkorek, diftongisasi, dan gejala bahasa monoftongisasi.Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan analisis, yaitu menggunakan analisis kesalahan berbahasayang berdasarkan pada teori tertentu. Data tersebut dikumpulkan, dikoreksi, diklasifikasikan,  dideskripsikan, dievaluasi, dan dibuat kesimpulan. Berdasarkan sejumlah sampel karangan siswa kelas X SMAN 9 Bandar Lampung, didapatkan hasil penelitian bahwa gejala bahasa masih terdapat dalam karangan argumentasi siswa. Gejala bahasa tersebut meliputi; aspek kontaminasi sejumlah 9 kalimat, aspek pleonasme sejumlah 6 kalimat, dan pada gejala hiperkorek, sejumlah 5 kalimat. Pada aspek diftongisasi dan monoftongisasi, tidak ditemukan gejala bahasa dalam karangan argumentasi siswa. Gejala bahasa yang paling banyak ditemukan terdapat pada aspek kontaminasi.  
Pengaruh Konsentrasi Pelarut Dan Nisbah Bahan Baku Dengan Pelarut Terhadap Ekstraksi Kunyit Putih (Curcuma Zedoria (Christm Roscoe)) Ida Wati; Maya Ramadianti M; Zahra Andini; Raden Fasya A
Jurnal Migasian Vol 3 No 1 (2019): Jurnal Migasian
Publisher : LPPM Institut Teknologi Petroleum Balongan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36601/jurnal-migasian.v3i1.65

Abstract

Indonesia merupakan Negara terbesar setelah Brazil yang kaya akan tanaman obat, kaya keanekaragaman hayati terbesar kedua di dunia dengan lebih dari 30 ribu spesies tanaman berkhasiat sekitar 180 spesies diantaranya yang telah dimanfaatkan sebagai tanaman obat tradisional oleh industri obat tradisional Indonesia. Kunyit putih (Curcuma zedoaria(Christm.)Roscoe) merupakan salah satu tanaman berkhasiat dapat diolah menjadi pengobatan herbal memiliki kandungan kurkuminoid. Kurkuminoid yang terdapat pada kunyit putih dapat diperoleh dengan proses ekstraksi metode sokletasi. Penelitian ini bertujuan untuk menetukan faktor-faktor yang paling berpengaruh pada proses ekstraksi kurkuminoid yaitu konsentrasi pelarut, nisbah kunyit putih dengan pelarut dan lama waktu ekstraksi. Kunyit Putih diekstraksi menggunakan pelarut etanol 70% dan 96%, dengan perbandingan nisbah bahan baku dengan pelarut 1:6 dan 1:8. Rimpang kunyit putih diekstrak dengan variasi selama 5, 9, 13 dan 17 jam. Parameter yang akan diteliti antara lain %yield, kadar kurkuminoid , konentrasi kurkumin dan uji metabolit sekunder. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh yield terbesar 12,56 % waktu 13 jam, konsentrasi terbesar 0,3290 ppm pada waktu 17 jam dengan pelarut etanol 1:8 konsentrasi 96%. Faktor paling berpengaruh terhadap perolehan yield interaksi antara konsentrasi dengan nisbah bahan baku dan produk pada konsentrasi 70% dan nisbah bahan baku pelarut 1:6. Faktor berpengaruh nyata terhadap perolehan konsentrasi kurkumin waktu ekstraksi dengan lama ekstraksi 17 jam. Senyawa metabolit sekunder dalam kunyit putih mengandung flavonoid.