Rodiah Nurbaya Sari
Balai Besar Riset Pengolahan Produk dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan

Published : 4 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

Uji Coba Alat Penghasil Asap Cair Skala Laboratorium dengan Bahan Pengasap Serbuk Gergaji Kayu Jati Sabrang atau Sungkai (Peronema canescens) Rodiah Nurbaya Sari; Bagus Sediadi Bandol Utomo; Bakti Berlyanto Sedayu
Jurnal Pascapanen dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan Vol 2, No 1 (2007): Juni 2007
Publisher : Balai Besar Riset Pengolahan Produk dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15578/jpbkp.v2i1.31

Abstract

ABSTRAKUji coba alat penghasil asap cair skala laboratorium telah dilakukan dengan menggunakan bahan pengasap serbuk gergaji kayu jati sabrang atau sungkai (Peronema canescens). Pada percobaan ini suhu pirolisis diatur antara 200–450oC. Parameter yang diamati adalah banyaknya asap cair yang dihasilkan, arang sisa pembakaran, jumlah komponen asap yang hilang, kinerja alat dan susunan senyawa kimia asap cair yang dihasilkan dengan menggunakan GCMS Shimadzu – QP2010. Hasil percobaan menunjukkan bahwa proses distilasi asap menghasilkan asap cair sebanyak 38,0%, arang sisa pembakaran 32,0%, jumlah komponen yang hilang 30,0%,energi yang dilepas dari pembentukan asap menjadi asap cair (-) 476,45 kJ/kg asap, energi yang diserap air kondensor sebesar 2,1 kJ/kg air sehingga jumlah air bersuhu 30,4oC yang dibutuhkan untuk mengembunkan 1 kg asap menjadi asap cair dengan suhu pirolisis 316,7oC adalah sebanyak 226,88 liter. Kinerja alat adalah 6,98 g/(jam. m). Komponen dominan dalam asap cair yang dihasilkan adalah senyawa 1,2-benzenedicarboxylic acid, diethyl ester (C12H14O4) sebanyak 23,61%.
Rekayasa Alat Penghasil Asap Cair untuk Produksi Ikan Asap 1. Uji Coba Alat Penghasil Asap Cair Skala Laboratorium Rodiah Nurbaya Sari; Bagus Sediadi Bandol Utomo; Tri Nugroho Widianto
Jurnal Pascapanen dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan Vol 1, No 1 (2006): Juni 2006
Publisher : Balai Besar Riset Pengolahan Produk dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15578/jpbkp.v1i1.232

Abstract

Tujuan penelitian ini adalah melakukan uji coba alat penghasil asap cair skala laboratoriumdengan bahan pengasap tempurung kelapa. Suhu pirolisis diset antara 200–250o C dan 300-450o C. Parameter yang diuji adalah banyaknya asap cair yang dihasilkan, sisa pembakaranberupa arang yang terbentuk, jumlah komponen asap yang hilang, kinerja alat dan susunansenyawa kimia asap cair yang dihasilkan. Analisis susunan senyawa kimia asap cair yangdihasilkan menggunakan Gas Chromatography–Mass Spectrophotometry(GC-MS). Hasilpenelitian menunjukkan bahwa pada suhu pembakaran 200-250o C, tempurung kelapa dengan kadar air 11,40% menghasilkan asap cair sebanyak 48,10%, sisa pembakaran berupa arang sebanyak 31,33%, jumlah komponen yang hilang sebanyak 20,56% dengan kinerja alat sebesar 250,52 g/jam.m kondensor. Komponen terbanyak asap cair yang dihasilkan adalah senyawa 9-octadecenoic acid (Z)-, tetradecyl ester (C32H62O2) sebanyak 71,68%. Pada suhu pembakaran 300–450oC asap cair yang dihasilkan sebanyak 48,66%, sisa pembakaran berupa arangsebanyak 26,30%, komponen asap yang hilang sebanyak 25,04% dengan kinerja alat 253,44 g/jam.m kondensor. Pada suhu tersebut komponen terbanyak asap cair adalah senyawa 2-lauro-1,3-didecoinyaitu 37,53%.
Nanopartikel Seng Oksida (ZnO) dari Biosintesis Ekstrak Rumput Laut Coklat Sargassum sp. dan Padina sp. Rodiah Nurbaya Sari; Ekowati Chasanah; Nurhayati Nurhayati
Jurnal Pascapanen dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan Vol 13, No 1 (2018): Juni 2018
Publisher : Balai Besar Riset Pengolahan Produk dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15578/jpbkp.v13i1.489

Abstract

AbstrakPemanfaatan rumput laut untuk disintesis secara biologi (biosintesis) menjadi nanopartikel logam telah banyak dilakukan sebagai alternatif produksi ramah lingkungan. Penelitian ini bertujuan mendapatkan nanopartikel seng oksida (ZnO) melalui biosintesis ekstrak rumput laut coklat Sargassum sp. dan Padina sp. dengan menggunakan prekursor zink nitrat 10 mM pada variasi pH larutan 8-12. Analisis meliputi gugus fungsi, distribusi ukuran partikel, morfologi, dan kristalinitas. Hasil penelitian menunjukkan gugus fungsi hidroksil dan sulfat polisakarida berperan dalam proses reduksi kation Zn2+ membentuk nanopartikel ZnO sedangkan protein untuk kestabilan nano-partikel. Nanopartikel ZnO dari biosintesis ekstrak Sargassum sp. dan Padina sp. masing-masing menghasilkan rata-rata ukuran partikel berkisar antara 1.396,53-3.090,50 dan 655,91-3.253,06 nm. Distribusi ukuran sudah homogen namun belum memenuhi besaran ukuran nanometer. Rata-rata ukuran partikel terkecil terdapat pada pH 10 dan 9. Kisaran % mass elemen Zn dan O nanopartikel ZnO biosintesis ekstrak Sargassum sp. yang mirip standar adalah pada pH 10 yaitu 95,98% dan 4,02% sedangkan dari ekstrak Padina sp. pada pH 9 dengan 94,67% dan 5,33%. Struktur kristalinitas menunjukkan ZnO biosintesis ekstrak Sargassum sp. pada pH  8-11 dan Padina sp. pada pH 9 hampir seluruhnya memiliki puncak dengan nilai sudut 2q yang hampir sama, dan setelah dikonfirmasi dengan program Match! 3 menunjukkan struktur kristal ZnO wurtzit berbentuk heksagonal. Perlakuan terbaik ZnO biosintesis dari ekstrak Sargassum sp. dan Padina sp. adalah pada kondisi pH 10 dan 9. Zinc Oxide Nanoparticles (ZnO) from Biosynthesis of  Sargassum sp. and Padina sp. Brown Seaweed ExtractAbstractBiosynthesis of metal nanoparticles using seaweed became an important area in the field of nanotechnology which has economic and eco-friendly benefits. This research aimed to obtain zinc oxide nanoparticles (ZnO NPs) through biosynthesis of extract brown seaweed  Sargassum sp. And Padina sp. using 10 mM zinc nitrate as precursor at various pH of 8-12. Analysis of ZnO NPs covered functional groups, particle size distribution, morphology, and crystallinity. The result showed that hydroxyl groups and sulfate polysaccharide played role in the formation of ZnO NPs while protein contributed on stabilizing of the nanoparticles. Analysis showed that the size of ZnO NPs biosynthesized Sargassum sp. extract was from 1,396.53 to 3,090.50 nm and 655.91 to 3,253.06 nm for Padina sp. The size qualification particle distribution was homogeneous but their size has not yet met for nanoparticles size standard. Average of the smallest particle size was found at pH 10 and 9 treatments. Distribution of Zn and O elements of ZnO biosynthesized  Sargassum sp. extract which was similar to the standard was at pH 10 with 95.98% and 4.02 of % mass, while that of Padina sp. extract at pH 9 with 94.67% and 5.33% respectively. The crystallity structure showed that ZnO biosynthesis of Sargassum sp. and Padina sp. extract performed at pH 8-11 and pH 9, respectively, had similar 2qangle peak. A hexagonal shape of ZnO wurtzite crystalline structure has formed and it confirmed by Match! program 3. The best treatment of ZnO biosynthesis process for Sargassum sp and Padina sp.so extract was at pH 10 and 9, respectively.
Karakteristik Sediaan Hidroksiapatit dari Cangkang Kerang Simping (Amusium pleuronectes) dengan Perlakuan Suhu dan Waktu Sintesis Rodiah Nurbaya Sari; Dina Fransiska; Fera Roswita Dewi; Ellya Sinurat
Jurnal Pascapanen dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan Vol 17, No 1 (2022): Juni 2022
Publisher : Politeknik - Ahli Usaha Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15578/jpbkp.v17i1.797

Abstract

AbstrakBiokeramik hidroksiapatit (HAp) adalah suatu komponen kimiawi sintetik dari turunan kalsium fosfat yang banyak digunakan untuk memperbaiki kerusakan jaringan keras. Salah satu bahan alami untuk membuat hidroksiapatit adalah cangkang kerang simping (Amusium pleuronectes), hasil samping dari usaha penangkapan kerang simping. Tujuan penelitian ini untuk menghasilkan sediaan HAp dari cangkang kerang simping dan mengkarakterisasi sediaan hidroksiapatit yang dihasilkan. Tahapan yang dilakukan adalah persiapan tepung cangkang kerang, proses kalsinasi dengan perlakuan suhu (700, 800, dan 900°C) dan waktu (6; 4,5; dan 3 jam), serta sintesis HAp menggunakan amonium dihidrogen fosfat. Hasil HAp terbaik diperoleh dari perlakuan suhu kalsinasi 800°C selama 4,5 jam dengan rendemen 75,20%. Gugus fungsi CO32- yang muncul mengindikasikan adanya vibrasi C-O dari gugus CO3 dan gugus hidrogen fosfat (HPO42-). Difraktogram HAp yang dihasilkan mendekati standar (HAp-S) dengan intensitas tinggi pada nilai 2θ: 25,88°; 31,75°; 32,18°; 32,88°; 34,05°; 39,77°; 46,61°; dan 49,97°. HAp yang dihasilkan memiliki unsur Ca dan P masing-masing 59,09 dan 40,91% dengan rasio Ca/P sebesar 1,44 dan diameter partikel rata-rata 396,88 nm. HAp ini memiliki morfologi berbentuk aglomerat dan tidak terdapat permukaan dengan tepi runcing dan tajam sehingga relatif aman untuk diaplikasikan pada jaringan lunak manusia. AbstractHydroxyapatite bioceramic (HAp) is a synthetic chemical component of calcium phosphate derivatives generally used to repair hard tissue damage. One of the natural ingredients for making hydroxyapatite is scallop shells (Amusium pleuronectes), a by-product of catching fresh scallops, which only use the adductor meat/muscle. This study aimed on HAp preparations from scallop shells and characterized the resulting hydroxyapatite formulation. The steps taken were preparing scallop shell flour, the calcination processed with temperatures of 700, 800, and 900°C and times 6; 4.5; and 3 hours, and the synthesis processed using Ammonium Dihydrogen Phosphate (ADP). The results obtained were the best hydroxyapatite treatment at a calcination temperature of 800°C for 4.5 hours with a yield of 75.20%. The functional group found of CO32- indicated C-O vibrations from the CO3 group and the hydrogen phosphate group (HPO42-). The diffractogram of HAp was similar to standard hydroxyapatite (HAp-S) with high intensity at values of 2θ: 25,88°; 31.75°; 32.18°; 32.88°; 34.05°; 39.77°; 46.61°; and 49.97°. HAp from this study has an agglomerate morphology, without sharp surface and edges. Based on SEM-EDS analysis, the HAp contains Ca and P 59.09 and 40.91%, respectively, with a Ca/P ratio of 1.44. The average particle diameter size was 396.88 nm. The morphology of the resulting HAp will be safe for human soft tissue application.